Matahari di ufuk Timur telah membagi sinarnyaMembagi kehangatan dan mengeringkan bulir embun di pucuk dedaunan dan ujung rerumputan
Angin sepoi membelai, ditingkatkan suara alam pagi nan harmoni
Kehidupan kembali normal, meski rasa takut dan harap-harap cemas mengganduli perasaan penduduk sepanjang Dukuh Tanjung Sari, dan dukuh-dukun lainnya sekitarnya.
Apalagi jika ada kematian anak perawan. Penjagaan diperketat. Saling bahu membahu menjaga kuburan yang baru itu.
Karena orang sudah maklum dan yakin. Bahwa pencuri makam itu menganut ilmu hitam dan tidak akan lepas mengincar makam perawan baru.
Konon kabarnya, kafan bekas mayat perawan bisa dipakai untuk menghilang.
"Plass..."
Hilang tak berwujud, bagi orang yang memakainya.
Belum lagi, tali pocongnya bisa dibuat tumbal ilmu pengasihan.
Dan yang terakhir, gelu atau tanah liat yang dibuat bulat-bulat untuk mengganjal mayat supaya bisa miring dan wajahnya menghadap kiblat itu.
Tanah gelu ini bisa dipakai untuk aji sirep, dengan cara menabur tanah gelu itu. Maka yang jadi sasaran akan terlelap tidur tidak ingat apa-apa lagi.
Karena kepercayaan itulah, penduduk kampung jadi lebih hati-hati.
Terbakar prasangka dan kewaspadaanya.
Siapa saja orang asing yang lewat melintasi dukuh Tanjung Sari selalu diperiksa dengan cermat?
Ronda digelar setiap malam, apalagi jika ada yang kematian anak perawan. Hampir semua penduduk yang bernyali, ikut serta dalam menjaga keamanan itu.
10 hari...
20 hari...
Sebulan...
Keadaan Tanjung Sari aman terkendali.
Penduduk dukuh sudah bisa tidur malam hari lebih tenang.
Sehingga keamanan sedikit mengendur.
Saat itulah terjadilah malam jahanam itu kembali.
Bukan di Tanjung Sari. Tapi di dukuh Bulak Rejo!
Dua peristiwa sekaligus. Pencurian makam dan pencurian di rumah Juragan Sapi Ki Kliwon.
*
Dukuh Bulak Rejo, terletak di sebelah selatan dukuh Tanjung Sari, jaraknya sekitar dua hari jika ditempuh dengan berjalan kaki. Setengah harian saja jika mengendarai kuda.
Konon, malam itu, hampir semua penduduk yang menjaga makam dan yang tinggal di rumah Juragan Sapi Ki Kliwon tertidur dengan pulas.
Nyata bagi mereka terkena Ilmu sirep yang luar biasa kekuatannya.
Maling ini kemungkinan orang yang sama, dengan kekuatan ilmu hitamnya yang semakin tinggi.
Tidak hanya mencuri kain kafan, tali pocong, gelu, bahkan harta berharga, perhiasan, uang gepokan milik Ki Kliwon disikat habis.
Hanya dalam sepertiga malam saja...
Karena menurut cerita Kang Jono yang menjaga kuburan perawan Ningsih. Sekitar penghujung pagi mereka masih asyik bermain kartu.
Dan pagi sebelum subuh, dua kejadian itu sudah selesai terjadi, tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Semua penduduk terkejut ketika mendengar titir atau suara kentongan dipukul bertalu-talu. Suara titik yang membangunkan semua penduduk dukuh.
Tak terkecuali Ki Kliwon, keluarganya dan centeng-centengnya.
"Muaaaalinnnggggg..... Kojurrrr!" teriak Ki Kliwon seperti orang gila melihat keadaan rumahnya diacak-acak dan semua hartanya lenyap.
"Tolongggggg.....!" teriak Kang Jono melihat kuburan Ningsih melompong berlubang.
Dua teriakan yang membuat kampung Bulak Rejo, GEMPAR!
*
Akhirnya di pagi sebelum matahari benar-benar muncul, Dukuh Bulak Rejo menjadi heboh dan kehebohan itu menjalar ke dukuh-dukuh lainnya.
Apakah semua itu ulah Si Kurus Pucat Pencuri Makam yang sama?
Apalagi, Makam dibongkar, isi rumah yang digasak dan apakah kemudian nyawa yang terpaksa terbang ke akhirat?
Bersambung...
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Maut
БоевикLentera Merah menjadi tanda elmaut datang lebih cepat. Benarkah?