21

1.6K 123 0
                                    

"Jeno, di sini gelap sekali. Haechan nggak suka!" Haechan merapatkan dirinya ke tubuh Jeno lalu di peluk nya lengan kiri lelaki itu sambil mengiba kepadanya.

"Kita keluar aja yuk, Jen"

Jeno menundukkan kepala seraya membalas tatapan mata haechan.
Binar ketakutan terpancar jelas di mata gadis itu.

"Aku ingin tidur dengan mu" Jeno melingkarkan tangan nya ke pinggang haechan, mendominasi nya secara utuh.

Keinginan Jeno sontak membuat haechan terkejut. Matanya membulat ngeri. Bulu kuduknya meremang ketika punggung nya di belai mesra oleh lelaki itu.

"Je..Jeno... haechan nggak mau" haechan menggelengkan kepalanya mengingat Jeno tidak pernah bercanda dengan ucapan nya.

"Ka..kamu udah janji sama haechan kan? Kita nggak akan begituan sebelum menikah"

"Memang nya kenapa? Lagipula kita pasti juga akan melakukan hal itu kan?" Jeno tertawa kecil.

"Kamu masih marah ya?" Haechan merasa aura Jeno mulai berubah sejak peristiwa tak terduga di kantin beberapa saat yg lalu.

Benar saja, jeno mulai menunjukkan sisi gelap ketika haechan bertanya hal itu.

"Aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan sanha"Jeno tiba-tiba memeluk haechan, posesif.

"Sanha?" Haechan merasa pernah mendengar nama itu. Tapi kapan dan di mana haechan pernah mendengar nya? Haechan tidak ingat.

Haechan merasa sesak dan sulit untuk bernafas. Tubuh Jeno yg tinggi dan besar begitu kuat memeluk nya .
Jeno benar-benar seperti gorila berwajah singa di mata haechan.

"Ke..napa haechan nggak boleh dekat-dekat dengan....sanha?"

"Jangan bertanya. Cukup ikuti perintahku"tegas Jeno sambil menuntun pelan haechan menuju ke atas tempat tidur.

"Jeno...kita masih di sekolah" haechan mengingatkan dengan suara terpekik. Haechan terkejut karena tubuhnya tiba-tiba di dorong kuat hingga rebah sempurna di atas tempat tidur.

Haechan bisa mencium aroma rokok bercampur parfum yg sering di pakai Jeno pada seprai.

"Aku tahu, baby " jeno perlahan mulai membuka kancing seragam milik haechan.

"Jeno, jangan!" Haechan menahan tangan jeno agar tidak melepas semua kancing bajunya yg kini masih menyisakan tiga kancing terakhir.

"Tidak apa-apa, baby" jeno menunduk dan mencium leher haechan.

Haechan meremas kedua baju jeno ketika panasnya aktivitas mereka.
Berkali-kali haechan berusaha menahan diri untuk tidak mendesah.

Haechan ingat ucapan Asahi beberapa waktu yg lalu.
Asahi bilang.....

"Jangan sekali-kali Lo ngedesah di depan cowok. Yg ada mereka bakal khilaf alias makin borny sama Lo"

Cengkraman nya semakin kuat di lakukan oleh haechan ketika bibir Jeno mulai merangsak turun ke buah dadanya.

"Aahh...Jen...nohh..." Haechan menjerit karena jeno kembali memainkan bukit kembarnya seperti tadi malam.

Jeno menangkup payudara kirinya sambil meremas remas kuat.

Sementara payudara kanannya di cium dan di gigit dengan keras hingga membekas merah.

Haechan terus merintih dengan mata memejam. Lipatan kecil di keningnya terlihat semakin jelas, sampai sebuah ciuman lembut datang membuat rasa sakitnya sedikit teralihkan.

"Jangan dekat-dekat dengan sanha"jeno bergumam sambil mencium kening haechan.

"Aku memang buruk, tapi dia jauh lebih buruk dari yg bisa kamu lihat saat ini"

DEG! saat itulah. Sekali lagi...
Tanpa sedikit alasan, jantung haechan kembali berdebar.

Kenapa Jeno berkata seperti itu?

Haechan menyentuh jantungnya dan merasa dirinya sulit untuk bernafas. Melihat hal itu, Jeno paham betul dengan isi hati haechan yg masih menyimpan rasa ragu terhadap nya.

"Trust me" Jeno menarik haechan agar kembali duduk.

Haechan bingung dengan perasaannya saat ini.

Haechan merasa ada yg di sembunyikan Jeno darinya. Termasuk kedua orangtuanya yg seperti nya turut serta melakukan hal itu.

"Jangan paksa haechan untuk mengingat nya, Jen"

"Aku tidak memaksa nya, om"

Percakapan antara Jeno dan ayahnya, Chanyeol masih teringat jelas di kepala haechan. Mereka jelas-jelas tahu sesuatu.

"Bagaimana kalau kita nikahkan mereka, Chanyeol? Dengan begitu, aku anggap semua hutang mu atas keluarga Lee akan lunas"

Hutang?

Apa ayahnya terlilit hutang yg sangat besar sampai sang ayah dengan tega langsung menyetujui pernikahan itu?

"Apa yg kamu pikirkan?" Tanya jeno sambil memainkan kembali kancing kemeja milik haechan.

Haechan meremas rok nya, takut dengan pertanyaan nya yg mungkin akan berdampak buruk.

"Bagaimana kalau haechan tiba-tiba Menolak...ehm...nolak nggak mau nikah sama kamu?"

Aura Jeno berubah drastis dengan tatapan yg perlahan mulai berubah dingin.

Selama beberapa saat suasana tampak hening tidak ada yg bersuara sampai Jeno sendiri yg akhirnya memecah sunyi.

"Kalau kamu sampai nolak, saat itu juga aku akan memperkosa mu, haechan" Jeno benar-benar serius mengatakan itu. Jeno Bahkan tidak memanggil nya 'baby' seperti biasa.

"Persetan jika kamu mau menangis dan memohon kepadaku untuk berhenti, aku akan tetap melakukan nya lagi dan lagi sampai kamu hamil.
Bagaimana?" Jeno tidak asal menggertak. Tangannya turun ke pangkal paha haechan, lalu di tekan nya dengan kuat di antara kilatan tegas di matanya.

Haechan spontan menjerit dan buru-buru bergerak menjauhi Jeno,
"Ihh....Jeno! Haechan nggak mau!"

"Kamu sendiri yg terlebih dulu ingin menikah  dengan Ku. Jadi apa salah jika sekarang aku memperjuangkan permintaan mu? Permintaan yg saat itu telah berubah menjadi obsesi untuk ku"

"Du..dulu? Obsesi?" Haechan tidak mengerti maksud ucapan Jeno sebenarnya.

Kenapa haechan tidak ingat?!

Haechan frustasi. Semakin keras mengingat. Maka rasa sakitlah yg haechan dapat.

Rasa sakit itu telah menjalar sampai sebuah potongan kecil masa lalunya tiba-tiba muncul melintas di kepala nya.

Haechan melihat seorang gadis yg tampak nya belum genap berusia 14 tahun tengah berdiri canggung di depan seorang anak lelaki yg tengah sibuk memainkan bola basket di tangan nya. Lapangan indoor yg sepi kian menguatkan rasa canggung itu.










Dua tahun yg lalu....

"Jeno "

"Nanti...kalau umur haechan sudah 17 tahun, haechan mau nikah sama kamu"

"Menikah? Denganku?" Anak lelaki itu tertawa mendengar permintaan haechan.

"Iya. Haechan suka sama kamu" gadis itu tersenyum lebar di antara bulu matanya yg lentik lebat.

"Oke" anak lelaki itu kemudian berdiri dan membuang bolanya menjauh, "kalau begitu, saat ini juga aku mau kamu lepas semua bajumu di hadapan mu. Berani?"







TBC

Making LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang