29. Pertempuran

7 0 0
                                    

Siang semakin mengalir

Membawa udara panas

Sepanas yang terbesar

Di gelanggang pertempuran! 

*

Lintang Soka bisa menghitung ada lima orang yang sedang bertempur.

Tidak hanya dari teriakan, pukulan, gerak golok, kelepak suara pakaian bahkan tarika nafas mereka bertempur, Lintang tahu bahwa saat ini ada satu orang yang lincah dikeroyok oleh empat orang yang bertenaga besar.

"Hai... Bocah Bagus. Menyerahlah, serahkanlah semua bekalmu

Aku Simo Koreng. Ha... ha... Ha!"

"Hoek... ! Mulut bau tak tahu diri, lihat pukulanku... Hiaat... !"

"Ha... Ha... Ayo... cepat ringkus dan kalau membandel bunuh saja!"

Perintah Simo Koreng kepada anak buahnya dengan nada mengejek dan sangat merendahkan.

Lintang Soka mendengar itu, memastikan bahwa satu orang muda yang bertubuh ramping trengginas dikeroyok sekawanan penjahat yang kasar dan sadis ternyata.

Pemuda itu tanpa senjata hanya mengandalkan pukulan tangan kosongnya, namun begitu setiap serangan lawannya yang bersenjata golok itu mampu dihindarkan, atau dipukul runtuh, bahkan tak jarang dengan angin tangkisan dan angin pukulannya, mampu membuat golok-golok yang menyerangnya terpental balik atau malah beradu satu sama lainnya.

Kedengarannya petempuran itu sudah terjadi cukup lama. Nafas yang sedikit berat dan terputus, menandakan bahwa pemuda itu sudah mengendur perlawanannya. Meski belum berada dalam keadaan yang mengkhawtirkan. Pemuda itu cukup tangguh.

Sedang keempat lawannya, terdengar sangat bernafsu untuk segera menyudahi perlawanan dan meringkus lawannya cepat-cepat atau malah membunuhnya untuk segera menggagahi hartanya.

Dari penilaian Lintang Soka, meski pemuda itu cukup tangguh, keadaan seperti itu tidak akan menguntungkannya jika berlangsung lebih lama. Bisa-bisa ia terkuras tenaganya dan itu sangat membahayakan.

Maka, Lintang Soka memutuskan untuk membantunya.

Dicarinya beberapa buah kerikil yang ia temukan tidak jauh dari tempatnya bersembunyi. Ia menunggu dengan sabar untuk menemukan kesempatan yang tepat membantu pemuda itu.

*

Sementara itu, pertempuran semakin seru. Lagi-lagi, teriakan kesal keluar dari mulut Simo Koreng melihat anak buahnya masih belum berhasil meringkus korbannya.

"Dasar tidak ada guna. Meringkus tikus muda kurus seperti itu, kalian tidak mampu. Memalukan saja kalian!"

Pemuda itu terdengar marah mendengar teriakan yang secara tidak langsung merendahkan dirinya.

Terbukti tarikan nafasnya lambat dan keluar angin tenaga dalam yang bergelombang lebih hebat. Gerakannya juga kembali tangkas, membalas menyerang pengeroyoknya.

Bagaimana nasib pemuda itu?

Siapakah dia?

Bagaimana caranya Lintang Soka menolongnya?

Bersambung....

Lentera MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang