39. lelaki itu mengetahuinya?

866 94 4
                                    

Sore itu, Haifa sedang menyuapi Aira saat mobil suaminya datang, dia melihat ke arah jam dinding diruang keluarga, lelaki itu pulang telat hari ini. Haifa bangkit dan berjalan kedepan, membiarkan pengasuh Aira yang membantu anak itu untuk menyelesaikan makannya.

Haifa membuka pintu rumahnya, menunggu suaminya yang baru saja keluar dari dalam mobilnya. Saat lelaki itu sudah berada didepannya Haifa meraih tangan pria itu, menciumnya dan langsung menatap kewajah sang suami yang terlihat tidak baik-baik saja. Haifa tak berani bertanya, dia hanya tersenyum menyambut pria itu pulang.

Sementara kevin mendekat, Memeluk istrinya itu dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang istri, menghirup aroma wanita itu untuk menenangkan hatinya yang sedang tidak baik baik saja, dia tak mengatakan apapun, hanya memeluk istrinya yang langsung meronta saat dia memeluknya. "Sebentar Sayang, biarkan seperti ini dulu"

"Haifa malu mas" sebenarnya wanita itu bukan hanya merasa malu karena lelaki itu memeluknya diluar rumah, tetapi Haifa juga merasa tak nyaman didekat suaminya, aroma tubuh pria itu nyatanya membuat dia merasa mual, padahal dia sudah mencoba untuk menahannya.

"Sebentar saja" Kevin menghiraukannya, mengabaikan istrinya yang masih berusaha lepas dari pelukannya.

"Mas Haifa mual, mau muntah"

Mendengar itu, Kevin melepaskan pelukan mereka, melihat istrinya yang langsung masuk kedalam rumah dia mengekori, mengikuti istrinya yang berlari ke kamar mandi disamping dapur. Kevin berdiri didepan pintu kamar mandi yang tertutup, menunggu istrinya disana dengan perasaan terheran-heran.

Saat wanita itu membuka pintu, Kevin melihat wajahnya yang memucat, dia khawatir. Wanita itu terlihat baik baik saja saat menyambutnya didepan pintu tadi "kamu sakit?" Kevin bertanya, dia berniat mendekat tapi dilarang oleh Haifa yang langsung
mundur menghindarinya.

Haifa menggeleng "Mas mandi dulu, nanti Haifa susul kedalam kamar"

"Kamu kenapa? Mas bau ya, sampai kamu muntah seperti itu?" Kevin berdiri tak nyaman, dia juga mencium bajunya. Meski belum mandi kevin merasa dia tak sebau itu sampai harus membuat istrinya seperti ini. "Mas bau?"

Haifa kembali menggeleng, dia tahu suaminya pasti merasa tersinggung karenanya. "Bukan seperti itu, mas mandi saja dulu, nanti kita bicarakan"

Kevin mengangguk, dia berjalan menjauh dari sana, menemui anaknya terlebih dahulu yang sedang makan sembari menonton televisi di temani pengasuhnya. Dia mendekat, mencium kepala anaknya lalu berjalan ke dalam kamar, berniat membersihkan tubuhnya yang memang sudah terasa lengket. Sebenarnya Kevin merasa sedikit tersinggung, meski istrinya mungkin tak berniat buruk, tetapi wanita itu terkesan tak ingin dia dekati.

Setalah kepergian suaminya Haifa berjalan ke arah dapur, beniat membuat teh hangat untuk sang suami dan juga dirinya, setidaknya dengan itu dia berharap akan menetralisir rasa mualnya. Setelah selesai Haifa membawa nampan ditangannya kedalam kamar, meletakkan teh itu di atas nakas samping tempat tidurnya. Haifa duduk disisi ranjang, menunggu suaminya yang masih membersihkan tubuhnya didalam kamar mandi.

Tak seberapa lama suaminya keluar, mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk. Pria itu meliriknya sebentar, lalu berjalan kearah lemari, mengambil pakaian dari sana dan seperti biasa mengenakan itu didepan matanya. Haifa tetap saja mengalihkan wajah, dia masih belum nyaman dengan suaminya yang suka mengenakan pakaian didekatnya seperti ini "mas, ganti bajunya didalam kamar mandi kan bisa"

"kenapa memangnya? Kamu malu" kevin tahu, wanita itu masih belum terbiasa dengan kebiasaannya yang satu ini. "Kamu kan istri saya"

Haifa hanya menarik nafasnya, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain asalkan tak melihat suaminya yang tetap mengganti pakaian didepannya.

Selesai mengganti pakaian dan meletakan kembali handuknya kedalam kamar mandi, Kevin mendekat ke arah istrinya, duduk disamping wanita itu yang terlihat sedang menikmati minumnya. "Sudah tidak bau kan? Kamu nggak mual lagi kan"

Haifa hanya menggeleng, lalu tersenyum sekilas, merasa kasihan karena suaminya jadi tidak percaya diri seperti ini.

"Kamu ini aneh, biasanya juga tidak pernah membahas bau badan, mas jadi merasa sungkan untuk duduk didekat kamu" Kevin sedikit kesal sebenaranya, tapi dia mana tega memarahi wanita seperti istrinya

"Maaf mas" Haifa menunduk, merasa bersalah karena sudah bersikap seperti itu, lagi pula ini semua karena kehamilannya, jika tidak mana mungkin dia akan bersikap seperti itu kepada suaminya.

"Tidak apa-apa, biasanya alasan seorang wanita akan jadi sensitive dan bersikap aneh pasti karna haid," jeda sejenak, kevin melihat wajah istrinya yang tak mau mrlihat ke arahnya. "atau mungkin hamil?" untuk sesaat Kevin memperhatikan wajah istrinya yang terkejut, wanita itu langsung menatapnya sesaat setelah dia berkata seperti itu "sekarang sudah tanggal berapa? Apa sudah di periksa?"

Haifa bingung, dia menggeleng karena tak tahu harus menjawab seperti apa.

"Besok Mas belikan testpack bagaimana? Bukankah seharusnya sekarang kamu sudah haid ya?"

Haifa diam saja, apa yang harus dia katakan kepada suaminya, jawaban apa yang akan membuat suaminya itu tak berpikiran macam-macam. Haifa ingin memberitahukan tentang kehamilannya,  tapi bukan dengan cara seperti ini, dia ingin memberikan kejutan untuk laki-laki didepannya. "Nggak apa-apa mas, Haifa kan memang suka telat haid. Nanti Haifa minta bibi saja yang belikan" Haifa tersenyum, menetralisir rasa gugupnya karena sudah berbohong kepada pria didepannya.

Kevin menatap istrinya curiga, wanita itu terlihat sedang menutup-nutupi sesuatu darinya. Tahu jika wanita itu tak akan mengaku dia memalingkan pandangannya, meraih teh yang sudah mulai hangat disamping ranjang tempatnya duduk. Menyesap minuman itu perlahan. "Mas harap, kamu tidak sedang menyembunyikan apa-apa"

Haifa tersenyum canggung, kentara sekali kah jika dirinya sedang berbohong? Lelaki didepannya saja bisa langsung menyadari ada yang sedang dia sembunyikan saat ini. "Maksudnya bagaimana?" Haifa bertanya, meski dia sadar dan paham dari maksud suaminya.

"Kita berdua ini suami istri, seharusnya sudah saling terbuka" Kevin menyesap teh ditangannya sampai habis, dia bukanlah orang yang bisa menikmati kopi ataupun teh dengan baik" kalau bukan saya tempat kamu bercerita, ataupun berkeluh kesah, lalu kemana lagi? Begitu pula sebaliknya. Coba ceritakan, mas yakin kamu menyembunyikan sesuatu kan?"

Haifa diam saja, lagi pula dia tak mau mengatakan apapun sekarang ini.

"Masih belum mau cerita?" Kevin masih berusaha membuat istrinya mengaku, tetapi melihat wanita itu yang tetap bungkan dia hanya menghela nafasnya, bangkit dari ranjangnya dan meletakkan gelas bekasnya tadi di atas nampan, begitu pula gelas istrinya yang juga sudah tandas. "Mas keluar dulu, lihat Aira" Dia berjalan keluar, membawa gelas kotor itu kedapur, meninggalkan Haifa yang masih tetap bungkam disisi ranjang.

Haifa hanya melihat kepergian suaminya tanpa bisa mencegah, besok dia akan pergi memeriksakan kehamilannya ini, awalnya dia ingin mengajak pria itu, tapi mengingat pria itu bahkan melupakan janjinya kerumah sakit untuk memeriksakan kakinya karena jadwalnya yang padat Haifa tak tega merepotkannya, lelaki itu punya tanggung jawab yang lebih besar dengan pekerjaanya. Lagi pula Haifa bisa melakukannya sendirian, atau ditemani bibinya besok.

Dia hanya ingin memastikannya terlebih dahulu, mengetahui kondisi kehamilannya dan juga usia bayinya, setelahnya dia akan memberitahukan pria itu segalanya, tanpa ada yang perlu ditutup tutupi lagi.

Lagi pula pria itu suaminya, Haifa hanya ingin meyakinkan dirinya terlebih dahulu, baru setelah itu dia akan mengatakannya kepada suaminya, bahkan kepada keluarga pria itu juga kepada bapaknya. Bapaknya pasti akan senang tahu dirinya akan memiliki seorang cucu, meski pria itu terkesan tak menyayanginya, tetapi bapaknya tidak akan mengabaikan anaknya, pria itu sangat menyukai anak kecil. Haifa sudah tidak sabar menanti saat itu tiba, saat dimana anak yang ada dikandungannya ini lahir kedunia.

Maaf ya lama..

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

See you..

Baja NagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang