52. kedatangan mertua

800 89 16
                                    

Dua minggu pasca sidang perdana perceraian mereka, Haifa sama sekali tak bertukar kabar dengan suaminya. Pria itu, terkesan sudah tak ingin lagi memperbaiki hubungan mereka berdua, lagi pula jika Haifa menjadi pria itu mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama. Karena sedari awal dirinyalah yang bersikeras meminta untuk diceraikan, tapi saat suaminya itu mengabulkannya mengapa ada perasaan tak rela yang tersemat dihatinya.

Untuk mengalihkan semua perasaanya, Haifa mulai menata kembali hidupnya, hidup yang memang sudah berantakan dari awal, bahkan sebelum dia bertemu dengan suaminya, Haifa berusaha untuk tak lagi berupaya mencari tahu perihal pria itu. dia takut, jika pada akhirnya justru akan mendapati kenyataan yang membuatnya hanya akan menyalahkan keadaan. biarkan saja semua berjalan seperti ini, dimana mereka berdua berpisah tanpa perlu mengetahui keadaan satu sama lain.

Dengan itu Haifa berharap bisa menekan kembali perasaanya, melupakan pria itu, atau lebih tepatnya mengikhlaskan hubungan mereka yang harus terhenti di tengah jalan. Saat ini Haifa hanya mengikuti saja kemana takdir akan membawanya, biarkan semua hal ini mengalir sebagai mana mestinya.

Dia hanya perlu fokus pada produk makanan buatannya yang juga sudah mulai dikenal masyarakat sekitar, mulai ada pesanan yang masuk kepadanya, dan membuat Haifa menjadi lebih sibuk akhir-akhir ini, setidaknya Haifa tak punya banyak waktu untuk memikirkan masalah hidupnya.

tidak banyak memang, tapi Haifa bersyukur dengan itu dia bisa kembali bangkit, membuka pintu rejeki untuk dirinya dan juga bapaknya. terkadang saat pesanan yang datang sedang melonjak Haifa akan meminta salah satu tetangga yang masih kerabat jauh bapaknya untuk datang membantu, Haifa merasa senang karena dengan usahanya saat ini bisa membantu orang lain.

Haifa baru saja mengantarkan box snack pesanan tetangganya untuk acara tahlilan malam nanti menggunakan sepeda milik bapaknya karena memang rumah pelanggannya tak terlalu jauh, dan saat dia membelokan sepedanya ke halaman rumah, Haifa mendapati sebuah mobil yang sudah sangat dia kenal terparkir dihalaman rumahnya. awalnya Haifa sedikit terkejut, tapi mengingat jika dia masih berstatus istri dari pria itu haifa mencoba untuk berupaya tenang. Pintu depan rumahnya pun terbuka lebar, pertanda ada tamu yang sedang bertandang di rumah mereka.

Haifa membawa sepedanya ke samping rumah, memasuki rumah itu memalui pintu bekalang rumahnya. Dia berjalan ke arah kamar mandi terlebih dahulu, mencuci tangan, kaki dan juga wajahnya yang mendadak terasa tak nyaman. Saat haifa keluar dari dalam kamar mandi bertepatan dengan bapaknya yang juga terlihat baru saja memasuki dapur. "Ada tamu di depan, mereka bilang ingin bertemu kamu"

"Haifa tahu pak, sudah bapak buatkan minum?"

"Belum, mereka baru saja datang tadi. Bapak belum sempat buatkan"

"Ya sudah, bapak temani mereka dulu. Biar Haifa buatkan minum"

Setelah bapaknya kembali kedepan, Haifa berjalan ke arah meja dapur, membuat minuman untuk tamu yang tak pernah dia sangka-sangka. Haifa merapikan sedikit kerudungnya, berharap jika penampilannya hari ini tak terlalu buruk. Menarik nafasnya pelan Haifa membawa nampan berisi minuman buatannya ke ruang tamu, perasaanya tak menentu, ada sedikit gugup yang terus saja membuat perasaanya tak nyaman. sesampainya di sana Haifa mencoba untuk tersenyum, melihat ke arah kedua mertuanya berserta seorang laki laki dengan pakaian rapi yang sama sekali tak dirinya kenal.

Selesai meletakkan minuman beserta makan ringan yang dia bawa di atas meja, Haifa mendekat ke arah ibu mertuanya, bagaimanapun keadaanya dia sudah sangat merindukan wanita itu. "Mama apa kabar, sehat?" Haifa bertanya seraya meraih tangan ibu mertuanya untuk dia cium.

"Alhamdulillah sayang, kamu bagaimana? mama khawatir saat tahu kamu memutuskan untuk pulang kesini disaat keadaan kamu belum pulih sepenuhnya"

Haifa hanya tersenyum sekilas, "Haifa baik ma, jangan khawatir". setelah menyalimi ibu mertuanya. tak lupa, Haifa juga mendekat kepada bapak mertuanya, menanyakan hal yang sama seperti yang dia tanyakan kepada ibu mertuanya yang hanya di balas anggukan oleh pria paruh baya itu. sedari awal sikap bapak mertuanya itu memang sedikit cuek, mungkin terkesan tak peduli, tapi Haifa tahu jika pria itu juga peduli pada kehidupan anaknya, hanya berusaha agar tak perlu untuk ikut campur dalam permasalahan rumah tangga mereka.

Baja NagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang