Hari itu Haifa sudah dibolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. setelah berganti pakaian dan juga mengemasi barang-barangnya dibantu sang suami Haifa sudah siap untuk pulang ke rumah mereka.
Haifa melirik ke arah suaminya, memperhatikan lelaki itu yang saat ini sibuk mengemasi barang-barangnya sendiri. mulai dari berkas-berkas yang pria itu kerjakan sembari menungguinya dan juga beberapa kebutuhan pria itu selama disini.
Awalnya Haifa menawarkan diri untuk membantu, tapi langsung ditolak pria itu. hubungan mereka pun sudah mulai membaik, setelah dipikir-pikir Haifa rasa dia terlalu egois jika terlalu lama mendiamkan pria itu. mungkin saja apa yang pria itu katakan selama ini benar, apapun yang dia lihat belum tentu kejadian yang sebenarnya.
Melihat suaminya yang berjalan mendekat Haifa mencoba tersenyum, meski dilubuk hatinya masih ada perasaan yang mengganjal perihal lelaki itu tapi Haifa mencoba untuk mengabaikannya. sebagai seorang istri tak baik jika dia menyimpan prasangka buruk terhadap suaminya sendiri.
"Ayo pulang"
Haifa mengangguk pelan, membiarkan sang suami yang mendorong kursi rodanya. mengingat patah tulang ringan yang disebabkan kecelakaan hari itu membuatnya tak boleh terlalu banyak beraktifitas. dokter bilang untuk kasusnya Haifa membutuhkan waktu 12 sampai 16 minggu untuk bisa melakukan semuanya secara normal kembali. Haifa bersyukur, karena setidaknya kakinya masih bisa pulih kembali.
Di depan loby Haifa melihat mobil ibu mertuanya sudah terparkir di sana, dia memutar kepalanya menatap sang suami yang juga melirik ke arahnya. "mobil mas kemana?"
"Ada di bengkel, lagi pula mas sedang malas untuk menyetir. jadi mas minta bantuan sama supir mama untuk jemput kita disini"
Haifa hanya mengangguk tanda mengerti. saat sampai di dekat mobil milik mertuanya supir itu keluar dari dalam mobil, membantu untuk membawakan barang-barang mereka yang ada di dalam ransel. sementara Kevin langsung membantunya untuk masuk ke dalam mobil.
Di perjalanan Haifa memperhatikan suaminya yang sesekali menguap, dari raut wajahnya yang terlihat kelelahan dan juga kurang istirahat membuat Haifa merasa sedikit iba. bagaimana tidak? lelaki itu terlalu sibuk mengurusinya, mengerjakan pekerjaannya yang banyak tertunda dan membuatnya tidur terlalu malam.
Merasa tak tega melihat suaminya seperti itu Haifa meraih tangan suaminya, membuat lelaki itu yang sedari tadi memperhatikan jalan langsung melihat ke arahnya "kenapa?"
Haifa tersenyum, "maaf, karena Haifa mas jadi kerepotan"
"Kenapa seperti itu? sudah tugas mas sebagai suami merawat istrinya saat sakit"
"tapi Haifa sempat mendiamkan kamu mas, Haifa bukan bermaksud seperti itu, hanya saja Haifa merasa kecewa melihat kamu pergi dengan wanita lain untuk kesekian kalinya."
kevin tersenyum, tak heran dengan sikap wanita yang gampang berubah-ubah "mas minta maaf, tapi mas pergi dengan Kayra tidak untuk bersenang senang. berapa kali kamu tahu mas pergi dengan wanita itu"
Haifa mengendikan bahu, merasa malas membahas wanita yang selalu menjadi bahan pertengkaran mereka "Haifa lupa, intinya Haifa tahu saat kamu pergi dengan wanita itu meskipun secara sembunyi-sembunyi"
"Kayra yang kasih tahu?" Kevin menatap istrinya mencari jawaban, tapi justru wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah lain "Haifa, tidak semua orang suka dengan hubungan kita, mengapa harus mendengarkan orang lain dari pada bertanya langsung kepada suami kamu sendiri?"
"Mas yang tidak mau jujur, untuk apa Haifa bertanya jika kamu saja berusaha menyembunyikannya?'
"Sudahlah, mas tahu tidak akan menang berdebat dengan kamu. intinya mas pergi dengan wanita itu memang karena ada hal yang penting, bukan untuk bersenang-senang ataupun seperti yang kamu pikirkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baja Nagara
RomanceKevin Baja Nagara seorang pria yang memiliki paras khas lelaki jawa, Dengan perawakan tinggi, kulit eksotis dan senyumnya yang manis, sosok dengan ketampanan yang nyaris sempurna. Hanya karena kesalah pahaman, dia harus menikahi seorang gadis muda y...