19. Mari berjuang bersama-sama

1 0 0
                                    

"𝘛𝘶𝘣𝘶𝘩𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘳𝘢𝘱𝘶𝘩, 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘬𝘶𝘯𝘨 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘱𝘢𝘩𝘪𝘵 𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘪𝘯𝘨𝘬𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘨𝘢𝘳𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳 y𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘵𝘶𝘵 𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘯𝘢 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯"
~𝙅𝙖𝙫𝙚𝙧𝙞𝙖 𝙪𝙯𝙢𝙖 𝙫𝙞𝙘𝙩𝙤𝙧𝙮~


       Punggung tangan yang tertancap jarum infus, serta lubang hidung yang tersumpal 𝘕𝘢𝘴𝘢𝘭 𝘤𝘢𝘯𝘯𝘶𝘭𝘢 tak membuat kondisi Javeria membaik.

Anak itu terus menatap ke arah jendela yang menampilkan langit senja yang begitu indah sore ini.

𝘛𝘰𝘬... 𝘛𝘰𝘬... 𝘛𝘰𝘬...

"Jave? Gw beliin buah nih"

Javeria tak bergeming membuat Zayn menghela nafas, ia lalu duduk di kursi sebelah banker sahabatnya.

"Sampai kapan? "

"Ha?! "

"Huft... Gw dah capek Zayn, gak mau berjuang lagi. Dah terlalu capek sama semuanya. Gw tau ada banyak anak yang hidupnya lebih buruk dari gw. Tapi gw bener bener dah capek sekarang. Gw pengen nyerah aja. Lagian kalok gw pergi orang tua gua bakalan bahagia. Beda kalok gw masih ada, mereka bakalan marah-marah terus" ingin rasanya Javeria kembali meneteskan air matanya, namun sepertinya bola mata kembarnya itu sangat lelah untuk sekedar meneteskan setetes air mata.

"Lo ngomong apa sih?! Lo mikirin perasaan mereka aja?! Terus gimana sama kita Jave! Orang-orang yang udah ngasih suport buat lo selama ini gak lo pikirin perasaan mereka!!! " sentak Zayn yang terpancing emosi.

Javeria tertawa keras namun, suara tawanya begitu menyayat hati kala terdengar oleh indra pendengar manusia.

"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘦𝘨𝘰𝘪𝘴 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘱 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘶𝘢𝘯𝘨" batin Javeria.

"J-Jave..."

"Kenapa hm? Gw egois banget ya? Mentingin ego buat kebahagiaan sendiri tanpa mikirin kebahagiaan kalian??? HAHAHAHAHA IA GW EGOIS!!! GW EGOIS TAPI KALIAN JAUH LEBIH EGOIS DARIPADA GW!!! KALIAN SELALU MAKSA GW BUAT BERTAHAN TANPA MIKIRIN GW SANGGUP NGELANGKAH LAGI ATAU ENGGAK!!! JANGAN KAN MELANGKAH, GW BERDIRI AJA ADA BATU BESAR YANG SIAP NIMPA GW 𝙕𝘼𝙔𝙉 𝙍𝙄𝘿𝙃𝙊 𝘼𝙆𝙍𝙄𝙎𝙉𝘼!!! " tangisan Javeria kembali terdengar pilu walaupun tak ada airmata yang meluruh.

Zayn hanya mampu diam sembari menundukkan kepalanya kala di rasa airmatanya akan meluncur.

Keenan dan para inti Wolfe yang lain nya masuk kala mendengar kericuhan dari arah ruangan bercatkan putih itu.

"Maafin abang ya? Abang terlalu egois buat kamu. Adek capek ya? Jangan nyerah dulu ya? Kita berjuang sama-sama. Katanya mau jadi psikolog. Psikolog hebat itu berawal dari mereka yang mau berusaha bertahan" Keenan mengelus lembut surai Javeria.

"Gw capek Nan... " lirih nya.

"Kita tahu kamu sangat lelah sekarang. Tapi kamu yakin mau menyerah kala Tuhan sudah menentukan hadiah untuk mu di masa depan? " Suara Ridho terdengar lembut.

"Mending lo istirahat dulu deh Jave, kayaknya lo butuh banyak tidur" sofia yang kebetulan ikut sangat kakak pun menengahi kala melirik ke arah Zayn yang masih saja menundukkan kepalanya dan merasa ada yang aneh dengan Javeria.

"Maaf 𝘩𝘪𝘬𝘴... Maaf bentak Zayn.... Maaf... 𝘏𝘪𝘬𝘴 maaf... " racau Javeria di dalam pelukan Keenan.

"Zayn gak papa,Kamu tidur aja" ia mendongakkan kepalanya.

Ridho memegang pundak Zayn lalu mengkode kepada anak-anak wolfe yang lain untuk meninggalkan Javeria bersama keenan. Lagipula mereka tak dapat menenangkan anak itu ketika keadaan nya benar-benar sedangkan kacau.

"Jave jahat ya? 𝘏𝘪𝘬𝘴 maafin Jave... Jangan ninggalin Jave lagi... Jave takut sendirian 𝘩𝘪𝘬𝘴... " racaunya.

"Syutt... Gak ada yang ninggalin kamu. Kita disini, gak bakal ada lagi yang ninggalin kamu. Jangan takut oke? "

Setelah setengah jam lamanya akhirnya Javeria dapat kembali terlelap walaupun masih sesenggukan.

"Kenangan yang keluarga lo kasih terlalu kejam Jave buat anak yang gak tau apa-apa kayak lo. Gw tau lo bingung harus lari kemana dan berteduh di mana. Tapi lo gak usah khawatir. Anak-anak wolfe pasti gak bakal ninggalin lo, gw janji" ucap Keenan sebelum menutup pintu ruangan tersebut rapat-rapat.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang