03.Sekolah

7 1 0
                                    

"𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢
𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨-𝘮𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘱𝘢𝘬𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 "
~

𝙕𝙖𝙞𝙡𝙖 𝙙𝙚𝙧𝙮𝙖 𝙛𝙖𝙞𝙧𝙪𝙯~

Pagi ini seperti biasa, Javeria sudah rapih dengan seragam sekolah nya serta penutupmata di sebelah kiri di karenakan warna kornea matanya yang berbeda.


"Bunda! Ayo nterin Jave ke sekolah! " seru Jave seraya menggendong tas berwarna biru di pundaknya.

"Iya sebentar! Bunda lagi nyisirin rambut Naya! " teriak sangat bunda dari dalam rumah.

Tak lama kemudian Zaila dan Nayaka keluar dari dalam rumah.

"Waah! Naya ganteng! Kayak pangeran! " senyuman lebar pun terbit di wajah Javeria saat melihat Nayaka menggunakan baju berwarna biru muda.

"Tentu saja! Naya kan putranya bunda Zaila! " balas Naya tak kalah antusias.

"Hahaha ya udah, ayo berangkat" ia langsung mengunci pintu rumah dan menggandeng kedua tangan anak kecil itu.

Mereka berangkat dengan berjalan kaki hingga sampai di sekolah Javeria yang untung nya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

Sesampainya di sana Jave langsung bersalaman dengan sang bunda dan memeluk erat teman laki-laki nya.

"Belajar yang rajin ya, biar jadi pintar" ucap sang bunda.

"Pasti dong bunda! Jave bakal belajar banyak biar bisa kasih tau ke Nayaka nantinya! " bangganya.

Nayaka tersenyum simpul lalu berucap" kamu harus rajin belajar, agar pintar. Naya itu buta jadi Naya tidak bisa merasakan Yang namanya sekolah, tolong jaga impian Naya untuk bisa merasakan sekolah lewat kamu ya? Maaf merepotkan "

Mengangguk mantap lantas membalas ucapan sahabatnya " Naya gak usah khawatir, Jave bakal jadi pintar demi Naya!!! "Serunya percaya diri.

" jangan! Kamu harus pintar demi dirimu sendiri bukan demi orang lain. Karena, dengan melihat kamu bahagia, itu juga membuat Naya merasa bahagia "

"Ya sudah, masuk gih keburu masuk loohh" peringat sang bunda.

"Siap bunda! Dada Naya!!! " ia pun berlari menuju kelas nya dan bel masuk pun berbunyi.

Pelajaran di mulai seperti biasa hingga tibalah waktu istirahat. Tidak seperti anak-anak lain yang akan pergi keluar kelas untuk bermain dan membeli jajan, Javeria hanya duduk di ayunan yang berada di bawah pohon rindang.

"Eh lihat anak yang di sana itu! Kata mama aku dia itu monster loohh!!! " seru seorang anak perempuan ber kuncir dua.

"Iya, kata mama aku juga kayak gitu! Dia itu punya warna mata yang beda! Hii... Sereemm... " seru seorang anak berkepang satu.

Anak anak lain mulai berbisik-bisik dan mengelilingi Javeria yang duduk di ayunan sembari menundukkan kepalanya.

Mendengar anak-anak lainnya yang tertawa sambil memaki nya, ia hanya bisa diam walaupun air matanya terus menerus menetes di atas rerumputan hijau.

𝘛𝘦𝘯𝘨... 𝘛𝘦𝘯𝘨... 𝘛𝘦𝘯𝘨...

Bel masuk pun akhirnya terdengar, semua anak yang semula nya menertawai Javeria langsung berlarian ke kelas Masing-masing meninggalkan Javeria yang masih berdiam diri di ayunan tersebut.

Menghembus nafas beberapa kali lalu mengangkat kepalanya "gak papa, Jave anak hebat! Masa gini aja nangis! Ayo Semangat! " ia pun kembali tersenyum setelah menghapus air matanya dan berlari ke kelasnya.

Kini bel pulang telah berbunyi nyaring membuat seluruh anak-anak TK itu berlarian ke depan gerbang menemui orang tua mereka.

"Bunda sama Naya kemana ya? Kok gak jemput Jave juga? " gumam nya kala tak dapat menemukan keberadaan sang bunda dan sahabatnya.

Akhirnya,Iya memutuskan untuk duduk di ayunan tadi sembari menunggu kehadiran sang bunda.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang