3 hari berlalu, kini keadaan Aran semakin membaik sejak hari itu. Semua orang bersyukur termasuk Chiko dkk dan Chika dkk yg setia menemani aran. Saat ini, Mira diam melamun manatap Aran yg sedang bercanda dengan Chika. Ia terus memikirkan ucapan Aran yg menginginkan semua orang yg ia sayang datang menemuinya. Mira terus saja berfikir bagaimana caranya ia membawa gracio untuk datang dan menemui Aran. Mengingat hubungan Aran dan gracio yg tidak terjalin dengan baik, atau bahkan terkesan buruk.
"apa yg akan kau lakukan setelah ini?"tanya Florenzo pada Mira tanpa mengalihkan pandangannya dari Aran dan Chika yg asik bercanda.
"Aku akan membuat Aran berdamai dengan ayahnya"jawab Mira.
"Caranya?"tanya Florenzo
"Aku tidak tau, kepalaku terasa sangat sakit akhir-akhir ini jadi aku tidak akan membuat rencana yg mana akan menambah beban fikiranku"jawab Mira
"Mungkin besok aku akan datang ke kantornya dan meminta tuan gracio datang ke sini"ucap Mira
"Apa kau yakin hal itu akan berhasil?"tanya Florenzo
"Aku tidak terlalu yakin tapi apa salahnya mencoba"ucap Mira yg di balas anggukan oleh Florenzo.
Skip.
Keesokan harinya seperti yg sudah Mira katakan, ia akan menemui gracio agar ia mau menemui Aran. Mira berjalan melewati beberapa staf yg menatapnya penuh tanya.
"Ruangan pak gracio?"tanya Mira
"Maaf kalau boleh tau anda memiliki keperluan apa dengan pak gracio?"tanya salah satu staf
"Urusan keluarga"jawab Mira
"Boleh saya minta kartu nama anda?"tanya staf itu. Mira pun mengangguk kemudian memberikan kartu nama nya.
"Tunggu sebentar"ucap nya kemudian menekan menelfon seseorang.
"Baik, silahkan ibu bisa masuk"ucap nya yg di balas anggukan oleh Mira.
Mira berjalan cepat menuju ke arah lif. Ia menekan tombol lif yg langsung menuju ke arah ruangan gracio. Mira mengetuk pintu di depanya kemudian membuka pintu itu setelah mendapat kan izin dari sang pemilik. Mira menatap seorang pria paruh baya yg masih fokus menatap layar laptopnya. Mira terbatuk ringan hingga menyadarkan orang itu. Gracio manatap heran pada Mira yg masih berdiri menatapnya.
"Ada apa kau kemari?"tanya gracio kemudian kembali fokus pada laptopnya.
"Aku ingin bicara serius dengan mu"ucap Mira
"Bicara apa?"tanya gracio yg masih tetap fokus pada laptopnya.
"Aran sakit"ucap Mira
"Lalu?"tanya gracio yg terlihat acuh
"Dia anak mu apa kau sama sekali tidak memiliki rasa iba sedikitpun?"tanya Mira yg tak menyangka.
"Dia hanya sakit tidak mati"ucap gracio santai
"TUTUP MULUT MU TUAN GRACIO"bentak Mira yg membuat gracio menoleh ke arah Mira.
"Lalu aku harus apa?"tanya gracio menatap Mira sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi kebesarannya.
Mira yg sedang malas berbicara dengan manusia setengah iblis itu pun hanya melemparkan sebuah amplop berwarna coklat pada gracio. Alis gracio menyatu hingga menimbulkan kerutan yg jelas di dahinya. Perlahan ia mengambil amplop itu kemudian membaca semua isi yg ada di sana. Tanganya yg sedari tadi dingin tiba-tiba berkeringat. Dan wajah nya yg semula cerah kini berubah memucat. Ia menatap nyalang ke arah Mira yg sedang duduk di sofa sambil memainkan henfonya.
"Apa maksud nya semua ini?"tanya gracio sambil membanting surat itu ke meja.
"Apa kau tidak bisa membaca?"tanya Mira
"Aran terkena kanker otak?"tanya gracio
"Kau tidak tau? Ayah macam apa kau? Anakmu sedang berjuang untuk hidup saat ini, apakah kau tau? Selama ini kau dimana hingga Aran berjuang seorang diri melawan penyakitnya? Aran sekarat dan apakah kau tau itu? Kau bahkan terlihat tidak mau tau soal semua itu"ucap Mira menatap gracio yg masih diam.
"Aran membutuhkan dirimu. lusa adalah hari ulang tahunnya, datanglah ke rumah sakit, dia pasti senang melihat mu"ucap Mira sambil meletakan sepucuk surat di meja gracio kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan gracio yg masih diam menatap surat di tanganya.
Mira melajukan mobilnya meninggalkan area kantor milik gracio. Fikiranya terus tertuju pada gracio, ia khawatir jika gracio benar-benar tidak perduli lagi pada Aran.
______________________________________
Di kamar sebuah taman yg ada di depan rumah sakit, Aran duduk di sebuah kursi roda dengan Florenzo yg duduk di kursi taman. Hanya ada keheningan di sana Karna Aran yg masih tenggelam di fikiranya sambil menatap ke arah depan dan Florenzo yg sibuk memainkan henfonya.
"Flo"panggil Aran memecah keheningan. Florenzo mengangkat kepalanya dan beralih menatap Aran.
"Kenapa?"tanya Florenzo
"Kalo misalnya gw mati, ada yg akan peduli nggk ya sama gw?"tanya Aran
"Tergantung"jawab Florenzo
"Lo itu terlalu peduli sampai lupa sama diri sendiri, jangan sampai Karna takut jadi egois, malah terus menyenangkan orang lain dan menyakiti diri sendiri"ucap Florenzo
"Lo bener, gw terlalu egois. Tapi gw juga nggk bisa apa apa"ucap Aran
"Gw cuman mau titip sesuatu sama Lo"ucap Aran. Florenzo yg mendengar ucapan Aran pun lantas menengok dan menatap Aran yg sedang mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Tolong kasih cincin ini sama calon suami Chika di masa depan, suruh dia ngelamar Chika pake cincin ini. Mungkin permintaan gw aneh, tapi gw cuman mau ngeliat Chika make cincin ini di hari bahagia nya. Cuman itu permintaan terkahir gw"ucap Aran sambil memberikan cincin tersebut pada Florenzo. Florenzo pun menerima cincin itu dan menatap sendu ke arah Aran. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah cincin berlian berlapis emas di tanganya.
(Anggep aja berlapis emas ygy)
"Cincin yg bagus"puji Florenzo yg membuat Aran tersenyum.
"Itu pilihan Chika, dulu gw pernah janji sama dia di masa depan gw akan nikahin dia, tapi tuhan kayanya nggk ngizinin"ucap Aran sambil tersenyum di akhir kalimat nya.
Keheningan terjadi, tidak ada yg membuka suara sampai seseorang memanggil nama Aran.
"Aran" panggil nya yg membuat Aran menoleh.
"Aku cariin, aku kira kemana"ucap Chika sambil mendudukan dirinya di kursi sebelah Florenzo.
"Kalian ngomongin apa tadi? Kok kayanya serius banget"tanya Chika
"Nggk kita cuman ngobrol biasa, lagian aku juga bosen di kamar terus"ucap Aran tersenyum. Chika pun hanya menganggukan kepalanya mendengar ucapan Aran.
"Cuaca udah mulai gelap, mungkin bentar lagi bakal turun hujan. Mending kita masuk aja ke dalam"ucap Florenzo yg di balas anggukan oleh Aran dan Chika.
Chika mendorong kursi roda Aran dengan di selingi canda tawa di sepanjang perjalanan. Florenzo hanya diam menatap dua insan yg ada di hadapanya. Ia masih membayangkan entah seberapa hancur nya Chika jika Aran benar-benar pergi meninggalkan mereka semua.
"Gw harap Lo kuat ran dan bisa nepatin janji Lo sama Chika. Lo harus sehat Karna sebentar lagi hari ulang tahun Lo, gw harap Lo masih tetep sama kita sampe hari itu tiba."bantin Florenzo
KAMU SEDANG MEMBACA
kutub Utara di hati ku [End] [Revisi]
Fiksi RemajaAku membenci cinta. karna cinta,semuanya yg ada di dalam hidupku hancur -aran