16.Mencari kehangatan keluarga

2 0 0
                                    

"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘬𝘶𝘳 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘶𝘬𝘶𝘳 𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴
𝘴𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳 𝘮𝘶"
~𝙍𝙞𝙙𝙝𝙤 𝙚𝙡𝙛𝙖𝙧𝙤 𝙖𝙡𝙩𝙖𝙣~


         Di karena kan guru les nya yang sedang sakit, Javeria pun di perbolehkan libur selama beberapa hari kedepan.

Tak menyia-nyiakan kesempatan ia pun berkumpul bersama teman-temannya juga anak-anak jalan di sebuah tanah kosong beralaskan karpet dengan pohon rindang sebagai naungan.

"Tatak antik" panggil seorang bocah berusia tiga tahun yang berada di pangkuan Javeria.

"Kenapa?"

"Tatak cakit ya? Muka na tatak pucet taya antu"

"Kakak gak papa kok"

"Nah adek adek, karena kalian udah bisa baca sama nulis, kakak Javeria mau ngasih buku lagi nih buat kalian. Kalian seneng gak?! " seru Keenan setelah selesai menulis beberapa kata di sebuah papan tulis berukuran sedang.

"Seneng!!! " Jawab mereka serentak

"Bilang apaa?! " interupsi Alber.

"Trimakasih kakak cantiikk!!! " dengan suara yang lantang mampu membuat Javeria melupakan rasa sakit di area jantungnya.

Javeria berdiri dari duduknya setelah memberikan balita yang ia pangku ke gendongan Ridho untuk segera membagikan tumpukan buku cerita rakyat, Rasulullah dan cerita lainnya yang di gemari masing-masing anak jalan tersebut.

Saat ia dan teman-temannya tengah fokus  membagi kan buku, pandangannya tertuju pada seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun bernama 𝙕𝙞𝙢𝙖 𝙖𝙝𝙢𝙖𝙙 𝘼𝙨𝙡𝙖𝙣 yang duduk agak jauh dari yang lainnya.

Ia pun menghampiri anak itu dan menanyakan buku apakah yang ia sukai.

"Kamu suka buku apa? Kakak punya banyak buku buat kamu yang katanya mau jadi guru" ia berjongkok di hadapan anak tersebut.

"Aku suka buku planet"

"Planet? Maksudnya tentang sistem tata surya ya? "

"Tata Surya itu apa kak? "

" Tata Surya itu, kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya"

"Wah keren banget"

"Dan buku ini... " ia memberikan buku mengenai sistem tata surya "bisa buat kamu tau banyak hal tentang alam semesta"

"Trimakasih kakak"

"Sama-sama. kakak tadi lihat kamu murung, kenapa?cerita ke kakak aja"

"Dewasa itu banyak sakit nya ya kak? "

"Enggak kok, kamu kata siapa? "

"Bukan kata orang lain. Tapi itu menurut zima sendiri kak"

"Kenapa kamu mikir gitu? "

"Gara gara lihat kakak"

Javeria terkejut dan bingung di saat yang bersamaan. Kenapa karena nya? Apa ada yang salah dengannya?

"K-kenapa kakak? " seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Kakak udah besar jadi dapet banyak luka. Itu darahnya nembus"

Javeria sangat terkejut, ia lalu meraba area punggung nya yang ternyata ada bercak darah yang menempel di jari-jemarinya.

"Kok bisa nembus padahal dah tebel banget perbannya. aku juga pakai baju yang tebel, kenapa masih tembus sih. Anak-anak yang lain sadar gak yah? Semoga aja enggak" serunya gusar di dalam hati.

"Ini.. Ini cuman cat doang kok dek, jangan takut dewasa. Gak semuanya bakal menderita, buat orang-orang baik kayak kamu, pasti bahagia kok"

"Kakak juga orang baik. Kenapa harus menderita? "

Skakmat. Perkataan bocah itu mampu membuat nya membisu dalam waktu yang cukup lama.

"Itu... Karena kakak gak seberuntung orang lain... " gumamnya yang ternyata masih dapat di dengar oleh bocah di hadapannya.

"Gini aja, kakak punya lagu favorite yang selalu kakak dengerin kalau lagi capek. Adek mau denger? " tawarnya.

"Mauuu! "

"Tapi kamu harus tahu sesuatu, kalau masa depan yang nantinya hancur berantakan pasti bakal tertata rapih bahkan jauh lebih indah dibandingkan yang kamu kira. Masa depan gak mungkin selalu bersinar, pasti adaaa aja kegelapan yang iri sama cahaya itu. Tapi kamu jangan takut oke? Harus yakin sama diri kamu dan Tuhan kalau sinar mentari pasti terbit kembali setelah gelapnya malam" ia mengacak rambut bocah itu yang hanya mengangguk mantap seraya memamerkan gingsulnya.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang