18.Kegelisahan

2 0 0
                                    

"𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘦𝘣𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯"
~𝙕𝙖𝙮𝙣 𝙧𝙞𝙙𝙝𝙤 𝙖𝙠𝙧𝙞𝙨𝙣𝙖~

     


       Hari-hari berlalu menyisakan berbagai macam kenangan indah Nan pahit. Di hari rabu siang ini, tubuh kurus Nan ringkih itu bergetar hebat dengan keringat dingin membanjiri di saat pelajaran sejarah tengah berlangsung.

𝘼𝙧𝙚𝙪𝙢 𝙣𝙪𝙧𝙞 𝙯𝙖𝙧𝙖 𝙝𝙖𝙣𝙚𝙪𝙡 yang duduk tak jauh dari Javeria berada, dapat melihat tangan anak itu meremat kuat seragam sekolah yang ia kenakan sembari berusaha mengambil nafas yang kian menipis.

Aerum yang ingin mengajukan tangan tuk menolong Javeria terhenti saat guru lelaki yang tengah mengajar menatap tajam ke arahnya.

"Mau apa lagi kamu ha?! Mau ke wc lagi?! Ini pelajaran penting, bukan main-main. Dan bapak tegaskan untuk pelajaran bapak tidak ada yang di perbolehkan keluar dari kelas sebelum pelajaran berakhir!!!" ucap guru tersebut lantang.

Air mata Javeria meluruh begitu saja kala di rasa paru-paru dan jantungnya di himpit oleh bebatuan besar, bersamaan dengan kepalanya yang berdenyut nyeri dengan telinga yang berdengung keras.

Ia menangis tanpa suara hingga tanpa sadar airmata yang ia keluar kan berupa darah kental yang mengerikan.

Murid-murid yang tak sengaja melihat nya, berteriak histeris menjauhi Javeria sejauh mungkin. Irfana langsung menggendong Javeria ke arah UKS di ikut oleh para inti Wolfe yang telah di panggil beberapa siswa.

Sesampainya di UKS, Keenan mengambil alih tubuh lemah sahabat nya dan langsung memakaikan masker oksigen seraya menginterupsikan untuk menarik nafas secara perlahan.

Tak tinggal diam, zayn mengambil beberapa lembar tisu basah lalu mengelap darah yang masih mengalir dari kedua kelopak mata Javeria.

Alber menghubungi dokter pribadinya, Irfana yang lari ke kantin untuk membeli air putih dan bubur, serta Ridho yang mengipas-ngipasi Tubuh Javeria.

Keenan bertambah gelisah kala melihat Javeria meringkuk sembari meremat kuat seragam yang anak itu kenakan.

17 menit telah berlalu, dan keadaan Javeria tetap lah sama. Untung nya dokter pribadi Alber datang tepat waktu sebelum keadaan Javeria bertambah parah.

"Gimana dok? " tanya mereka serempak.

"Keadaan nya benar-benar lebih buruk dari saat terakhir kali ia di bawa kerumah sakit. Selain karena dehidrasi, faktor di sekitar nya telah menekan jiwanya hingga menimbulkan goncangan yang hebat hingga berdampak buruk pada kesehatan nya. Saya sarankan ia di rawat inap selama satu sampai dua minggu kedepan lalu mendapatkan penanganan khusus dari Pisikeater. Saya permisi" setelah membereskan peralatan nya dokter tersebut kembali undur diri di karena kan ada jadwal oprasi selepas ini.

Para inti Wolfe kecuali Keenan saling pandang sembari sikut-menyikut kala melihat Keenan yang menggenggam erat tangan Javeria yang tengah terlelap.

"Gw takut kehilangan lagi... " lirihnya.

Alber memberanikan diri untuk sekedar Menepuk bahu sahabat nya pelan lalu memberikan kata kata penenang yang untung nya dapat sedikit menghilang ketakutan yang bersarang di kepala Keenan.

"Gw bakal bicara sama bokap gw buat ngomong sama bonyok nya Jave buat ngistirahatin Javeria dari berbagai macam kegiatan selama Jave di rawat nanti. Javeria di rawat di rumah sakit punya keluarga gw aja biar kalian bisa bebas ngawasin Javeria selama dia di rawat Nanti" suara berat Alber membuat seluruh teman temannya mengangguk setuju.

"Cepet sembuh, Nanti gw ajak ke kebun binatang" ucap Irfana.

"Cepet sembuh ya ibu negara, jangan sakit terus. Kucing gw kangen sama lo katanya" sahut Ridho.

"Cepat sembuh psikolog hebat" seru zayn sebagai penutup ucapan semangat yang mewakili mereka.

Meskipun nanti nya Javeria akan mendapatkan perawatan intensif, tapi itu semua tak mampu menutupi guratan kegelisahan yang begitu menguar di sekitar mereka ber tujuh.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang