32.Kekawatiran yang memuncak

1 0 0
                                    

"𝘚𝘦𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩. 𝘛𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘪𝘵𝘶"

~𝙍𝙞𝙙𝙝𝙤 𝙚𝙡𝙛𝙖𝙧𝙤 𝙖𝙡𝙩𝙖𝙣~

        Sudah tiga bulan lamanya Javeria berjuang melawan rasa sakit nya dengan Ryu yang masih selalu berusaha mencari pendonor bagi Javeria.

Javeria bahkan sudah bosan harus terus merasakan sakit dengan masker oksigen yang hampir tiap jam menempel di wajahnya. Ia juga sudah bosan harus memakan obat-obatan pahit tersebut dengan serangkaian perawatan yang harus ia lakukan tiap minggu nya.

Tak terasa, ujian akhir pun telah datang. Membuat para murid angkatan kelas 12 gusar menanti hari kelulusan. Ujian demi ujian mereka lewati setiap harinya tanpa ada kesulitan tersendiri, dan hari ini adalah hari terakhir ujian kelulusan dilaksanakan.

"Stev, Ryu" panggilnya pada kedua rumah yang sedang berkumpul di taman SMA Garuda sehabis bel pulang berbunyi.

"Kenapa? " tanya mereka bersamaan.

"Belakang ini... Aku sering mimpi. Indaahhh banget... Sampai-sampai aku pengen itu terwujud" senyuman pun terbit begitu saja.

"Mimpi apa emang? " tanya Steven penasaran.

"Aku sering mimpi, aku ada di hamparan bunga dandelion, di sana aku lagi duduk di ayunan berwarna putih dengan perban yang gak lagi basah, gak makek masker oksigen, dan..."

"Dan? " tanya mereka penasaran.

"Aku bahagia"

𝘿𝙚𝙜𝙜

Entah mengapa perasaan mereka mendadak menjadi gusar.

"Kamu... Gak berniat pergi dari kita kan?" Tanya Ryu ragu-ragu.

"Entah lah, tapi aku sangat menginginkan kebahagiaan yang ada di sana"

"Tolong jangan pergi" seru Steven yang hendak menangis, entah mengapa belakangan ini ia sangat cengeng.

"Gw gak kemana-mana" seru Javeria meyakinkan.

Setelah percakapan singkat tersebut mereka pulang ke rumah masing-masing termasuk Javeria. di tengah perjalanan, kuda besi yang di kendarai Javeria basah kuyup akibat hujan yang tiba-tiba turun dengan sangat lebat dengan begitu banyaknya suara gemuruh petir.

Sekelebat kenangan-kenangan kelam di masalalu datang menghantui bersamaan dengan kilatan putih yang menyamarkan sebuah truk pembawa barang dari arah berlawanan. Tak sempat menarik rem serta mengelak membuat tubuh ringkih tersebut terpelanting ke aspal basah tersebut dengan genangan darah yang mengerikan.

" aduhh... Dia Anak sekolah, kabur aja deh daripada kenapa-napa" supir truk tersebut menyumbulkan kepalanya melihat kearah sepion mobil untuk memastikan tak ada orang lain di sana dan langsung melajukan mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata meninggal Javeria yang bersimbah darah.

Tak lama kemudian, ada sebuah mobil sport berwarna hitam melintasi jalanan tersebut, penumpang yang tadinya sibuk dengan laptop di tangannya pun terpaksa mengalihkan pandangannya kala sopir pribadi nya menghentikan laju mobil tersebut.

"Kenapa berhenti? " tanyanya dingin.

"Maaf tuan, tapi sepertinya ada korban tabrak lari di sebelah sana, dan... Motor hitam yang hancur itu seperti milik Nona muda"

Pria berjas tersebut menajamkan pandangannya hingga terkejut kalau putrinya terbaring tak sadarkan diri dengan kondisinya yang mengerikan.

Ia langsung keluar dari mobil tersebut dan berlari kearah putrinya "apa yang kau lakukan hah?!! Dasar bodoh! Sudah ku bilang jika hujan kau harus menepi, menyusahkan saja!!! "

Ia menggendong putri nya hingga tak sadar ada seulas senyum yang terbit di wajah penuh darah tersebut.

Sesampainya di rumah sakit, para doker berbondong-bondong masuk kedalam IGD menangani seorang pasien yaitu, Javeria.

Telah lama lampu merah tersebut menyala namun belum ada tanda-tanda akan berganti warna. Tetesan airmata membuat Arshen terkejut. Mengapa ia menangis? Mengapa hatinya terasa nyeri kala membayangkan putri nya yang berlumuran darah di hadapannya? Seperti nya ada yang salah dengan nya. Ya, itu pasti.

Segerombolan laki-laki berlarian di koridor rumah sakit dengan keadaan yang tak jauh kacau seperti Arshen, bertepatan dengan keluar nya seorang dokter dari dalam sana.

"Maaf kan saya tuan, tapi saya sudah berusaha sempu saya bahkan kemampuan dari seluruh dokter pun tak dapat mengubah keadaan pasien. Pasien dinyatakan kritis dan tak terselamatkan kecuali keajaiban dari Tuhan menyelamatkan nya. Paru-paru pasien yang rusak total, saraf-sarafnya  tak berfungsi dengan sempurna dengan degup jantung yang semakin melemah membuat kami segenap garda depan menyatakan bahwa pasien siap kembali ke sisi Tuhannya"

𝘽𝙪𝙜𝙜𝙜

"MAKSUD LO APA HAH?!!! ADEK GW GAK SELEMAH ITU BUAT NYERAH SEKARANG KEPARAT!!! KALIAN AJA YANG GAK BISA NANGANIN ADEK GW, ADEK GW PASTI SEMBUH!!! LO PASTI BOHONG!!!" keenan memukul dokter tersebut lalu mencengkram kuat 𝘴𝘯𝘦𝘭𝘭𝘪 yang di pakai dokter tersebut tersebut.

"Mohon tenangkan diri anda nak. Manusia memang di beri kelebihan, tapi Tuhan jauh lebih memiliki kuasa" jelas dokter tersebut.

"Sembuhkan putri saya atau nyawa seluruh keluarga mu taruhannya" suara berat mengalihkan etensi mereka menatap ke arah Arshen yang tengah menutup mata dengan cairan bening membasahi pipi tirus nya.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang