2

2.9K 221 5
                                    

"service yg gue minta murah, baby"

"Service..?"

Jeno menyentuh bibir haechan.
Bibir itu terasa kenyal dan lembut di tangan nya.

"Cium gue"

Haechan terkejut dengan mata membulat. Bibir mungil menganga lebar tidak percaya dengan apa yg baru saja di tangkap oleh telinga nya.

"Ap-apa?!"

"Mau gue cium atau Lo yg cium? Pilih"Jeno memberi aturan main.
Kedua tangan bertumpu pada dinding, memudahkan nya untuk mengurung haechan dengan posesif.

Haechan menahan nafas nya dalam-dalam saat Jeno menyudutkan nya semakin rapat ke dingin yg dingin, sempit dan jorok...sebuah tempat yg di namakan...Toilet!

"Kok diem" Jeno tersenyum ketika haechan enggan melakukan kontak mata dengan nya. Bulu mata nya yg lentik berkali-kali melihat ke arah kloset dengan tatapan jijik.

Haechan semakin jijik karena permintaan Jeno kepada nya berciuman di toilet?!

"Haechan nggak mau!" Ucapnya angkuh tanpa berani menatap langsung mata Jeno.

"Oke, berarti gue yg bakal cium Lo"ancaman Jeno langsung di tindak lanjuti olehnya .

Bibir Jeno mendarat sempurna di pipi haechan, berikut satu tangan ikut andil meraup payudara kiri haechan.

Jeno meremas nya dan seperti dugaan nya selama ini, haechan memiliki bukit kembar yg padat dan berisi.
Besar dan membuat milik nya terangsang hanya dengan sekali sentuh apalagi remas

"Dada kamu besar banget, baby" Jeno berkata vulgar. Ia semakin keras meremas. Menikmati nya dengan semangat.

"Ihhh, nakal banget sih kamu!" Haechan memukul tangan Jeno dengan wajah merah padam.

Haechan mengusap pipinya dan memeluk dadanya dengan tangan nya yg lain. Baru kali ini ada yg berani menyentuhnya!

"Haechan bakal aduin kamu ke papa
Biar kamu di hukum!" Haechan semakin kesal karena Jeno hanya menertawakan nya. Laki-laki itu tidak takut sama sekali dengan pangkat sang ayah yg merupakan direktur kepolisian.

"Sebelum di hukum, gue bakal ciumin kamu sepuasnya"Jeno mendekatkan bibirnya ke bibir haechan yg tengah meronta.

"Jeno, jangan!" Haechan menggelengkan kepala menghindari dengan membabi buta hingga bibir Jeno hanya menempel di rahang nya.

"Jeno, udahan ih!!!" Gadis itu mendorong dada Jeno dengan sekuat tenaga, namun usahanya hanya sia-sia. Lelaki itu tidak bergerak sedikitpun.

"Gue cuma minta di cium, baby.
Belum sampai ke tahap minta servis di sini. Belum" jeno menyentuh kejantanan nya dengan vulgar, dan harga menjerit saat tangan Jeno yg lain tiba-tiba menyentuh area intim milik haechan melalui sibakan ringan pada roknya, lalu menekan belahan rapat organ kewanitaan nya yg beruntung masih terlindungi celana dalam.

"Jeno! Jangan!!!" Entah mendapatkan kekuatan dari mana, haechan kemudian menendang selangkangan milik jeno dan berhasil membuat lelaki itu mengerang kesakitan.

"Argh!" Jeno mundur sambil mengusap miliknya yg sebelumnya menegak tegang, kini mendapatkan hadiah berupa tendangan dari haechan.

"Rasain! Kamu sih, nakal!" Haechan mengibaskan rambutnya yg panjang ke belakang, lalu menggunakan kesempatan lemahnya Jeno dengan berlari keluar dari bilik toilet.

Namun saat haechan baru mencapai pintu keluar ,Jeno tiba-tiba menarik lengannya.

"Ih lepasin!" Haechan berteriak sambil memukul tangan Jeno.

"Habis nendang penis gue, Lo kira Lo mau kemana, hah?! " Jeno mencengkram kuat-kuat lengan siku milik haechan hingga gadis itu mendesah kesakitan.

"Jeno, sakit..."haechan merintih dan melihat lengannya telah membekas merah.

"Jeno, jangan!" Haechan membuang wajah nya sambil terus menggeleng kepala nya saat cengkraman beralih ke pinggang nya, sementara tangan yg lain meremas bongkahan lembut pada pantat nya.

Jeno memeluk nya begitu erat hingga dadanya menempel ketat dengan dada milik nya.

Jeno sudah gila! -haechan membatin dan melihat aura gelap di mata laki-laki itu saat menatapnya.

Haechan memejamkan matanya saat bibir Jeno telah begitu dekat dengan bibirnya. Jeno benar-benar ingin menciumnya.

"Apa yg kalian lakukan di sana?!"

Suara itu Datang dari arah koridor, dan seketika bibir Jeno yg sebentar lagi nyaris akan menempel ke bibir haechan, mengumpat kecil.

Jeno melepaskan pelukannya dan menjauhi haechan ,yg kini tampak lega bercampur syok dengan wajah memerah di kedua pipi.

"Kalian pikir kalian ada di mana?
Di Motel?!" Pak Kangta , guru BK yg telah di kenal begitu baik oleh Jeno berteriak tegas. Matanya hanya di tujukan langsung kepada jeno, dan seperti biasa, jeno hanya memutar bola matanya, terlewat santai.

"Kamu berulah lagi, Jen" pria itu memainkan tongkat kecil kesayangan nya sambil berdecak, sementara yg di ajak bicara hanya mengarahkan pandangan matanya kepada haechan seorang.

"Aku beri skors hingga berhari-hari ternyata tidak membuat mu jera juga, Jen" pria dengan rambut super rapinya itu menatap Jeno dan haechan secara bergantian.

"Sekarang ikut bapak ke kantor!"

Kangta memukul bahu Jeno.
Tidak cukup keras untuk membuat pemuda itu kesakitan, namun haechan sempat terkejut ketika suara yg di akibatkan nya cukup keras .

"Dan kamu, kembali ke kelas mu!" Perintah nya kepada haechan yg masih berdiri membatu.

"I..iya" ucap haechan tergagap.

Setelah mengucapkan itu, Kangta pergi terlebih dulu meninggalkan Jeno dan haechan yg masih berdiri di tempat nya.

"Lo udah bikin penis gue kesakitan, baby" Jeno menggeram dengan nada suara tidak seperti biasa.

"Jadi siap-siap buat lo tanggung akibatnya nanti"

Haechan mundur selangkah berusaha melindungi diri.

"Apa yg kamu lakukan, Jeno!
Cepat ikut bapak dan terima hukumanmu!"

"Nikmati bahagiamu untuk sementara ini, baby" jeno bersiul sambil berjalan mundur menjauhi haechan.

"Apa maksud nya?" Haechan bergumam pelan dengan mata setia melihat punggung Jeno yg bergerak menjauh.

Jeno bersiul dan siulan itu bagaikan mimpi buruk untuk nya di kemudian hari.

TBC

Making LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang