13

1.7K 140 1
                                    

Haechan telah menyiapkan semuanya.

ATM.... walaupun sangat berisiko ketahuan oleh sang ayah, tapi itu tak menjadi masalah. Lagipula kartu itu sudah menjadi milik nya.

Lagi pak Taemin, pria paruh baya yg sudah haechan anggap sebagai keluarga sendiri dan ia percaya telah membantu dan mengantar nya sampai ke tempat ini!

"Yes!"

Haechan bahagia bahwa setidak nya ia tidak akan bertemu dengan jeno selama satu hari ini.

Haechan benar-benar menikmati kebebasannya dengan berguling guling ceria di atas tempat tidur.

"Oke, hari ini haechan mau ke little Venice!" Gumam nya sambil memainkan ponsel nya melihat keindahan little Venice puncak.

Namun kebahagian haechan tidak bertahan lama. Kesenangan nya harus terganggu dengan suara ketukan pintu yg tiba-tiba datang.

Tok....tok....tok..

Haechan bangun dari rebahan nya.
Kening nya berkerut mendegar suara itu.

Siapa yg mengetuk pintu?

"Siapa?" Teriak haechan sambil berusaha turun dari atas tempat tidur.

Haechan menunggu dengan was-was
Hingga suara serak dan berat seorang lelaki membalas nya dengan begitu ramah.

"Service, nona"

Haechan berjalan sambil kembali mengusung senyum ceria. Haechan memang sedang menunggu layanan terbaik di penginapan ini.

Ceklek.

Haechan membuka pintu tanpa rasa ragu. Alangkah terkejut nya saat sosok yg ia lihat adalah seorang lelaki yg menjadi sumber  penderitaan psikis nya selama ini telah berdiri tepat di pintu kamar hotel.

" Morning, baby" hanya memakai kaos santai yg di lindungi oleh jaket bomber gelap, lelaki itu memaksa masuk dengan mendorong pintunya agar terbuka lebih lebar.

Haechan yg masih merasa shock tiba-tiba tersadar dan serta Merta menahan pintu itu dengan usaha dan tenaga yg sudah haechan tahu pasti.... sia-sia.

"Eh....ja....jangan masu...

Teriakannya teredam dengan sekali dorongan yg di lakukan oleh jeno, yg tanpa susah payah akhirnya berhasil masuk dan kini menguasai seluruh ruangan.

Terbukti dengan di kuncinya pintu itu dengan gaya nya yg lagi-lagi, bossy.

"Wow, kamar yg bagus ,baby" jeno bersiul sambil melihat ke setiap sudut ruangan. Tatapan nya kemudian berhenti di sebuah Kasur berukuran king yg terletak di dekat jendela.

"Cukup besar untuk kita berdua"

'ayo berpikir haechan' - Rutuk nya dalam hati.

Jangan sampai Jeno melakukan tindakan mesum dan cabul lagi.
Jangan sampai Jeno melakukan tindakan semacam itu sampai melampaui batas!

Haechan ingat ia hampir kehilangan keperawanan nya di rumah nya sendiri. Lalu sekarang mereka hanya berdua di dalam kamar yg haechan sewa. Gawat!

TIDAK! BERPIKIRLAH HAECHAN!
COME ON!

Haechan mencoba berpikir dan...
Berpikir!

"Ada apa, baby?"

Haechan tersentak ketika pinggang nya di tarik oleh jeno hingga tubuh nya menabrak dada nya yg bidang dan keras.

Haechan menjauhkan kepala nya saat bibir Jeno bergerak semakin dekat.

"Tu...tunggu!" Haechan menahan bibir Jeno yg ingin melayang jatuh ke bibirnya.

Haechan menyentuh dan menutup bibir jeno dengan jantung berdebar, takut jika jeno sampai mencium nya yg berujung dengan membawa nya sampai ke atas ranjang.

"Jeno...ka..kamu bilang mau kabulin apapun yg haechan mau kalau kita sudah resmi pacaran ,kan?" Haechan berusaha mengeluarkan suara nya selembut mungkin . Merajuk mungkin lebih tepat.

Haechan akan menggodanya!

"Itu tergantung bagaimana sikap Lo sama gue"Jeno terkekeh sambil melepaskan pelukan nya di pinggang haechan.

Jeno bersiul sambil berjalan menyusuri tempat tidur. Ia menurunkan ristleting pada jaket, lalu membuang nya ringan ke tepi springbed.

Otot di sekitar lengan nya terbentuk kuat karena latihan tinju nya selama ini.

Haechan sampai harus mengigit bibirnya saat ia tanpa sengaja melihat bekas jahitan permanen di pergelangan tangan nya.

Dalam kondisi genting, haechan akhirnya menyadari satu hal tentang Jeno. Lelaki itu memang pantas menjadi pimpinan geng, yg mengutamakan fisik dalam menghadapi setiap sumber masalah.

Terbukti dengan beberapa baris luka permanen, lalu tubuh yg terbentuk ideal dan macho.

"Maksud kamu apa?" Haechan masih berdiri canggung di depan pintu, berharap bahwa pintu itu akan terbuka untuknya. namun semua itu mustahil ,karena kunci itu saat ini berada di jaket lelaki itu.

Jeno menjatuhkan tubuh nya ke atas tempat tidur, lalu menepuk ringan samping tempat ia duduk saat ini dengan arah mata jauh lurus kepada haechan, "come hare, baby"

Haechan hanya mengigit bibir ,enggan. Ia menggelengkan kepalanya dan menoleh perintah jeno.

"Sit" satu kata perintah dari Jeno berhasil membuat haechan tersentak untuk ke sekian kali.

Suara yg tinggi ,serak dan tegas menjadi pemicu nya.

Haechan buru-buru berjalan mendekati Jeno dan mengambil duduk di samping nya.

Haechan meremas rok nya dengan erat. Hanya berdua di dalam kamar membuat haechan merasa berada di kandang seekor singa yg kapanpun harus siap jika di terkam oleh nya.

"Ada apa, baby?" Jeno tertawa melihat cara duduk haechan yg kaku. Satu tangan nya terulur meraih rambut haechan yg tergerai yg menutupi bagian samping wajah cantik nya yg tertutupi.

Haechan tidak membalas pertanyaan Jeno dan masih mempertahankan sikap diam nya.

Keterdiaman yg berhasil membuat Jeno geram dan melakukan hal yg tidak pantas kepada haechan.

"Ihh....Jeno....jangan!" Haechan menjerit karena jeno tiba-tiba menyibak roknya lalu mudahnya tangan kiri nya yg kasar menerobos masuk sambil membelai paha nya.

"Gue sudah bilang sama Lo" jeno menjepit kedua pipi haechan dengan satu tangan nya yg lain, "gue bakal kabulin apapun yg Lo mau selama Lo bersikap layak nya pacar yg baik, haechan"

"Lepasin Jen...ahh..sakit!" Haechan yg sempat menahan tangan Jeno Agar tidak masuk terlalu jauh ke pangkal paha nya, kini terangkat penuh ke atas mencoba melepaskan tangan Jeno yg tengah menjepit kedua pipinya.

"Gue mau Lo jadi cewek gue. Bukan jadi pembangkang yg bisa nya cuma Kabur"

Haechan terhipnotis oleh sepasang mata warna abu-abu milik jeno yg menatap nya tajam. Tidak ada keangkuhan di balik sinar matanya.

Haechan merasa Dejavu dengan tatapan dan ucapan Jeno barusan.

Haechan merasa mendapat tatapan seperti itu di situasi yg....berbeda?

Haechan tidak bisa berpikir jernih hingga gerakan Jeno yg tiba-tiba kembali datang, mengancamnya.

"Seperti janji gue tadi malam" Jeno mendorong kuat bahu haechan hingga jatuh terlentang di atas tempat tidur.

"Jeno!" Haechan menjerit histeris karena posisinya yg rawan dengan pelecehan dan segala hal buruk yg mungkin akan menimpa nya.

Jeno menindih tubuh haechan dengan tatapan yg masih sama.

"Lo nolak, gue cium. Lo kabur, gue ajak ke tempat tidur" Jeno berkata dengan nada mengingatkan.

"Gue sudah kasih Lo pilihan, dan Lo milih Kabur" Jeno merendahkan tubuh nya lebih dekat kepada haechan.

"Ahh!" Haechan tersentak ketika tangan jeno menekan Miss v-nya dari luar rok nya, "please....jeno. jangan!"

Haechan benar-benar memohon.

"Tapi gue mau lebih dari ini, baby"

TBC 

Making LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang