14. wanita tak diharapkan

1.3K 112 0
                                    

setelah pekerjaan rumahnya selesai, Haifa mendudukan tubuhnya di sofa ruang tengah, menyeka keringat setelah mengepel lantai bawah. Awalnya Haifa berniat untuk naik ke kamarnya, membersihkan badan lalu menyetrika pakaian yang sudah menumpuk dibelakang. Tapi, suara mobil yang berhenti di depan rumahnya membuat dia menghentikan langkah. Apakah suaminya kembali lagi? Ataukah ibu mertuanya yang datang?.

Merasa penasaran, Haifa berjalan kedepan, membukakan pintu takut-takut jika sang suami yang datang.

Tepat saat dia membuka pintu, Haifa lengsung berhadapan dengan mantan istri suaminya, wanita itu berjalan mendekat, menatapnya datar.

Haifa tersenyum canggung, tak tahu bagaimana harus menghadapi wanita didepannya "cari siapa mbak? Kalau cari mas Kevin, dia tidak ada"

Wanita itu menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki "kamu"

Haifa mengernyitkan dahinya, lalu menunjuk dirinya ragu "mau ketemu Haifa?" Haifa bertanya ragu. Melihat wanita itu mengangguk Haifa tersenyum canggung lalu mempersilahkan wanita itu masuk.

"Mbak Mau minum apa? Nanti Haifa buatkan"

"Tidak perlu, saya hanya sebentar disini" wanita itu duduk dikursi ruang tamu, menatap Haifa dan meminta nya untuk ikut duduk.

Haifa menurut, duduk tepat didepan wanita itu "Kenapa mbak?"

"Saya harap kamu tidak perlu bersusah payah mencoba mendekati anak saya" wanita itu berkata spontan, tanpa basa basi "saya kasihan sama kamu, karena sudah dimanfaatkan oleh suami sendiri"

"Maksud mbak? Saya tidak paham" Haifa menatap wanita itu penasaran

"Asal kamu tahu, dia menikahi kamu hanya untuk membungkam mulut ibunya yang terus memintanya untuk menikah" wanita itu menatap Haifa tajam "dia menikahi kamu pun tanpa ada rasa cinta. Dia masih mencintai saya sebenarnya"

"Iya, lalu?" Haifa bertanya meminta penjelasan, pada dasarnya dia menyadari itu semua. Tak bisa dipungkiri lelaki itu memang tidak mencintainya. Lelaki itu memperlakukannya baik hanya karena dia adalah istrinya. Dia sendiri pun sama, dia memperlakukan lelaki itu baik karena memang lelaki itu suaminya.

"Saya tidak mau mengganggu kamu, saya tidak mau masa depan kamu hancur hanya karena lelaki itu belum bisa melupakan saya. Selagi masa depan kamu belum terenggut olehnya, saya harap kamu menjauh dari lelaki itu"

Haifa tahu maksud tersirat dari mantan istri suaminya itu, dia menatap wanita itu tak percaya. 'Wanita itu tahu jika dirinya masih perawan?"

Mencoba menutupi rasa terkejutnya Haifa hanya tersenyum "entah mas Kevin terpaksa atau tidak menikah dengan Haifa, pada kenyataanya Haifa ikhlas menikah dengan dia. Apa yang Haifa lakukan saat ini murni sebagai bentuk bakti Haifa sebagai istrinya. Soal masalah didalam kamar kami sepertinya tidak ada orang luar yang pantas mengetahuinya"
Haifa menatap wajah cantik didepannya, wanita itu tak banyak menunjukan ekspressi, tapi melihat tangannya yang terkepal Haifa tahu jika wanita itu sudah tersulut dengan ucapannya.
"Walaupun mbak pernah menjadi istri mas Kevin. Tapi saat ini istri dia adalah Haifa, Haifa rasa mbak tidak perlu tahu kan bagaimana hubungan kami di dalam kamar?" Haifa menghela nafasnya pelan, sikapnya yang sedari dulu tak pernah dominan membuatnya sedikit kesulitan diajak berargumen "dan Haifa rasa mbak tidak punya hak untuk memerintahkan Haifa menjauhi suami Haifa sendiri. Mbak ini cantik, pintar, dari keluarga kaya raya. Kenapa masih mau menjilat ludah sendiri dengan kembali bersama orang yang sudah pernah mbak buang?"

Melihat lawan bicaranya yang diam saja Haifa tersenyum, mencoba menutupi rasa takutnya. Dia tak menyangka wanita didepannya ini tahu jika dia dan suaminya belum pernah melakukan itu?. Apa mungkin suaminya selalu menceritakan hubungan mereka selama ini?.

Baja NagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang