9

2.1K 166 1
                                    

"kalau gue menang, Lo harus turuti apapun yg gue mau. Gue minta Lo jadi pacar gue, Lo harus mau. Gue mau cium lo, Lo nggak boleh nolak. Apapun"

"Apapun"

"Tidak" haechan menggelengkan kepalanya gelisah. Kedua mata terpejam dengan kening terlipat tajam. Keringat dingin mengalir membasahi wajah polos.

"Apapun"

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

haechan tiba-tiba menjerit di dalam kamar tidurnya yg kedap suara. Haechan otomatis bangun dengan jantung berdebar.

"Ha...hanya mimpi?" Haechan bergumam kecil sambil melihat ke seluruh penjuru kamar. Lalu di amatinya seluruh tubuh nya yg hampir basah kuyup karena keringat.

Haechan menoleh dan melihat jam weker yg berada di samping tempat tidur.

Pukul 06.50 WIB.

Haechan menarik kedua lutut, membawa nya ke dada, lalu di peluk nya dengan tubuh yg masih gemetar.

Siang itu jeno benar-benar telah melecehkan nya dengan buruk.
Semua tubuh nya terasa sakit, terutama di bagian dada yg masih menyisakan perih.

Jeno, sahabat sejak kecil yg kini telah berubah menjadi psycho gila.




"Jadilah penurut kalau Lo nggak mau gue bikin hamil seperti tadi"

"Ha..hamil"

Jeno mengangguk sambil menarik pinggang haechan mendekat, "ya, meneruskan percintaan kita yg tertunda "

Haechan terkejut dengan perubahan sikap jeno. Setelah memeluknya, lelaki itu tiba-tiba memberikan ancaman lain kepada nya .

"Ng...nggak mau!" Haechan terkejut dengan mata kembali berkaca-kaca.

"Kalau begitu jangan berulah.
Jadilah gadis yg manis"

Jeno kemudian membawa haechan keluar dari dalam kamar mandi lalu menuntun nya masuk ke dalam lemari pakaian.

Jeno memilihkan baju untuk haechan dengan sikap bossy seperti biasa.

"Pakai yg ini"

"Tapi kamu keluar dulu" masih setia memeluk dada di antara rasa malu karena ketelanjangan nya, haechan memohon kepada jeno.

"Pakai" Jeno menggeleng santai.

Dengan wajah memerah, haechan akhirnya memakai rok di atas lutut dengan cepat.

"Besok pagi teman-teman gue mau main ke rumah, dan Lo...." Jeno menyisirkan tangan nya ke rambut haechan, "apapun yg terjadi, gue mau Lo ikut main ke rumah gue juga"

"Kenapa haechan harus ikut?"

Jeno mengulum senyum ringan.

"Karena Besok adalah game nya. Teman-teman gue akan jadi juri di game kita nanti"





Haechan mendesah sambil kembali melayangkan mata nya ke luar jendela.

Sungguh tidak adil!

Haechan tidak di beri kesempatan untuk menolak. Ia benar-benar tidak habis pikir, kenapa Jeno bisa seperti itu?

"Apa yg harus haechan lakukan?" Haechan bergumam pelan sambil kembali berbaring ringan di atas tempat tidur. matanya menatap langit kamar sambil terus berpikir keras.

Baru saja merenungi mimpi buruk ,pintu kamar haechan Tiba-tiba terbuka.

"Pagi, baby"

Suara itu membuat haechan serta Merta bangun dari posisinya saat ini.

"Je..Jeno! Kami mau apa kesini?!" Haechan shock melihat pemuda yg saat ini tengah memakai kaos oblong warna hitam dan celana pendek selutut berdiri santai di depan pintu kamar tidur nya.

"Well, gue mau ngingetin Lo aja"Jeno mengedipkan mata, dan haechan hampir saja berteriak saat jeno masuk ke dalam dan menghampiri nya.

"Jeno, jangan dekat-dekat....
Nanti haechan akan teriak!"

"Tante sama om sudah tahu kalau gue ada di sini"

Baru saja akan berteriak minta tolong, jeno telah menarik lengan di ikuti dengan menekan tengkuk haechan mendekat, lalu di pangut nya bibir haechan yg masih sedikit membengkak karena ciuman Jeno siang lalu.

"Hmmmph!" Haechan mencoba mendorong kuat-kuat dada Jeno agar menghentikan ciumannya. Namun Jeno mengabaikan dan terus melakukan semua kehendak nya sesuka hati.

Haechan merasa sesak nafas di paru-parunya, dan Jeno yg telah terlebih dahulu mengetahui situasi itu, akhirnya melepas bibir haechan setelah sepuluh menit lama nya memberikan French kiss pagi.

Jeno menangkup kedua pipi haechan, lalu di tarik nya mendekat hingga tak berjarak, "jangan lupa jam 10 ,baby"

Laki di cium nya bibir haechan dengan sekilas waktu.

"Jangan mencoba untuk kabur"

Tanpa menunggu jawaban, Jeno kemudian mundur bersamaan saat pria dengan baju olahraga nya itu masuk ke dalam kamar haechan.

"Bagaimana, Jen?" Chanyeol bertanya kepada jeno.

"Sepertinya haechan tidak mau joging bersama kita, om" Jeno mengusap puncak kepala haechan yg tengah tertunduk sambil memeluk dada.

"Ada apa, sayang?" Chanyeol mendekati haechan dan duduk di samping nya. Di usapnya pipi haechan yg berkeringat.

"Kamu sakit, sayang?"

"Haechan Sepertinya mengalami mimpi buruk, om. Bukankah begitu,
Haechan?" Jeno memberikan tatapan maut dan mengancam kepada haechan.

"Haechan mau mandi, pah" ucap nya
Sambil membuang wajahnya dari Jeno.

Haechan kemudian berlari menuju ke kamar mandi dan menguncinya.

Klik!

Haechan bersandar ke pintu dengan nafas terengah-engah.

Haechan tidak akan datang ke rumah Jeno! Tidak akan!

Jika rumahnya sendiri saja Jeno berani melecehkannya, bagaimana nasib nya nanti kalau harus pergi ke rumah lelaki itu? Belum lagi dengan teman-teman Jeno yg haechan tahu juga memiliki sifat Badung dan nakal seperti Jeno.

TBC

Making LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang