31.Kesempatan ke dua

1 0 0
                                    

"𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪"
~𝙕𝙖𝙮𝙣 𝙧𝙞𝙙𝙝𝙤 𝙖𝙠𝙧𝙞𝙨𝙣𝙖~

      

     Di  sore hari ini, Keenan tengah menyendiri di atas ayunan putih kesayangan Javeria yang berada di taman markas 𝘋𝘢𝘳𝘬 𝘸𝘰𝘭𝘧𝘦.

"Kenapa nan? " tanya seorang anggota  𝘥𝘢𝘳𝘬 𝘞𝘰𝘭𝘧𝘦 yang rumah nya berada dekat dengan markas.

"Ha? Oh... Gak papa" lamunan nya yang begitu jauh nan mendalam pun buyar seketika.

"Kangen sama ibu negara ya? Sama kok. Saya juga kangen banget denger ketawanya" iapun duduk di samping Keenan.

Helaan nafas berat pun terdengar menyedihkan. Sejujurnya Keenan sangat ingin menurunkan gensinya agar adiknya tahu betapa besar rasa rindunya. Bila ia boleh menitipkan rindu lewat hujan, sudah dipastikan rumah adiknya itu kebanjiran.

"Coba kamu tanyain nan kronologi nya dari adek kamu jangan cuman nerima argumen dari satu pihak. Yang kamu pihak sekarang cuma orang asing nan, aku takut kalau kita malah lebih ngancurin hidup Jeveria"

Penuturan dari anggota nya itu membuat Keenan tetdiam seribu kata. Memang benar bahwa ia sangat egois Hanya menerima satu argumen tanpa penyeimbang.

Ia langsung berdiri dan melajukan motornya kerumah sangat ketua untuk memintanya mengundang sangat adik dalam pertemuan rutin yang akan mereka adakan tiga hari lagi.

🍀🍀🍀

"Ryu!!! " panggil Albert saat melihat ketua kelas X11 IPA 1 tersebut.

Mau tak mau panggilan tersebut menghentikan langkah jenjang Ryu.

"Boleh saya bicara sama Javeria? " tanya Albert sopan.

"Gak" ketusnya.

"Ini penting. Kita mau nyoba ngelurusin masalah ini"

"Basi! Setelah lo nyakitin anak itu berulangkali lo baru mau memperbaiki?! " sentaknya tak Terima lantas berlalu dengan rasa emosi yang siap meledak kapan saja.

"Gw bakal ngelakuin apapun asalkan lo ngijinin buat ketemu sama Javeria! Sekalipun itu harus sujud dihadapan lo, gw rela kalau itu memang syarat buat ketemu sama Javeria!!! " teriakan Keenan dari arah belakang membuat Ryu tersenyum miring dan berbalik.

"Lo yakin sama kata-kata lo? "

"Iya. Gw Berani bersumpah demi orang yang gw cintai"

"Kalok gitu temui dia. Di rumah sakit milik keluarga gw, kamar dia di lantai dua nomor 312" tersenyum tipis ia melanjutkan perjalanan menuju kelasnya.

Keenan langsung berlari kearah parkiran sekolah dengan senyuman yang setia mengembang. Di sepanjang perjalanan ia benar-benar bersemangat seperti akan mendapatkan uang bermiliaran.

𝘛𝘰𝘬 𝘛𝘰𝘬 𝘛𝘰𝘬

Keenan menyumbulkan kepalanya dan melihat sang adik yang tengah terlelap dengan 𝘕𝘢𝘴𝘢𝘭 𝘤𝘢𝘯𝘯𝘶𝘭𝘢 yang bertengger apik di hidungnya.

Keenan mendudukkan dirinya di kursi samping banker anak itu dan mengamati tiap pahatan pada wajah anak tersebut.

Ia merapikan rambut Javeria yang sedikit berantakan lantas bergumam "cantik" hingga mata itu terbuka kala merasa terusik.

"Ryu? Stev? Kok udah pulang? Aku tidurnya kelamaan ya? " ia mengucek matanya dan mendudukkan pelan tubuhnya.

"Jave udah boleh main di taman belum? Kata pak dokter tadi Jave udah boleh main di luar, tapi gak boleh lama-lama" dengan mata terpejam ia Terus berbicara walaupun lawan bicaranya tak merespon perkataan nya.

Keenan benar-benar bingung dan gugup di saat yang bersamaan. Dengan ragu ia pun berkata " ini Keenan. Bukan Ryu ataupun Steven"

Javeria langsung membuka matanya dan memundurkan badannya karena terkejut. Sial. jantungnya benar-benar terasa ngilu namun ia tak boleh terlihat lemah dihadapan orang asing ini. Iya! Dia tidak boleh terlihat lemah.

"Keenan mau nanya, boleh? "

"..."

"Boleh Keenan tau, kebenaran dari kejadian waktu itu? "

Setelah terdiam beberapa saat ia pun menjawab "Buat apa? "

"Keenan mau tau yang sebenarnya"

"Bukannya udah jelas kalau saya yang hampir bunuh 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 kalian? " ia memalingkan wajahnya sembari menekan kata 'kesayangan'.

Keenan menggeleng ribut lalu menunduk melihat kearah perban yang sama sekali belum ia ganti.

"Buat apa kesini? Saya gak butuh belas kasih. Kalau kamu lupa, saya itu pembunuh jadi gak pantes buat di kasihani"

Perkataan tersebut membuat Keenan menggeleng lebih heboh dan menangis tanpa suara dikala hatinya tergores dengan perkataan orang yang ia cintai.

Ya, Keenan baru menyadarinya sekarang. Ia bukan suka namun, cinta. Ia bukan menyayangi Javeria karena menganggapnya sebagai seorang adik melainkan ia jatuh cinta pada seorang gadis bernama 𝙅𝙖𝙫𝙚𝙧𝙞𝙖 𝙐𝙯𝙢𝙖 𝙑𝙞𝙘𝙩𝙤𝙧𝙮. Ia selalu ingin melindunginya, ia ingin selalu mendengar tawanya. Namun, ia gagal. Ia justru menjadi luka terbesar orang yang ia cintai.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang