30.Sama-sama hancur

1 0 0
                                    

"𝘛𝘦𝘳𝘬𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘦𝘣𝘢𝘵 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢, 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘮𝘣𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘮𝘢"
~𝘼𝙡𝙗𝙚𝙧 𝙨𝙚𝙞 𝙆𝙚𝙚𝙣𝙖𝙣~






       Matahari masih belum terbit, namun seorang gadis telah disibukkan dengan rongga pernafasan nya yang tak dapat berfungsi secara normal. Berulang kali ia mengurut pelan dadanya sembari mengatur nafasnya, bahkan masker oksigen telah bertengger apik di wajahnya.

Suara adzan subuh membuat Javeria menghentikan aktifitas nya, berjalan tertatih dengan seluruh tubuh yang bergetar hebat perlahan-lahan ia melaksanakan ibadah sholat subuh dikamar nya.

"Ya Allah ya Tuhanku, jika dirasa hamba telah memenuhi segala kewajiban serta janji-janji hamba, maka hamba minta, tolong kembalikan hamba ke sisi mu" ia membereskan alat sholat nya dan kembali duduk di ranjangnya sembari berdzikir menunggu waktu tuk bersiap-siap ke sekolah.

Setelah jam dinding menunjukkan pukul 05:25 menit ia mulai mempersiapkan segalanya untuk pergi ke sekolah hingga pukul 06:30 ia telah siap dan langsung pergi menuju sekolah.

Sesampainya di sana ia melihat segerombolan anak-anak yang tak di kenalinya. Jangankan wajah dari almamater nya saja sudah sangat berbeda dengan almamater milik sekolah nya.

"Baby!!! " seru seseorang dari arah belakang yang membuat Javeria berbalik kala dirasa tak asing dengan suara tersebut.

Ia melihat Steven melambaikan tangannya lantas berlari ke arahnya. Ia mengelus surai Javeria lantas berucap "semangat sekolah nya ya sayang! " senyuman lebar terbit di wajah tampan tersebut.

"Hoekk... Lo kesambet apaan? Mau gw rukiyah enggak? " ucapan Javeria yang jijik dengan perlakuan yang Steven berikan kepadanya.

"Syuttt... " Steven membisikkan ke telinga Javeria "gw mau buat para bajingan yang buat hidup kamu hancur itu kepanasan. Ikutin aja Oke? "

"Samapai jam berapa? " tanya Javeria membalas bisikan Steven.

"Sampai pulang nanti, soalnya hari ini kelas ku kunjungan kesini" setelahnya Javeria mengajak Steven berkeliling.

"Wooyyy!!!! " teriak Ryu yang berlari dari arah kantin, seperti nya ia baru selesai sarapan.

"Sayang, tadi aku beli boneka loh buat kamu, tapi sayangnya ketinggalan di rumah" seru Ryu sedikit meninggikan nada suaranya hingga ia dapat melihat guratan emosi dari anak-anak Wolfe yang tak jauh dari mereka berdiri.

"Iya gak papa nanti kita ambil Oke? " Javeria mengelus pelan surai Ryu mulai mengikuti drama teman-temannya.

"Dia aja by? Aku? " Steven menunjuk dirinya sendiri.

"Iya sayang kamu juga hahaha" ia terkekeh pelan dan mengacak rambut legam Steven.

"Cih... Murahan! " sarkas zelda yang langsung di sentak Keenan yang tak Terima Javeria di rendahkan.

"Zelda! Jaga ucapan kamu!!!"

"Kenapa sih nan?! Kan bener dia murahan! Tuh lihat dia pacaran sama dua laki-laki sekaligus!!! " seru zelda tak Terima Keenan membela Javeria.

"By kita ngantin yok, nanti aku beliin permen yang banyak" Steven langsung menarik tangan Javeria menuju kantin.

Keenan yang marah pun pergi ke rooftop sekolah yang berada di taman belakang dan langsung meninju batang pohon mangga hingga tangannya terluka.

Melihat Javeria yang semakin dekat dengan lelaki lain membuat amarah Keenan meledak, ia paling tak suka miliknya di sentuh orang lain. Permata yang dulu sangat ia jaga hilang begitu saja hanya karena masalah yang ia tak tahu kebenarannya.

Ia mendudukkan dirinya dan mengacak rambut nya frustasi hingga tanpa sadar bulir-bulir bening airmata pun menetes tanpa permisi meninggalkan sesak di hati.

Sementara di kantin SMA Garuda tiga orang manusia tengah menikmati nasi goreng dengan penuh canda tawa.

Javeria berhenti kala di rasa ada sesuatu yang begitu menyakitkan ingin keluar dari tubuhnya, ia langsung meminum air mineral yang ada di dekat Ryu lantas terdiam meremas almamater yang ia kenakan dengan sangat kuat.

𝘜𝘩𝘶𝘬𝘬...

Darah segar keluar begitu saja membasahi kedua telapak tangan Javeria yang sebelumnya ia gunakan untuk menutup rapat mulutnya.

Melihat Javeria yang muntah darah membuat kedua orang yang menemaninya kalang kabut hingga kepanikan mereka bertambah saat tubuh ringkih tersebut limbung jatuh ke lantai.

Steven menggendong Javeria dan berlari sekuat tenaga menuju ke rumah sakit terdekat dengan Ryu yang menelpon sopir pribadi nya untuk menghantar kan mobil kesekolah nya tanpa memperdulikan teriakan-teriakan histeris dari siswa-siswi yang mereka lewati.

"Javeria? " guman Irfana kala melihat punggung seseorang yang sangat ia hafal melintas melewati dirinya dengan tubuh kurus di gendongan salah satu dari mereka.

Sesampainya di depan gerbang mereka langsung masuk ke dalam mobil hitam tersebut dan meminta sopir tersebut agar segera membawa Javeria menuju rumah sakit terdekat.

𝘉𝘳𝘢𝘬𝘬𝘬

Dobrakan pintu rumah sakit membuat seluruh etensi manusia yang berada di dalam tertoleh pada mereka bertiga "SUSTER!!! DOKTER!!! TOLONG SELAMATKAN TEMAN SAYA!!! " teriakan lantang dari keponakan pemilik rumah sakit pun membuat seluruh suster dan dokter berdatangan dan langsung membawa Javeria menuju ruang UGD.

Lampu merah yang telah lama menyala membuat degup jantung kedua manusia yang menunggu di luar ruangan kalang kabut kala terlintas kembali ingatan Javeria yang mengeluarkan begitu banyak darah dari dalam tubuh kurusnya.

Lampu berganti hijau menandakan penanganan telah selesai di lakukan. Sosok pria berjas putih pun keluar dan melepas masker medis yang ia kenakan.

"Gimana dok keadaan teman saya?! " seru mereka bersamaan.

"Kondisi pasien telah membaik, namun paru-paru nya rusak parah serta jantung nya yang tak berfungsi secara normal mulai melambat , jika pasien tak mendapatkan pendonor dengan cepat maka nyawa pasien taruhannya. Saya sarankan pasien melakukan Transpilasi darah setiap minggunya dan melakukan terapi secara rutin. Saya permisi tuan muda" dokter tersebut berlalu meninggalkan koyakan luka di hati dan jiwa.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang