Bel pulang berbunyi dan semua siswa keluar dari area sekolah. Kini Aran dkk sudah berada di parkiran sekolah dan sedang menunggu Christy keluar dari area gedung sekolah. Tak lama kemudian datanglah Christy bersama dengan Chika dkk.
"Hy guys"sapa Chika dkk
"Hy"jawab Chiko dkk.
"Kak ayo kita pulang, Christy lagi banyak pr hari ini"ucap Christy cemberut
"Yaudah, kebetulan kakak juga mau ada urusan"ucap Aran
"Knp buru-buru si"ucap Dey
"Aku lagi banyak pr kak Dey, makanya mau cepet pulang biar cepet selesai pr nya"ucap Christy
"Yaudah dah, padahal gue mau ngajak kalian nongkrong"ucap Dey
"Kalian nongkrong aja dulu tanpa gue, hari ini gue juga ada urusan"ucap Aran
"Yaudah dah"ucap Dey
"Yaudah kita duluan ya"ucap Aran lalu pergi meninggalkan mereka
"Ati-ati"ucap ollan yg di balas acungan jempol oleh Aran.
"Yok dan kita balik"ucap Aldo.
Merekapun pergi meninggalkan area sekolah menggunakan mobil mereka masing-masing. Saat sampai di rumah nya Aran pun masuk ke dalam rumahnya bersama Christy. Merekapun memasuki kamar mereka masing-masing. Aran yg baru sampai di kamarnya pun langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah itu ia pun memakai kaos oversize berwarna putih dan di lapisi dengan versity berwarna hitam. Tak lupa celana berwarna hitam dan sepasang sepatu jordan hitam yg terpasang di kakinya membuat Aran terlihat sangat tampan. Aran pun turun dari tangga dan langsung menuju ke garasi untuk mengambil mobil nya. Aran pun melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan apartmen miliknya dan langsung menuju ke tempat yg ingin ia datangi.
Beberapa menit kemudian kini Aran sudah sampai di sebuah gedung yg di mana terlihat dengan jelas nama gedung tersebut SHN Medika. Aran melangkahkan kakinya masuk menuju ke ruangan di mana Mirza berada. Di sepanjang lorong banyak sekali para staf rumah sakit yg menyapa Aran namun Aran hanya membalas mereka dengan deheman. Rumah sakit yg berdiri megah dan sangat besar ini adalah murni milik Aran. Ia membangun beberapa mall, rumah sakit, bandara pribadi, serta perusahaan yg sekarang telah menyebar di seluruh Asia. Tak lama kemudian kini Aran sudah sampai di depan pintu berwarna coklat dan tertera di sana nama dari Mirza.
Aran mengetuk pintu tersebut dan setelah mendengar seseorang menyuruhnya masuk, Aran pun melangkah kan kakinya masuk ke dalam. Terlihat Mirza yg sedang tersenyum menatap kedatangan Aran. Aran yg melihat Mirza seperti itu pun hanya memutar bola matanya dan mendudukan dirinya di kursi yg ada di depan Mirza.
"Akhirnya kau datang setiap bulan, jadi aku tidak harus terus-menerus mengingatkanmu"ucap Mirza
"Apa kau akan terus tersenyum sampai aku mati, atau kau harus ku tendang terlebih dahulu agar cepat melakukanya"ucap Aran
"Kenapa kau terus memarahiku, aku hanya tersenyum"ucap Mirza yg langsung pergi menuju ruang periksa yg di ikuti Aran di belakangnya.
"Berbaring lah aku akan mengambil semuanya"ucap Mirza lalu pergi meninggalkan Aran.
Aran pun membaringkan tubuhnya di atas bangsal. Ia menatap ke arah langit-langit ruangan. Di dalam ruangan yg berwarna putih tersebut dapat tercium bau obat-obatan yg sangat menyengat. Sebenarnya Aran sangat tidak suka dengan rumah sakit apa lagi dengan semua bebauan yg sangat aneh menurut nya. Tak lama kemudian datanglah Mirza dengan suster yg ada di sebelahnya yg membawa beberap obat-obatan yg Aran sendiri juga tak tau obat apa itu. Mirza mulai melakukan nya. Ia memasang selang infus di tangan Aran, kemudian ia menyuntikan semua obat yg ia bawa ke tubuh Aran. Ada rasa nyeri yg Aran rasakan namun Aran tidak terlalu memikirkan itu. Ia pun penutup matanya dengan sebelah tanganya yg ia taruh di atas kepalanya.
Dua jam kemudian Aran terbangun dan ia pun mengambil henfonnya dan memainkannya. Tak lama kemudian datanglah seorang gadis cantik yg juga berada di tempat yg sama dengan aran tapi ia berada di sebelah Aran dan hanya di batasi dengan sehelai tirai saja.
"Hay"sapa gadis itu dengan tersenyum lebar pada Aran.
"Hay"jawab Aran dengan tersenyum
"Apa kau juga mempunyai penyakit yg sama dengan ku?"tanya nya
"Tidak, aku hanya sedikit demam"ucap Aran
"Kau beruntung masih bisa sembuh.
tapi aku, aku mengidap kanker otak dan itu stadium 2, aku tidak tau apakah aku masih bisa sembuh. sebenarnya orang tua ku ingin aku di Oprasi namun kami tidak membutuhkan cukup biaya untuk aku menjalani operasi itu"ucap nya"Kau masih bisa sembuh, kau hanya harus terus berdoa kepada Tuhan supaya kau bisa menjalani operasi itu, mama ku bilang jika kita meminta sesuatu kepada Tuhan dengan tulus pasti Tuhan akan mengabulkan permintaan kita"ucap Aran
"Jadi kau harus sangat untuk sembuh, dan ingat setelah kau sembuh kau harus bermain dengan ku dan akan ku kenalkan kau dengan semua teman-teman ku"ucap Aran
"Hmm terimakasih"ucap nya
"Sama-sama"ucap Aran
"Oh iya aku belum mengetahui namamu, apa boleh aku mengetahui namamu?"tanya gadis itu
"Tentu, namaku Aran"ucap Aran sambil mengulurkan tangannya
"Aku fiony"ucap fiony yg membalas uluran tangan Aran
"Kita akan menjadi sahabat sekarang"ucap fiony.
"Baiklah"ucap Aran
Tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang memanggil fiony. Terdengar seperti suara pria dewasa. 'Mungkin itu ayah fiony?' Pikir Aran.
"Aran aku harus pulang, kapan-kapan kita akan bertemu kan?"tanya fiony
"Tentu"ucap Aran
"Baiklah aku akan pergi, cepatlah pulih"ucap fiony lalu berjalan keluar meninggalkan Aran.
Tak lama kemudian datanglah Mirza dengan sebuah amplop berwarna coklat di tanganya. Wajah Mirza terlihat lesu saatemasuki ruangan Aran. Aran sudah tau dengan isi surat tersebut pun menghembuskan nafasnya kasar.
"Semakin buruk kan? Aku tau"ucap Aran datar.
"Tapi kau masih bisa sembuh dengan Oprasi"ucap Mirza.
"Tapi kemungkinan aku selamat hanya 3% Mirza"ucap Aran
"Kau pasti akan selamat dan berkumpul kembali bersama orang-orang yg kau sayang"ucap Mirza
"Itu jika aku selamat, jika tidak hal itu hanya akan mempersingkat waktu yg aku miliki"ucap Aran dengan menekan setiap kata-katanya
"Berapa lama lagi waktu yg aku miliki?"tanya Aran datar.
"Sekitar 1 tahun lagi"ucap Mirza
"Aku akan pergi, dan satu lagi"ucap Aran
"Aku mau kau melaksanakan tindakan operasi kepada pasien yang bernama fiony, jangan khawatir soal biaya, itu aku yg akan emanggungnya. Tapi jika pihak keluarganya bertanya soal siapa yg sudah membayar biaya operasi nya. Katakan saja jika kau tidak tau siapa dia"ucap Aran lalu pergi meninggalkan Mirza.
Aran pun berjalan pergi dari ruangan itu setelah mengambil amplop yg tadinya Mirza pegang. Aran berjalan keluar dengan wajah datarnya dan pergi meninggalkan area rumah sakit menggunakan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kutub Utara di hati ku [End] [Revisi]
Teen FictionAku membenci cinta. karna cinta,semuanya yg ada di dalam hidupku hancur -aran