"There is a feeling of tightness in the chest when remembering past memories, as if you were inhaling chlorine."
.
.
.
❀❀❀❀
.
.
.“Kalingga!” teriak Alka membela trotoar jalan dengan pohon bunga ‘sakura kampus’ yang belum menunjukkan akan kembali mekar.
Pemuda yang dipanggilnya merespon dengan membalikkan tubuh dan berhenti. Alka langsung berlari menghampiri salah satu teman angkatannya itu dengan wajah yang cerah. Keduanya bahkan kini terlihat saling berjabat tangan seraya menepuk pundak masing-masing.
“Ngapain, Al, di kampus? Main ke lab? Eh, lo emang ngambil topik TA* apa, Al? ” tanya Kalingga.
*Tugas Akhir (skripsi)
“Voltametri.”
“Sama siapa? Sama Pak Burhan?”
Alka hanya tertawa. Tentu saja Kalingga tahu bahwa itu sebuah jawaban yang mengiyakan apa yang ditanyanya. “Lo sendiri ngapain ke kampus? Bukannya lo masih ngurus proposal?”
“Biasa. Ngurusin pengajuan kelas SP. Sekarang keputusannya, gue mau ambil di TU Kimia. Lumayan banyak yang daftar dari semua angkatan, seharusnya yang kelas matkim bisa dibuka sih. Oh ya, Kana ikut daftar juga kemaren.”
“Oh.”
Raut muka Alka berubah sedikit setelah mendengar apa yang Kalingga jelaskan. Ternyata benar gadis itu kembali mengulang mata kuliah yang sebelumnya pernah diambil lagi. Bahkan Alka sempat menemui dosen wali Kana untuk menanyakan kabar akademis Kana. Benar saja. Gadis itu mengulang beberapa mata kuliah, terlebih mata kuliah wajib fakultas yang ada di tahun pertama yang membuatnya terpaksa mundur kelulusan karena tidak dapat mengambil mata kuliah wajib program studi sebelum mata kuliah fakultasnya lulus.
Kana memang pernah mengatakan padanya semua mata kuliah itu. Namun, entah mengapa Alka merasa Kana baik-baik saja saat itu. Apa semuanya hanya sebuah topeng? Alka tidak pernah tahu kesulitan sahabatnya sendiri di kampus yang memang terkenal mempunyai banyak permasalahan di internalnya.
Banyak cerita yang Alka dengar dari teman-temannya dari seluruh program studi yang ada tentang banyaknya kasus mahasiswa yang mengundurkan diri, menghilang, depresi, bahkan sampai yang melakukan hal nekat – hal yang sama sekali tidak ingin Alka sebutkan – karena semua tekanan yang ada di kampus ini. Sebuah kampus yang orang lihat kehebatannya saja.
Alka tahu semua cerita itu. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakan tekanan itu ada di dekatnya? Semuanya terlalu mudah untuk Alka hingga ia tidak bisa merasakan tekanan yang ada pada orang lain. Tentang seseorang yang berusaha tetap tersenyum meskipun ia menanggung beban itu sendirian.
“Al! Saran gue, lo cepetan baikan sama Kana. Di masa-masa kayak gini, biasanya orang butuh dukungan lebih. Materi satu semester, tapi harus dipelajari kurang dari tiga bulan,” ucap Kalingga di sela kegiatan jalan mereka yang mulai memasuki Gedung Kimia.
“Wait! Lo tau gue lagi marahan sama Kana?”
“Jangankan gue, satu angkatan juga tau, Al. Angkatan atas sama bawah juga tau. Cuma kita diem aja.”
Alka sama sekali tidak menyangka kalau berita itu sudah sangat tersebar di himpunan mereka. Sedikit aneh memang karena berita ini saja bisa tersebar sejauh itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Langkah keduanya terhenti di sebuah loket kecil yang berada di lantai dua. Kalingga memanggil satu nama petugas dan keduanya tampak tengah berbicara hal serius. Sedangkan Alka, dia lebih memilih berdiri di samping jendela seraya terus memikirkan semua yang terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
HI
Novela Juvenil'Mereka bilang, kita kuat. Nyatanya, kita lemah.' Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut sang gadis yang telah menahan perasaannya bertahun-tahun. ******* Alka Rizkian? Pemuda itu populer di jurusan bahkan di kampus, meskipun tidak sepopuler la...