Lentera Maut

16. Melati

Gagak Bewok dan kambratnya berhasil digebah oleh guru dan muridnya yang bertampilan pengemis namun sakti dan berjiwa pendekar.

Karena merasa berhutang budi dan jiwa Sugara sekeluarga menjamu dengan tulus sang penolongnya di rumahnya yang megah. Dilayani bak tamu agung.

Makan dan minuman mewah harum nan semerbak mengalir tak henti sebagai tanda terima kasih.

Untuk beberapa hari kemudian Ki Sembilang dan Lintang Soka terpaksa menginap karena sudah tidak bisa menampik akan kesungguhan dan kebaikan orang.

*

Selama tinggal, Ki Sembilang tidak hanya berpangku tangan, ia terus merawat dan membantu kesembuhan tuan rumah.

Sedangkan Lintang Soka menemani bocah perempuan kecil montok lucu dan cantik bermain-main.

Lintang Soka sangat terhibur hatinya. Wajahnya nampak segar berseri dan terlihat sering tertawa.

Perubahan itu tidak lepas dari perhatian Ki Sembilang yang merasa bersyukur, bahwa Lintang Soka masih bisa terhibur hatinya. Mengecap kebahagian meskipun hanya sesaat saja tidak mengapa.

Mengusir kemurungan dan lamunannya selama ini.

Meski sesungguhnya Ki Sembilang sudah yakin bahwa Lintang Soka adalah murid yang tabah dan tahan uji.

*

Akhirnya tibalah saat perpisahan. Tidaklah mungkin Ki Sembilang dan Lintang Soka harus tinggal selamanya di rumah Sugara. Meski dengan berat hati Ki Sugara melepas kepergian mereka.

Ki Sugara sebenarnya sudah dengan cerdik mengikat Ki Sembilang dengan menyerahkan Melati puterinya agar diangkat murid oleh Ki Sembilang.

Namun apalah daya, Ki Sembilang masih mempunyai keperluan dan kewajiban yang belum tertunaikan.

Berjanji suatu hari nanti, Ki Sembilang akan kembali lagi untuk menjemput Melati untuk melegakan hati Ki Sugara.

Melati menjadi adik seperguruan Lintang Soka, nantinya.

Akhirnya terpaksa Ki Sugara sekeluarga melepas guru murid itu dengan berat hati. Diberi bekal secukupnya bahan makan kering dan sekantung uang emas yang sekali lagi Ki Sembilang tidak bisa menolaknya.

Bersambung....