29*

1.2K 130 0
                                    

Kini Aran sedang melamun di meja kerjanya yg ada di apartemen miliknya. Di ruangan yg bernuansa hitam dan gold itu bisa terlihat jelas banyak foto keluarga nya yg terpampang jelas di sana. Ia melihat betapa bahagianya semua orang di dalam foto tersebut. Aran berjalan menghampiri foto-foto itu lalu mengusapnya dengan lembut.

"Mah briel kangen sama mamah, apa mamah nggk kangen sama briel dan Christy?"ucap Aran sambil meneteskan air matanya.

Bagi orang yg tidak mengetahui Aran, mungkin mereka fikir Aran adalah anak yg kuat namun sebenarnya berbeda. Aran adalah anak yg sangat rapuh jika menyangkut orang yang ia sayang.

Kehilangan sosok ibu dalam hidupnya sama saja seperti hidup tanpa dunia. Keluarga bahagia yg dulu ia dambakan sekarang hancur dan berubah menjadi rumah penyiksaan bagi Aran.

"Mah briel sakit, briel lemah, briel bukan seorang jagoan. Tapi briel hanya seorang laki-laki lemah yg nggk akan bisa menjadi jagoan"ucap Aran

"Mamah salah kalo bilang briel seorang jagoan"ucap Aran

"Mamah nggk pernah salah dengan apa yg ia ucapkan"ucap seseorang yg baru datang. Aran membalikan badanya dan terlihat Christy yg sedang berada di ambang pintu. Aran langsung cepat-cepat menghapus air matanya.

"Apa kakak lupa kalau mamah Shani Indira natio elgara tidak pernah salah?"tanya Christy sambil tersenyum.

"Mamah itu nggk pernah salah dan kakak harus buktiin kalau mamah itu benar, yg aku tau kakak aku ini adalah seorang yg hebat dan kuat, bukan seseorang yg lemah seperti yg kakak ucap kan"ucap Christy tersenyum

"Iya"ucap Aran sambil tersenyum.

"Kamu dari tadi di sini?"tanya Aran

"Nggk, baru 5 menit"ucap Christy yg di balas anggukan oleh Aran

"Yaudah yuk makan malam"ajak Christy.

Merekapun berjalan menuju ke meja makan dan terlihat sudah ada bik Sumini yg sedang menyiapkan makanan. Aran berhenti sebentar lalu tersenyum kecil melihat bik Sumini. Melihat bik Sumini, ia seperti melihat ibunya yg dulu sering sekali menyiapkan makanan mereka di meja makan.

"Eh den Aran, silahkan den makananya udah siap"ucap bik Sumini

"Iya bik"ucap Aran lalu berjalan menuju ke kursi nya.

Setelah selesai makan Aran kembali menuju ke ruangan kerjanya untuk menyelesaikan beberapa berkas yg ada disana. Sebenarnya teh mpen sudah melarang Aran, tapi Aran terus memaksa. Aran mengerjakan semua berkas itu dengan cepat. Setelah selesai ia duduk di kursinya sambil menyender meregangkan semua ototnya. Aran menutup matanya sambil sesekali memijit pelipisnya. Beberapa hari ini ia di buat pusing oleh ayahnya karena beberapa hari terakhir ini ia memaksa ingin bertemu dengan Christy. Untung saja Aran sudah memberikan penjaga di depan apartemen miliknya. Aran hanya takut jika gracio menemui Christy dia akan menyakiti Christy.

Aran menghela nafasnya berat lalu berjalan menuju ke kamarnya. Sebelum masuk ke kamarnya, Aran melihat ke arah kamar Christy yg sudah gelap, menandakan bahwa pemilik kamar itu sudah tidur. Aran tersenyum kecil lalu kembali melangkah masuk ke kamarnya. Aran tidak langsung tidur ia memilih untuk pergi ke balkon dan melihat para bintang yg terang di langit malam yg gelap.

Aran berbaring telentang sambil menatap indah ribuan bintang di langit. Aran selalu merasakan ketenangan setiap kali ia melihat bintang. Tiba-tiba Aran merasakan kembali rasa sakit di kepalanya. Ia meremas rambutnya dengan kuat. Ingin sekali ia berteriak namun ia tak ingin membuat semua orang bangun dan khawatir dengan nya. Perlahan Aran berjalan masuk dam mengambil beberapa obat yg ada di lemari kecil. Ia meminum obat itu berharap semuanya segara berakhir. Kini rasa sakit nya masih ada namun sudah mulai berkurang. Aran kembali menatap langit-langit malam. Aran memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.

kutub Utara di hati ku [End] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang