60*

744 87 0
                                    

Keesokan harinya Aran berangkat ke sekolah seperti biasa. Aran bersandar di mobilnya seorang diri sambil menunggu teman-temannya Karna Chika sudah masuk terlebih dahulu untuk membantu para OSIS mengurus para siswa baru. Tak lama kemudian datanglah beberapa mobil mewah mendekat ke arah Aran, Aran yg tau siapa pemilik mobil itu hanya menatapnya dengan datar.

"Morning brow"sapa Ollan

"Pagi-pagi nggk boleh cemberut"ucap Chiko

"Baru aja kemaren senyum-senyum sekarang udah sepet bener tu muka kek mukanya oniel"ucap Aldo yg di balas anggukan oleh oniel. Oniel yg tidak sadar hanya menganggukan kepalanya mendengar ucapan Aldo. Namun, beberapa detik kemudian ia melotot mendengar ucapan Aldo

"Eh enak aja kadal Asia. Gua dari tadi diem aja kenak terus perasaan"ucap oniel sambil menggeplak kepala Aldo

"Nggk papa dari pada diem aja kan"ucap Aldo

"Para ciwi-ciwi kemana nih? Kok tumben bgt belom pada keliatan?"tanya ollan

"Udah pada masuk tadi bareng Chika"jawab Aran

"Lo kenapa sih? Masi pagi udah di tekuk tu muka"ucap Chiko yg merasa aneh pada Aran

"Udah lah, gua lagi nggk mood. Mendingan kita ke kelas"ucap Aran kemudian berjalan cepat meninggalkan teman-temanya.

Sejujurnya Aran sedang merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Entah kenapa sejak tadi pagi tubuhnya terasa tidak enak namun ia tidak merasakan bahwa dirinya sakit. Aran berjalan menuju ke toilet. Aran masuk ke dalam salah satu bilik toilet sambil mendudukan dirinya di kloset yg tertutup.

"Apa ini yg Mirza maksud?"batin Aran

Aran memegang kepalanya yg tiba-tiba ikut terasa sakit. Dengan tergesa-gesa Aran mengambil obat itu dari saku seragamnya kemudian meminum beberapa butir obat tablet itu. Beberapa menit kemudian sakit kepala yg sempat melanda Aran mulai mereda namun sakit dalam tubuhnya hanya sedikit berkurang. Aran berjalan keluar dari bilik menuju ke arah wastafel untuk mencuci wajahnya. Aran melihat dirinya dari pantulan kaca. Aran sedikit merapikan pakaianya yg terlihat sedikit berantakan kemudian berjalan keluar menuju ke kelasnya untuk meletakan tasnya kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah kantin

Aran berjalan menghampiri teman-temannya yg sedang duduk sambil mengobrol santai. Aran menghampiri mereka kemudian mendudukan dirinya di sebelah Chiko. Aran menatap Florenzo yg terlihat sangat aneh hari ini. Tatapan tajam dan dingin yg biasanya Florenzo tunjukan hari ini berubah  menjadi tatapan sayu. Aran yg melihat perubahan sikap Florenzo pun menatap lekat mata Florenzo sambil menaikan sebelah alisnya.

"Ran temenin gua bentar yuk"ajak Florenzo

"Kemana?"tanya Aran

"Ketemu buk Ira bentar"ucap Florenzo yg di angguki oleh Aran.

"Tumben bener minta di temenin?"tanya Aldo heran

"Iya, biasanya juga kemana-mana sendiri"timpal Ollan

"Kalian nggk usah brisik"ucap Florenzo dingin kemudian berjalan bersama Aran.

"Gua ngerasa ada yg aneh"ucap Chiko

"Gimana kalo kita ikutin aja?"usul oniel

"Jangan kalo Lo masih mau ngerasain idup lebih lama. Lo tau sendiri kan Florenzo paling nggk suka kalo ada orang yang kepo. Mendingan kita duduk diem di sini sambil nunggu mereka balik"ucap Chiko yg di balas anggukan oleh mereka semua.

Lagi pula siapa yg ingin berakhir tragis hanya Karna sikap keingin tahuan mereka.

Sisi lain.

Aran yg bingun tetap mengikuti langkah Florenzo yg mebawanya ke arah belakang sekolah. Di sana tidak ada siapapun Karna sangat jarang sekali ada orang yg berada di sana. Florenzo mendudukkan dirinya di kursi taman yg ada di belakang sekolah, di ikuti Aran yg juga mendudukkan dirinya di sebelah Florenzo.

"Gua mau denger sebuah pengakuan dari mulut lo"ucap Florenzo sambil terus menatap ke depan.

"Pengakuan apaan sih Flo. Udah deh jangan ngadi-ngadi"ucap Aran sambil terkekeh.

Florenzo yg mendengar ucapan Aran pun langsung berdiri di hadapan Aran sambil menatap wajah Aran yg sedikit terlihat pucat. Florenzo mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat kemudian sedikit mengangkatnya ke udara. Aran yg melihat amplop itu pun tubuhnya mendadak menegang Karna terlihat jelas nama lengkap Aran di bagian luar amplop itu. Aran menundukan kepalanya kala melihat tatapan kecewa dari Florenzo.

"Jawab gua apa ini?"tanya Florenzo yg berusaha setenang mungkin. Namun Aran tetap diam yg membuat Florenzo semakin geram.

"GUA TANYA APA INI?"bentak Florenzo sambil melempar amplop itu ke arah Aran

"Lo pasti udah tau semuanya"ucap Aran lemah.

"GUA NGGK AKAN TAU SEBELUM KEBENARAN ITU KELUAR LANGSUNG DARI MULUT LO"bentak Florenzo yg masih tak habis fikir dengan Aran.

"Lo tau kan, nggk ada yg bisa bohong dari gua. Lo mungkin bisa ngebohongin semua orang, tapi nggk dengan gua. Emang setelah Lo balik ke sini dan memutuskan untuk kembali menetap disini, gua ngeliat sedikit perubahan dari Lo. Tapi sayangnya gua nggk tau apa itu"ucap Florenzo pelan yg terus menatap kecewa Aran.

Aran yg mendapat tatapan kecewa dari Florenzo pun hanya bisa menunduk sambil terus meneteskan air matanya. Florenzo hanya membuang pandangannya ke arah lain di kala kemarahannya berubah menjadi sebuah air mata. Florenzo menengadah kepalanya berusaha menahan air matanya agar tidak terus keluar, namun usahanya gagal. Air mata nya keluar begitu saja. Ia kembali menatap Aran yg masih setia menundukkan kepalanya.

"Lo anggep kita semua apa sih ran?"tanya Florenzo

"Kita bukan sekedar sehabat, melainkan keluarga. Jadi nggk seharusnya Lo nyembunyiin ini semua sama kita"ucap Florenzo sendu

"Gua akan kasih tau semua ini sama mereka"ucap Florenzo yg ingin melangkahkan kakinya meninggalkan Aran namun dengan cepat Aran terduduk di tanah sambil menahan sebelah kaki Florenzo.

"Lepas ran"ucap Florenzo dingin.

"Gua mohon, jangan kasih tau mereka so semua ini. Gua nggk pernah minta apapun dari Lo, dan kali ini gua minta sesuatu dari Lo, tolong sembunyiin semua ini dari mereka"ucap Aran dengan air mata yg terus mengalir.

"TAPI MAU SAMPAI KAPAN RAN? SAMPAI KAPAN?"bentak Florenzo.

"Lo nggk bisa buat terus-terusan nyembunyiin ini dari mereka"ucap Florenzo

"Gua tau, akan ada ada saat nya mereka tau, tapi nggk sekarang waktunya"ucap Aran

"Tapi kapan?"tanya Florenzo jengah

"Suatu saat nanti"ucap Aran yg di balas helaan nafas dari Florenzo

"Apa Chika tau soal ini?"tanya Florenzo dan Aran menggeleng. Florenzo kembali di buat pusing oleh Aran, ia mengusap wajahnya kasar kemudian berjalan meninggalkan Aran.

Aran berjalan Gontai menuju ke wastafel yg ada di taman itu kemudian mencuci wajahnya. Ia menatap dirinya yg terlihat sangat payah dari pantulan air yg ada di wastafel. Aran memukul wastafel itu dengan keras kemudian berjalan menuju ke arah parkiran untuk mengambil mobilnya. Aran melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah dan pergi entah kemana.






















kutub Utara di hati ku [End] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang