Hujan? Petir! Nathan terbangun karena suara petir sore ini. Sabrina sudah tidak ada di tempat. Dan Nathan baru bangun setelah tidur 8 jam. Sangat kebetulan sekali langit di Islandia menghitam, hari-hari cerah tertutup dengan mendung yang mungkin sudah hadir sekitar dua jam.
Nathan tersenyum mengingat malam panjang mereka, entah sudah mati rasa atau bagaimana, Nathan bahkan tidak sadar dirinya tidur sudah selama itu dan rasa lapar pada dirinya menghilang begitu saja saat ia mengingat tentang kejadian malam tadi.
Rasanya kupu-kupu berterbangan dan Nathan ingin rasa itu terus hadir di perutnya.
Nathan bangkit dengan ringan, sudah lama perasaan ini hilang di dalam dirinya. Kali ini ia akan menyimpan kenangan malam tadi selamanya.Sabrina kemana?
Ada satu post it di depan kulkas, dan Nathan baru tersadar kalau dia sudah tertidur selama itu.
"Sarapannya aku ambil sebelah, laper banget dari semalem belum makan"
Dan jam di hotel sudah menunjukan jam 18.00.
Nathan bergegas mencuci muka dan mengambil baju apa saja di kopernya untuk menutupi tubuhnya yang tidak berubah dari semalam. Sekali lagi, Nathan tersenyum melihat semua tanda di leher dan sekujur badannya. (AZEEEEEK)
Handphone Nathan berbunyi, sedang menelpon seseorang.
Petir masih terus berbunyi juga, seakan berlomba dengan dering Handphone Nathan.
"Halo..." Sapa Sabrina di ujung panggilan.
Iya, Sabrina yang Nathan telpon. Tepatnya Panggilan Video.
"Kamu kok nggak bangunin sih Rin!?" Nathan merajuk sembari memakan sandwich buatan Sabrina tadi pagi.
"What? Kamu baru bangun Nat? idih"
Wajah Nathan keliatan lelah sekali, mana masih basah karena air cuci muka nya. Nathan sebenarnya masih terbayang-bayang dengan kejadian tadi malam. Dan rasanya ingin cepat-cepat bertemu Sabrina lagi.
Nathan tersenyum cerah "Iya, eh di sini hujan loh Rin, di sana hujan nggak?"
Sabrina mengangguk "Iya, ini langkah banget sih Nat. Biasanya summer itu hujannya nggak sampe yang gelap banget gini. Aku jadi pengen mandi hujan"
"Ih, bahaya Rin, apaan sih! Mending mandi bareng aku aja" Alis Nathan naik turun.
Sabrina melotot tidak suka, "Kamu kapan pulang sih?"
"Nggak mau, Papah juga cuma ngasih tiket pergi, tiket pulang nggak ada" Nathan mana mau pulang... Rumahnya ada di sini.
Sabrina mengangguk, "Emang nggak kangen sama Mamah Papah kamu?"
"Kamu gimana? nggak kangen sama orang rumah?" SKAKMAT.
Sabrina langsung terdiam, ujung bibirnya bergetar.
"Rin, boleh nggak aku pulangnya bareng kamu aja?" Tanya Nathan serius.
"Udah ah, kamu mandi sana. Nanti aku nggak mampir hotel. Aku lembur hari ini"
Telpon di matikan. Sabrina kelu dengan pertanyaan Nathan tadi. Semuanya terlalu jauh untuk ia selesaikan. Masalah ini sudah Sabrina tinggalkan lama, dan Sabrina sebenarnya tidak mau terlibat pada masalah ini lagi.
Nathan
Rin, sorry.. aku emang sekangen itu sama kamu. Aku nggak mau pisah atau kehilangan kamu lagi****
Untungnya, di abad ke 20-an ini semua hal dipermudah berkat adanya google. Nathan kali ini berbelanja di super market dengan fasilitas Google translate. Memastikan bahan makanannya tidak mengandung hal-hal haram seperti yang dikhawatirkan Sabrina dan Mamahnya di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget You
FanfictionSabrina berpikir bahwa perpisahan adalah hal yang biasa untuk sepasang kekasih, mereka akan kembali bersama jika Sabrina terus mencintai kekasihnya yang dulu. Tapi, kenyataan yang ada membuat Sabrina menyesali keputusannya untuk berpisah dua tahun y...