Haifa berjalan keluar rumah saat mendengar mobil suaminya datang. setelah mengantarkan Aira kesekolah juga mengerjakan beberapa pekerjaan-nya yang tak bisa ditinggalkan, suaminya benar benar datang menjemputnya kali ini, lelaki itu tak lagi melupakan janjinya untuk menemui dokter kandungan dan memeriksakan kehamilannya saat ini.
Membuka pintu mobil suaminya, Haifa mendapati pria itu menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dirinya jelaskan, di tatap seperti itu oleh suaminya nyatanya membuatnya merasa tak nyaman juga. Haifa melirik pakaianya, sebuah abaya hitam yang dulu pernah dia kenakan saat kerumah ibu mertuanya, ini bukanlah kali pertama pria itu melihatnya dengan baju ini, tapi kenapa suaminya justru menatapnya seperti itu. "kenapa mas, jelek ya?" Haifa bertanya dengan nada kurang percaya diri
Kevin menggeleng, "cantik kok" Kevin tersenyum lembut, membuat istrinya yang justru menunduk untuk menyembunyikan senyum yang masih bisa dirinya lihat. dia terkekeh, wanita itu masih saja bersikap seperti baru pertama kali dia goda, dan Kevin menyukainya. "Sudah masuk, diluar panas"
Menyadari dirinya yang masih terpaku didepan pintu mobil Haifa langsung masuk ke dalam mobil suaminya, memasang seatbelt dibantu pria itu. Diperjalanan pun Haifa tak terlalu banyak bicara, hanya mendengarkan suaminya yag terus saja bercerita bagaimana perasaanya akan kembali dititipi bayi mungil yang saat ini ada didalam perutnya, Haifa hanya menimpalinya sesekali, pria itu terlalu excited dengan kehamilannya saat ini sampai Haifa tak punya kesempatan untuk menjawabnya.
Haifa senang, karena nyatanya pria itu benar-benar menerima anaknya. dulu dia sempat berpikiran buruk, takutnya pria itu tak bisa menerima anak dari wanita sepertinya. nyatanya semua itu tak terjadi, dia saja yang terlalu overthinking dan membuatnya justru berpikiran macam-macam.
Dan setelah kurang lebih setengah jam perjalanan, mereka berdua sudah sampai dirumah sakit tujuan mereka, Haifa sedikit gugup, pasalnya baru kali ini dia datang untuk memeriksakan kandungan.
Kevin yang melihat kegugupan istrinya tersenyum memaklumi, dia tahu wanita itu pasti merasa gugup pada pemeriksaan pertamanya, melihat tangan istrinya yang terlihat tak tenang diatas pangkuan Kevin meraihnya, menggenggam tangan istrinya yang terasa dingin "jangan takut, mas kan ada disini"
Haifa tersenyum meski terkesan sedikit dipaksaan, "Haifa bukan takut mas, Haifa hanya gugup saja"
Kevin tersenyum, lalu membawa tangan istrinya untuk dia kecup. "sudah ayo turun, jangan gugup, lagi pula mas ada disini, jangan khawatir"
Haifa mengangguk, lagi pula suaminya benar, apa yang perlu dia khawatirkan, ada pria itu disampingnya.
Haifa melepas seatbelt-nya, turun dari mobil dan mengikuti langkah suaminya masuk ke dalam rumah sakit, pria itu lebih berpengalaman untuk hal-hal seperti ini, Haifa hanya perlu menurutinya saja. beruntung karena saminya sudah membuat janji terlebih dahulu sehingga mereka tak perlu lagi mengantri. memasuki ruangan dengan nuansa serba putih Haifa mendadak merasa semakin gugup, dia mengeratkan pegangannya pada tangan Kevin yang tak pernah lepas sedari mereka turun dari mobil tadi. dia melirik pada suaminya, menemukan pria itu yang tersenyum lembut ke arahnya.
Pada pemeriksaan pertamanya itu Haifa tak terlalu banyak bicara, hanya mendengarkan dengan seksama penjelasan dokter didepannya , dia hanya akan menjawab saat diberikan pertanyaan saja, selebihnya dia membiarkan suaminya yang menanyakan berbagai hal perihal kandungannya.
Setelah melakukan tes darah, tes urine dan juga pemeriksaan pada fisiknya Haifa dipersilahan untuk duduk bersama suaminya. "kandungan istri saya bagaimana dok? sehat?" Kevin bertanya tak sabaran.
Dokter cantik yang Haifa perkirakan baru berusia sekitar 40 tahunan itu hanya tersenyum maklum. sudah paham dengan berbagai reaksi pasiennya "Alhamdulillah, kandungannya sehat dan normal. jika menurut tanggal terakhir haid diperkirakan usia kandungannya saat ini sudah menginjak usia 6 minggu. Dimohon nanti saat usia kehamilannya sudah mencapai 10 sampai 14 minggu harap kembali untuk melakukan USG untuk mengetahui resiko hamil anggur nantinya"
Kevin mengangguk, lalu tersenyum seraya melirik ke arah istrinya yang juga ikut tersenyum. teringat sesuatu Kevin kembali mengalihkan pandangannya kepada dokter yang ada didepannya. "Oh iya dok, apa ada obat untuk mual istri saya?"
"Saya berikan suplemen vitamin saja ya, ibu nanti diharapkan mengatur pola makan juga, perbanyak konsumsi daging ayam, ikan, kacang-kacangan, buah, dan susu"
Haifa mengangguk tanda mengerti "terima kasih dok"
"Ada yang mau ditanyakan lagi?"
Kevin menggeleng, lalu melirik istrinya takut jika ada yang ingin wanita itu tanyakan.
"Ya sudah, jika tidak ada yang ingin ditanyakan, saya tuliskan resep suplemennya dan nanti bisa diambil di instalasi farmasi di depan ya pak"
Kevin mengangguk, menerima resep yang diberikan dokter didepannya lalu beranjak keluar setelah dipersilahkan."Kamu tunggu disini sebentar, mas mau ambil resep dulu. Jangan kemana-mana ya?"
Haifa mengangguk, duduk disebuah kursi tunggu yang ada di loby rumah sakit, membiarkan suaminya pergi dari sana. haifa membuka ponselnya, mencoba menghubungi bapaknya untuk memberitahukan perihal kabar kehamilannya, berharap dengan kehamilannya kali ini pria itu akan kembali bersikap seperti dulu, bersikap seperti bapaknya yang sudah dia rindukan.
Di saat panggilannya tak ada yang terjawab, Haifa kembali meletakkan ponselnya di atas pangkuan, ayahnya memang sedari dulu sulit untuk dia hubungi, hal seperti ini sudah biasa terjadi, dia seharusnya sudah tak perlu lagi merasa sedih hanya karena hal sepele seperti ini.
Merasa diperhatikan, Haifa menoleh dan melihat sekeliling, mencari keberadaan seseorang yang mungkin saja dia kenali. Tapi nihil, dia tak menemukan siapapun yang dia kenali ditempat ini, lagi pula semenjak dia dibawa suaminya kekota ini Haifa hampir tak pernah keluar rumah hanya sekedar untuk mencari teman, tak mungkin juga jika ada orang yang mengenalinya disini.
"Kamu cari siapa?" Kevin terlihat penasaran saat melihat istrinya seperti sedang mencari seseorang.
Haifa hanya mengendikkan bahunya, lagi pula sepertinya itu hanya perasaanya saja, "mas sudah selesai?"
"Sudah" jawab Kevin seraya menunjukan suplemen yang ada ditangannya "kita cari makan di luar, setelah itu kita jemput Aira dan pulang kerumah"
Haifa hanya mengangguk menuruti, lagi pula dia sudah merasa lapar kali ini. dia bangkit, berjalan disisi suaminya saat pria itu meraih tangannya untuk digenggam. Haifa tersenyum, diperlakukan seperti ini ditempat umum nyatanya membuatnya merasa di sayangi.
keluar dari rumah sakit, mereka berdua berjalan ke arah parkiran yang jaraknya tak terlalu jauh. mereka tidak sadar jika ada orang lain yang sedang memperhatikan keduanya, memperhatikan gerak-gerik mereka berdua tak suka. mereka berdua tidak sadar jika ada yang mengikuti mereka bahkan sedari keluar gerbang rumah mereka. seseorang itu tersenyum, menemukan cara untuk mengubah senyum bahagia dari orang yang tak dia suka, dan menggantinya dengan hal yang lebih indah menurutnya. Takut jika ada yang menyadari keberadaanya dia pergi, meninggalkan sepasang suami istri itu untuk bersenang-senang terlebih dahulu sebelum kehilangan senyum yang ada pada wajah keduanya.
hargai saya dengan cara bantu vote ya..
see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Baja Nagara
RomanceKevin Baja Nagara seorang pria yang memiliki paras khas lelaki jawa, Dengan perawakan tinggi, kulit eksotis dan senyumnya yang manis, sosok dengan ketampanan yang nyaris sempurna. Hanya karena kesalah pahaman, dia harus menikahi seorang gadis muda y...