30. perasaan bersalah

850 91 11
                                    

Kevin mengerjapkan matanya, marasa silau dengan cahaya matahari yang masuk kedalam kamarnya melalui celah jendela yang sudah terbuka, dengan gerakan perlahan dia bangkit mencari keberadaan istrinya yang tak terlihat dimanapun. Melihat jam yang sudah menunjukan pukul enam pagi dia turun dari ranjang, lagi pula tak biasanya dia tidur lagi setelah sholat shubuh.

Kevin berjalan ke arah kamar mandi, hanya untuk mencuci wajahnya dan juga menyikat giginya, mengingat dia sudah mandi setelah penyatuannya dengan sang istri pagi tadi. mengingatnya Kevin sedikit terkekeh, wanita pendiam yang menjadi istrinya itu sudah mulai berani mengambil kendali, wanita yang biasanya hanya mengikuti permainannya sekarang sudah berani membalas setiap sentuhannya, dia sendiri merasa terkejut saat istrinya yang biasanya pasif, semalam justru terlihat sangat aktif, melupakan kakinya yang patah karena kecelakaan kemarin.

Selesai dengan urusannya dikamar mandi, dia berjalan keluar dari kamar tamu yang semalam mereka tempati, berjalan naik kelantai atas untuk masuk kedalam kamar mereka dan mengganti bajunya dengan setelan kerja. setelah itu dia kembali turun dengan membawa tas kerjanya dan menemui istrinya di meja makan.

Melihat istrinya yang sedang memindahkan nasi ke dalam piring Kevin berjalan mendekat, meraih centong yang ada ditangan istrinya untuk menggantikan wanita itu menyendokan nasi keatas piring mereka berdua  "duduk saja, biar mas yang ambil nasinya"

dengan sedikit terkejut Haifa menoleh, membiarkan suaminya yang menggantikan kegiatannya kali ini. dia menunduk, merasa malu bertatapan dengan pria yang menatapnya menggoda seraya mengedipkan sebelah matanya membuat dia salah tingkah.

"bibi dimana? biar kita makan sama-sama" Kevin bertanya tanpa menatap istrinya, merasa kasihan melihat wanita itu yang terlihat malu berhadapan dengannya.

"Ada di belakang. sudah Haifa ajak tadi, tapi ibu tidak mau"

Kevin mengernyitkan dahinya, merasa heran dengan panggilan Haifa kepada bibinya itu. "ibu?"

"Haifa panggil bibi ibu tidak apa-apa kan Mas?"

Kevin mengangguk, lalu mendudukan dirinya pada kursi disamping sang istri. "makan dulu" dia menyerahkan satu piring yang sudah dia isi dengan nasi dan juga beberapa lauk pauk kepada istrinya. melihat wanita itu yang makan dengan lahap dan juga terlihat kelaparan membuat Kevin merasa lucu melihatnya "kaki kamu tidak kenapa-kenapa kan?" Kevin bertanya, melirik ke arah kaki istrinya khawatir.

Haifa mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan pertanyaan sang suami "memangnya kenapa?" dia bertanya dengan menyuapkan lagi nasi ke dalam mulutnya.

"Takutnya kenapa-kenapa" Kevin menelan makanan yang ada di mulutnya, melihat sekelilingnya lalu mendekat ke arah sang istri seraya berbisik "kamu terlalu agresif semalam"

"uhuk..'

Haifa terbatuk, bahkan nasi yang sudah hampir dia telan menyasar dan keluar dari lubang hidungnya. dia meraih gelas yang disodorkan sang suami, meminumnya sampai hanya tersisa setengahnya saja. setelahnya dia menatap suaminya garang, sedikit kesal karena suaminya membahas hal tidak senonoh di meja makan seperti ini "Mas! kalau ada yang dengar bagaimana?"

Kevin tersenyum, meski kasihan melihat wajah istrinya yang memerah karenanya tadi "siapa yang dengar memangnya? bibi juga ada di belakang. Mas hanya tidak percaya saja bisa melihat kamu seperti semalam"

"Maasss!" Haifa cemberut, menutupi rasa malunya. lagipula dia sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa bersikap seperti semalam, andai saja dia tahu jika akan dibahas seperti ini, lebih baik dia diam saja, membiarkan suaminya yang memegang kendali atas tubuhnya.

Melihat  istrinya yang frustasi Kevin justru terkekeh, merasa senang karena berhasil menggoda istrinya itu "Maaf, Mas kan cuma bercanda"

Haifa tak menjawab, lebih memilih melanjutkan makannya meski sempat kehilangan selera karena suaminya. Melihat penampilan suaminya yang sudah terlihat rapi dengan kemeja berwarna biru dan celana bahan berwarna hitam yang menempel ditubuhnya haifa bertanya "Mas mau berangkat kerja?"

Baja NagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang