Al
"Sometimes, distance is needed to prevent the breakdown of a relationship. Like aluminum which protects other metals from rusting."
.
.
.
❀❀❀❀❀❀
.
.
.Liburan semester sudah tiba. Hingga saat ini, Kana belum pernah membalas pesan Alka lagi. Memang tidak pernah Kana melakukan hal ini sebelumnya. Dan sekarang, Alka sudah benar-benar lelah dengan hubungan mereka yang seperti ini. Namun, ia sadar, ia belum sama sekali meminta maaf pada Kana.
“Gue harus samperin Kana.”
Tangannya meraih kunci motor yang sejak tadi berada di atas meja kecil di kamar kos itu. Seperti biasa, Alka menjadi pusat perhatian teman satu kosnya yang kini sedang siap-siap untuk pulang ke kampung halaman masing-masing. Ya, terlebih semester ini, hanya Alka yang menetap di kos ini, setidaknya aampai bulan depan.
Sebenarnya, Alka bisa saja pulang ke rumah orang tuanya di Tangerang. Namun, ia mempunyai janji untuk ‘main’ ke laboratorium dalam rangka pra-persiapan untuk penelitian tugas akhir yang akan ia ambil di semester depan. Ia sudah janji dengan dosen pembimbingnya.
Suara mesin motornya mulai terdengar, bersamaan dengan ban motor yang mulai membelah jalan gang kosan. Bandung tidak pernah menampakkan tanda akan sepi. Selalu ada hal yang membuatnya terlihat ramai. Motornya terus melaju hingga memasuki sebuah gang kecil sebuah perkampungan. Jalan yang sering sekali ia lalui.
Dua rumah yang berada dalam satu tanah berpemilik yang sama menjadi tujuannya. Rumah itu tampak sepi kini. Bahkan warung makanan kecil yang ada di rumah depan pun tampak tutup. Alka mengucapkan salam beberapa kali di depan pintu. Namun tidak ada jawaban. Butuh waktu lima menit Alka menunggu sebelum akhirnya mendapat respon dari salah satu penghuni. Namun, kali ini responnya berasal dari rumah belakang.
“Kak Alka?”
“Oh, Karin! Kana ada?”
Karin sedikit bingung kenapa tiba-tiba Alka mencari Kana sekarang, di sini. “Lho! Dek Kana udah balik dari tiga hari yang lalu, Kak.”
“Kana udah balik ke Tangerang?”
“Bukan Tangerang. Jogja. –“ jawab Karin. Ada raut terkejut yang Alka tunjukkan setelahnya. Entah mengapa, Karin bisa memahami apa yang terjadi sekarang. “ – Kak Alka belum tahu? Dek Kana udah enggak tinggal di Tangerang. Semenjak Om Erwin udah enggak kerja di tempatnya yang lama sejak September kemarin, Om Erwin dapet tawaran kerja di Jogja dari kakaknya. Jadi, Om Erwin sama Kana pindah ke Jogja.” Jelas Karin pada akhirnya.
Alka masih tidak menyangka dengan apa yang ia ketahui sekarang. Apa itu sebabnya saat liburan semester kemarin, Kana menolak untuk pulang kampung bersama Alka? Ternyata memang sudah lama Kana berencana untuk menjauhi dirinya. Kenapa Alka tidak menyadari hal itu sejak awal? Sekarang, ia hanya bisa termenung memikirkan semuanya.
Dengan sedikit tersenyum, Alka pamit pergi pada Karin. Gadis itu sendiri merasa sedikit iba dengan apa yang terjadi pada sepupunya dan pemuda di hadapannya itu. Karin tahu Kana orang yang cerewet. Namun, masalah ini, entah mengapa Kana tidak pernah menceritakan padanya.
********
Motor hitam Alka terpaksa terhenti di sebuah perempatan jalan karena lampu merah. Ia masih memikirkan apa yang dikatakan Karin tadi. Ia tidak mengerti mengapa harus seperti ini. Bahkan perasaannya pun kini ia tidak tahu apa. Ia menghubungi Kana untuk meminta penjelasan pun percuma rasanya.
“Tisunya, a’… Bunganya….”
Teriakan itu berhasil mengalihkan pandangan Alka. Seorang penjual karangan bunga berjalan mendekati setiap pengendara yang tengah berhenti. Dan Alka tertarik dengan setangkai bunga mawar hijau yang ada di salah satu karangan. Entah mengapa, Alka merasa ingin melakukan sesuatu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI
Novela Juvenil'Mereka bilang, kita kuat. Nyatanya, kita lemah.' Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut sang gadis yang telah menahan perasaannya bertahun-tahun. ******* Alka Rizkian? Pemuda itu populer di jurusan bahkan di kampus, meskipun tidak sepopuler la...