Waktu bergulung tanpa terasa
Tahun berubah tahun mengalir begitu cepat
Tiga tahun sudah.
Bukit Wudel Anakan yang biasa sepi, kali ini berubah sama sekali. Dari awal pagi, saat matahari masih mengintip di balik bayangan pohon Sengon alas yang perkasa menjulang ke langit, terdengar deru angin yang bergulung-gulung.
Bukan angin musim yang mulai kering, karena musim kemarau sebentar lagi datang. Bukan!Angin yang menderu bergulung itu muncul dari tongkat warna coklat hitam yang dipakai sebagai senjata.
Belum lagi, pukulan tangan kosong yang sesekali terdampar keluar dari tangan kirinya.
Gempuran angin itu menderu bagaikan suara lolongan naga yang sedang mengamuk.
Alam di sekitar tempat berlatih itu terkungkung dalam putaran tenaga dalam yang menderu-deru.
Pucuk dedaunan, reranting pepohonan berguncang terpapar aliran tenaga dalam yang begitu hebat.
Semua " kekacauan " itu ternyata, ulah dari seorang pemuda yang tampan berpakaian biru tua tambal-tambalan. Rambutnya yang panjang menutupi sebagian wajahnya.
Alis matanya hitam melengkung, hidung mancung, dan mulut yang selalu tersenyum.
Begitu gagahnya pemuda serba biru tua itu memainkan tongkat panjang coklat, memukul, menyodok, menyapu, dan menggebuk ke sasaran secepat berkelebatnya bayangan.
Gerakannya aneh, lincah dan terlihat ayal-ayalan.
Bergerak ke kanan, malah memukul ke kiri.
Meloncat ke depan, malah menyodok ke samping.
Kadang posisi kuda-kudanya seperti lemah dan terhuyung-huyung.
Meloncat, memukul, melontarkan serangan, dan menendang begitu gesit. Tidak ada yang menyangka jika pemuda tampan itu jika diperhatikan secara seksama adalah pemuda buta.
Pemuda buta atau tepatnya pengemis muda buta itu adalah Lintang Soka yang telah menguasai tiga ilmu aneh ajaran dari Ki Sembilang warisan dari Ki Munding Laya si Raja Pengemis dari Selatan.
Tiga tahun sudah, Ajian Tirto Amuk Nogo, Tongkat Sakti Halilintar dan Langkah Ajaib Pengemis Mabok sudah dikuasainya dengan baik.
Meskipun ia buta, namun indera yang lain lebih peka dari kebanyakan manusia.
Suara sekecil apapun, selirih apapun. Mampu ia tangkap dengan indera pendengarannya yang tajam. Semua kepekaan itu diperoleh karena latihan yang luar biasa di air terjun Uyuh Nogo.
Belum lagi pukulan tongkat halilintarnya. Jika dirapal ajian itu, tongkat yang panjangnya dua depa mampu mengeluarkan suara ledakan seperti ledakan halilintar dan mengeluarkan gulungan tenaga yang berperbawa panas.
Lintang Soka masih asyik mengasah ilmu yang di milikinya, hingga akhirnya...
"Cukup, Lintang. Hentikan latihanmu!" suara Ki Juru Sembilang tiba-tiba muncul, menghentikan latihan Lintang Soka.
*
Tiga tahun berlalu. Namun fisik Ki Juru Sembilang tidak mengalami perubahan yang sangat berarti. Tubuhnya masih kurus, rambutnya masih panjang awut-awutan. Pakaiannya pun masih tetap tambal-tambalan. Ya, pakaian pengemis warna biru tua seperti yang dipakai Lintang Soka muridnya.
"Kemarilah, Lintang!" perintah Ki Juru Sembilang dengan lembut.
Lintang Soka menghentikan latihannya dan segera melayangkan tubuhnya mendekati suara gurunya berasal.
Kemudian duduk di sebuah batu gunung, berhadap-hadapan dengan gurunya.
Meski telah berlatih keras, tak nampak setitik pun keringat di wajah dan tubuhnya.
Ki Juru Sembilang, tersenyum puas melihat latihan muridnya yang semakin sempurna. Tidak sia-sia ia mewariskan semua ilmunya, kepada murid tunggalnya yang sangat dikasihi.
*
"Lintang, pelajaranmu sudah rampung. Tiga ilmu warisan Eyang Buyut Ki Munding Laya telah kamu kuasai dengan baik. Teruslah berlatih, jangan kendur," ujar Ki Juru Sembilang dengan wajah penuh senyum dan puas.
"Dengan selesainya latihanmu, berarti tibalah saatnya, kamu memikul tugas berat yang dipercayakan kepada Partai Pengemis. Tugas itu aku wakilkan kepadamu, Lintang Soka," tutur Ki Juru Sembilang hati-hati.
"Tugas rahasia ini ada kaitannya dengan kejayaan kerajaan Tirta Nusa Mahardika. Tugas dari junjungan kita Baginda Raja Airlangga Maeda," lanjut Ki Juru Sembilang.
*
Demikianlah, setelah memperoleh limpahan tugas rahasia yang sangat penting. Lintang Soka memulai pengembaraannya kali pertama seorang diri.
Ayunan langkahnya membawanya ke arah pusat kerajaan Tirta Nusa Mahardika.
Apakah yang terjadi selanjutnya?
Apakah tugas penting itu?
Ikuti kisah selanjutnya dari Lintang Soka dalam Kisah Lentera Maut
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Maut
ActionLentera Merah menjadi tanda elmaut datang lebih cepat. Benarkah?