77*

714 102 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 02:05 dini hari. Semua orang terlihat begitu cemas berdiri di depan sebuah ruang inap VIP. Seorang wanita yg sejak tadi duduk menangis terlihat matanya sudah begitu sembab. Ia menatap seseorang yg sedang terbaring kritis dari balik dinding kaca besar di sana. Ia menatap wajah tenang Aran dengan air mata yg terus berlinang.

"Bagaimana keadaan nya?"tanya Zee pada Mirza yg baru saja keluar dari ruangan itu

"Huft sejauh ini keadaan Aran masih tetap sama"jawab Mirza

Florenzo mengusap rambutnya frustasi. Ia menatap tubuh kurus Aran yg sedang terbaring kritis dari balik kaca tebal. Banyak sekali alat yg menempel di tubuh Aran yg membuat hati Florenzo berdenyut sakit.

Dari kejauhan terlihat seorang pria bertubuh tegap berjalan melewati lorong yg sunyi. Langkahnya yg bergantian beradu dengan sunyinya malam. Ia menghampiri beberapa orang yg berada di luar sebuah ruang inap. Wajahnya tampak cemas dan pucat setelah mendengar kabar putra sulungnya.

"Bagaimana keadaan Aran?"tanya gracio

"Tidak berubah"jawab Mirza

Ia mengusap wajahnya sambil menahan rasa khawatir yg menyelimuti hatinya. Ia bahkan belum sempat meminta maaf pada Aran, tapi anak itu sudah tertidur dalam keadaan kritis. Ia meremas sebuah peper back yg sejak tadi ia bawa.

Tak lama kemudian datanglah sepasang orang tua dengan langkah tergesa-gesa menghampiri mereka semua yg ada di sana. Terlihat juga ada seorang pria tegap yg ada di belakang sepasang orang tua itu dengan raut wajah yg masih terlihat lelah.

"Bagai mana keadaan cucuku? Apa dia sudah siuman?"tanya Tn.arga

"Sejauh ini belum opa"jawab Aldo

Keadaan menjadi hening, tak ada percakapan di antara mereka. Mereka sibuk dengan fikiran masing-masing.

"Bagaimana kalau kita kirim briel untuk pergi berobat ke luar negeri?"usul Agam yg sejak tadi diam

Semua mata tertuju pada agam yg berdiri dengan tenang di sudut lorong tak terkecuali Tn.arga yg juga menatap laki-laki itu. Wajahnya yg lelah terlihat tenang di bawah sorotan lampu rumah sakit

"Ide yg bagus, aku akan membawa cucuku untuk pergi ke luar negeri"ucap Tn.arga

"Ku rasa itu akan sia-sia"ucap gracio yg baru saja kembali entah dari mana

"Aku tidak membutuhkan pendapat mu, aku bisa membiayai pengobatan cucuku dengan uang ku sendiri. Jangan khawatir, aku tidak akan meminta sepeserpun uang dari mu"ucap Tn.arga

"Tapi ini bukan masalah uang pa"ucap gracio dengan suara gemetar

"Lalu apa?"tanya Tn.arga

Gracio mengangkat tanganya yg sejak tadi tak henti-hentinya gemetar. Ia menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat pada Tn.arga yg menatap ke arahnya bingung.

Tangan kriput Tn.arga bergerak mengambil amplop itu dari tangan gracio. Ia mulai membuka surat itu menudian membacanya. Tubuhnya seketika membeku membaca semua isi surat itu. Tubuh rentanya tiba-tiba oleng dan hampir terjatuh, tapi untung saja Agam dengan sigap menangkap nya. Oma yg melihat suaminya pun mengambil surat itu dari tangan Tn.araga kemudian membacanya.

Ia menangis histeris melihat isi surat yg ada di tanganya. Gracio yg sudah tidak tahan lagi, tangisnya pun pecah. Ia terisak di sudut lorong dengan terus menggumam kata maaf.

Florenzo yg sejak tadi diam pun mulai meneteskan air matanya sambil terus menatap wajah tenang Aran.

"Gw harap Lo cepet bangun ran, gw mohon sekali aja. Untuk yg terakhir kalinya"batin Florenzo

______________________________________

Waktu menunjukkan pukul 05:42 pagi. Semua orang masih setia menunggu di depan ruang inap Aran. Florenzo pun masih betah di tempatnya bahkan ia tidak berpindah sejak 3 jam yg lalu. Tak lama kemudian ia mendengar suara mesin EKG yg berbunyi nyaring yg membuat semua orang yg ada di sana panik dan takut.

"TUNGGU APA LAGI? CEPAT PANGGIL DOKTER"suara Tn.arga meraung keras memenuhi seluruh penjuru lorong.

Zee dengan cepat berlari mencari dokter untuk menangani Aran. Florenzo di buat semakin panik dengan Aran yg mengalami k jang di dalam sana. Ia terlihat sangat gelisah, bahkan keringat sudah mulai bercucuran membasahi tubuhnya.

Mirza datang, dengan tergesa-gesa masuk kedalam dengan dua orang suster yg mengikuti langkahnya. Semua tirai di tutup yg membuat mereka yg ada di luar semakin khawatir dengan itu.

"Papa apa kakak akan baik-baik saja?"tanya Christy dengan mata merah dan sembabnya

"Kau tenang saja. kakak pasti akan baik-baik saja, dia anak yg kuat"ucap gracio kemudian memeluk tubuh putri bungsunya. Ia menangis memeluk tubuh mungil Christy dengan sesekali mengecup singkat Kapala putrinya.

"Tunjukan mukjizat mu Tuhan"batin gracio

Pintu ruangan terbuka, terlihat Mirza dengan wajah masamnya. Semua orang perlahan bangkit dan mengerumuni Mirza.

"Bagaimana keadaan cucuku?"tanya Tn.arga

Mirza masih terdiam mendengar semua pertanyaan yg di lontarkan untuknya. Ia mulai mengangkat pandanganya menatap ke arah orang-orang yg juga menatapnya penuh tanya. Mulut nya terasa kaku untuk mengatakan sesuatu.

Ia menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskan nya dengan kasar. Ia kembali menatap wajah Christy yg masih menatapnya penuh harap, bahkan air mata masih belum kering dari pelupuk matanya.

"Mirza apa kau bisu"seru gracio sambil mencengkram kerah kemeja yg Mirza kenakan

"Tenang dulu tuan, Aran ada di dalam, dia sedang menunggu kalian di sana"ucap Mirza.

Gracio yg mendengar ucapan Mirza pun langsung menghempaskan tubuh Mirza dan berlalu masuk bersama dengan Christy di gandengan nya. Semua orang berbondong-bondong masuk meninggalkan Mirza yg masih dalam keadaan jatuh terduduk.

Mirza bangkit dari duduk nya dan memberikan pakaian. Ia melepas kaca matanya dan menghapus air mata yg sejak tadi menggenang di matanya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan berjalan masuk ke dalam ruang inap Aran.

Bibir Mirza berkedut kala melihat pemandangan yg indah itu kembali setelah sekian lama menghilang. Gambaran di mana satu keluarga bahagia berkumpul dan saling berpelukan membuat Mirza sekali lagi mengusap air matanya.

Chika yg sejak tadi menangis di pelukan orang tuanya perlahan tenang dan mencoba mengulum senyumnya di hadapan Aran yg juga sedang tersenyum menatap semua irang yg ada di sana. Keadaan Aran sangat memperihatinkan, wajahnya yg pucat dan tubuhnya yg kurus nan dingin membuat semua orang merasa iba. Dan jangan lupakan semua alat yg masih setia menempel di tubuh kurus itu. Semua orang yg melihat keadaan Aran merasa hati mereka seperti tersaya.

Christy tidak bisa membendung air matanya. Ia memeluk tubuh kakak nya erat sambil terus manangis.

Aran tersenyum sambil memeluk tubuh adiknya. Sesekali ia akan memberikan bujukan-bujukan kecil agar adik kesayangannya itu berhenti menangis. namun usahanya gagal, Christy tetap saja menangis mendapati kakak satu-satunya itu terbaring sakit dengan kondisi yg memperihatinkan.

"Christy udah jangan nangis, kakak nggk papa"ucap Aran lemah

"Kakak sakit hiks, trus aku harus gimana sekarang? Hiks Aku hiks harus berbuat apa biar kakak nggk sakit lagi?"tanya Christy sesegukan

"Iya kakak sakit, nah kalo orang sakit itu bggk boleh sedih, trus kalo Christy nya sedih kakak ikut sedih gmn? Nggk baik Lo orang sakit itu sedih"jelas Aran yg membuat Christy seketika menghapus air matanya.

"Oke aku nggk akan nangis lagi"ucap Christy sambil menghapus air matanya.

Aran tersenyum kecil melihat adiknya. Pandanganya pun beralih menatap seseorang yg sejak tadi menatapnya dengan mata yg sudah sangat sembab sama seperti Christy.

Mereka berdua saling tersenyum saat tatapan mereka berdua bertemu.

kutub Utara di hati ku [End] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang