47. akhir segalanya

728 77 15
                                    

Sore itu, Kevin memarkirkan mobilnya dihalaman rumah, dia menghela nafasnya, menyandarkan punggungnya kebelakang seraya memejamkan matanya. Mengistirahatkan tubuh dan juga isi  kepalanya yang terasa dikuras hari ini. Tak seberapa lama dia kembali membuka matanya, keluar dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam rumah. Dia berniat untuk mandi terlebih dahulu, setelah itu baru dia akan menjemput Haifa dirumah orang tuanya, mengingat jika jalan menuju rumah orang tuanya memang tak searah dengan kantornya, jadi Kevin lebih memilih untuk mampir dulu kerumahnya lalu mandi dan setelah itu dia baru akan menjemput Haifa dirumah orang tuanya.

Memasuki rumah, Kevin langsung menuju lantai atas, entah mengapa dia masih lebih nyaman untuk mandi dan keperluan lainnya di kamar itu. Mengambil handuk didalam lemari kevin langsung berjalan masuk kedalam kamar mandi, membersihkan tubuhnya seraya merilekskan otot-ototnya yang terasa mencengkram, dan tanpa dia sadari dia lupa mengunci pintu depan rumahnya.

Selesai mandi, Kevin mengaitkan handuknya sebatas pinggang, keluar dari dalam kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil dari dalam kamar mandi. Dia berjalan ke arah lemari, mencari pakaian dalam dan juga bajunya dari sana. Saat berbalik Kevin terkejut, melihat mantan istrinya itu sedang berdiri di pintu menuju balkon kamarnya. "Kamu sedang apa disini?" Tanya nya dengan nada sedikit mencicit, masih tak percaya dengan keberadaan seorang wanita yang tak pernah dia inginkan ada di kamarnya.

"Mau jemput Aira mas, aku dengar David sudah berani melukai istri kamu, aku khawatir jika Aira akan menjadi korban selanjutnya. Kamu sendiri tahukan senekad apa pria itu"

"Kalau bukan karna ulah kamu, semua ini juga tidak akan terjadi"

Kayra tersenyum, berjalan maju mendekat ke arah pria yang pernah menjadi suaminya itu. Entah mengapa melihatnya sekarang, pria itu terlihat lebih menarik ketimbang saat mereka masih menikah dahulu. "Iya memang, jika saja aku tidak bodoh dan berselingkuh dengan david, mungkin sekarang kita masih menjadi sepasang suami istri" Kayra duduk diranjang yang pernah menjadi tempat tidurnya dahulu, memperhatikan Kevin yang sepertinya masih belum menyadari penampilannya saat ini. "Kamu, terlihat berisi semenjak menikah dengan wanita itu" Kayra menatap Kevin tepat dimatanya, ingin menunjukkan kepada pria itu jika dia masih Kayra yang sama yang pernah pria itu cintai.

Kevin yang menyadari jika dia masih belum berpakaian refleks menutup  tubuhnya, dia lalu berjalan ke arah kayra berusaha menariknya untuk keluar dari dalam kamarnya, sebuah tempat yang tak seharusnya ada wanita itu disana, bagaimanapun, mereka sudah bukan lagi suami istri, berada dalam satu kamar berdua hanya akan menimbulkan fitnah diatara mereka. "Keluar Kay, kita bicara diluar saja, setelah itu aku akan mengantarkan kamu bertemu Aira dirumah mama"

Bukannya menurut, Kayra justru tersenyum saat Kevin mendekat ke arahnya, dia merindukan pria itu, dia merindukan kebersamaan mereka dahulu. "Mas, apa kamu tidak merindukan aku? Apa aku benar-benar sudah tak punya kesempatan untuk menebus kesalahan ku yang dulu?"

Kevin mengernyit tak percaya, sebenarnya apa yang diinginkan wanita itu, dia yang sudah meninggalkannya, bukan Kevin yang meninggalkan wanita itu. Lalu kenapa sekarang dia justru bersikap murahan seperti ini "keluar!" Kevin menatap tajam ke arah mantan istrinya itu, tak suka melihat wanita yang menjadi ibu dari anaknya bersikap seperti ini "Jangan buat aku jadi membenci kamu Kay, sudah cukup aku tidak  memaksakan hak asuh Aira saat kamu meninggalkan aku dulu" Kevin kembali mendekat, berusaha menarik paksa wanita yang saat ini masih bergeming di tempatnya. Namun, semesta saat ini seakan tak berpihak padanya, wanita itu justru menarik tangannya dan membuat ikatan handuk pada pinggangnya hampir terlepas, membuat Kevin yang saat itu sedang ditarik Kayra mencoba untuk memegangi handuknya dan berujung pada dia yang ikut terjatuh hampir manimpa wanita itu.

Seakan semua itu belum cukup Kevin merasakan tangannya ditarik dari belakang dan dia merasakan perih saat sebuah tamparan keras itu berhasil mendararat dipipinya. Kevin sedikit terkejut sebenarnya saat ditampar seperti itu, tapi dia lebih terkejut saat melihat istrinya yang saat ini justru berdiri didepan pintu kamar mereka, menyaksikannya dengan Kayra dalam posisi yang tidak pantas dan dengan tubuhnya yang masih belum berpakaian. Mau dengan alasan apa lagi dia harus membela diri.

"Mama tidak percaya kamu bisa berbuat hal seperti ini" wanita yang tadi menampar pipinya, yang tidak lain adalah ibunya sendiri itu menatap Kevin dengan penuh perasaan tak percaya, Kevin dapat melihat kekecewaan dari mata ibunya yang terlihat sedikit menggenang.

Kevin masih bergeming, dia tak menjawab apapun karena masih terkejut dengan keadaan yang terjadi saat ini. Berusaha mengabaikan ibunya, Kevin berjalan ke arah Haifa yang masih berdiri di depan pintu, wanita itu menatapnya tanpa ekspressi, dan itu justru membuat kevin jadi merasa lebih khawatir. "Haifa.." Kevin tak tahu harus mengatakan apa, menjelaskan semua kepada istrinya sudah tentu wanita itu tak akan percaya.

"Haifa rasa, lebih baik kita bercerai saja mas. Lagi pula anak yang ada dikandungan Haifa sudah tidak ada. Haifa rasa kita berdua sudah tak punya alasan untuk meneruskan hubungan ini"

Kevin menggeleng, tak setuju dengan usulan istrinya itu. "Mas tidak mau, tidak semudah itu kamu meminta cerai. Apa lagi kita baru saja kehilangan anak kita, tak mungkin mas akan melepaskan kamu semudah itu"

"Semudah saat kamu menikahiku dahulu, aku tidak akan mempersulit mas untuk menceraikan Haifa. Selagi perasaan bernama cinta itu belum tumbuh diantara kita , Haifa rasa sudah saatnya kita berpisah mas. Pernikahan kita juga bukanlah pernikahan penuh perencanaan seperti pernikahan pada umumnya." Haifa menundukan pandangannya, merasa malu melihat suaminnya berada dengan wanita lain di dalam kamar mereka "dengan begitu mas bisa kembali pada wanita itu, dan tak perlu berzina seperti ini"

Kevin merasa disudutkan, di hati terdalamnya tak pernah terbersit perihal perceraian untuk kedua kalinya, pun dia tak pernah berpikir untuk berzina dengan mantan istrinya itu. "Harus mas jelaskan dengan cara bagaimana agar kamu percaya?"

"Cukup dengan cara mas lepaskan Haifa.  Biarkan Haifa melanjutkan hidup sendiri dengan jalan yang Haifa mau, Haifa harap mas bisa mengerti jika Haifa tidak bahagia dengan pernikahan kita" Haifa berjalan mundur, lalu berbalik untuk turun ke kamarnya dilantai bawah, meninggalkan Kevin yang masih tertegun dipintu kamar mereka, dan setelahnya Haifa masih dapat mendengar saat ibu mertuanya itu kembali memarahi suaminya itu.
Haifa berusaha untuk tidak peduli, dan mengabaikan orang lain disekitarnya.

Awalnya, Haifa pulang untuk mengambil pakaian gantinya. Aira memintanya untuk menginap dan dia ditemani ibu mertua dan juga supir wanita itu untuk pulang. Awalnya Haifa juga tak berpikiran macam-macam,  tapi saat melihat mobil suaminya sudah terparkir didepan rumah juga sebuah slip on wanita di depan pintu rumah mereka membuatnya merasa curiga, Haifa tak pernah terpikir jika suaminya bisa melakukan hal gila seperti itu.

Haifa mengunci pintu kamarnya, mengambil tas di dalam lemari dan memasukan semua pakaian yang dia bawa dahulu saat datang kemari, meninggalkan semua pemberian suaminya, dia ingin memulai hidup baru, tanpa bayang bayang seorang lelaki yang sudah berhasil merusak kepercayaanya. Belum selesai dia memasukan pakaiannya, Haifa mendengar pintu kamarnya yang diketuk dari luar, setelahnya dia dapat mendengar suara suaminya disana.

Haifa tetap bergeming, dia sudah tak ingin melihat wajah pria itu, setidaknya untuk saat ini. Mengingat pria itu berada dalam satu kamar dengan mantan istrinya, tanpa pakaian membuatnya tak bisa berpikiran positif, Haifa bahkan merasa mual jika harus membayangkan apa yang akan mereka lakukan jika dirinya tak datang, atau mungkin mereka sudah melakukannya sebelum dia datang.

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

See you..

Baja NagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang