Na
'All those pent-up feelings, finally exploded like sodium metal in water.'
.
.
.
❀❀❀❀❀
.
.
.Jalan sekitar kolam kampus menjadi tempat Alka berpijak. Langkahnya dengan mantap melewati tempat itu selepas mengikuti kelas mata kuliah pilihan di Gedung Kuliah V. Bunga-bunga yang menghiasi jalan itu belum kembali bermekaran. Meskipun begitu, Alka masih bisa menikmati suasana asri yang ada.
Seorang pemuda memanggil nama Alka dan menyamakan langkah dengannya. Salah satu teman angkatan Alka di Program Studi Kimia, hanya berbeda kelas saja. Dan siapa sangka, pemuda itu mempunyai tujuan yang sama dengan Alka. Himpi. Keduanya pun berjalan bersama sambil beberapa kali berbincang tentang mata kuliah wajib yang mereka ambil semester ini. Kebetulan, sebentar lagi minggu UTS akan dimulai.
Jalan yang mereka lalui semakin sepi dan sempit, menandakan mereka sudah dekat dengan tujuan. Dari belokan pertigaan jalan, mereka bisa melihat bayangan orang-orang yang kini menghuni bangunan kecil berwarna dominasi biru itu. Bahkan seseorang yang ia kenal dengan baik selama ini juga berada di sana. Tampak asyik duduk seraya menulis. Entah mengerjakan soal, atau hanya sekadar menulis jurnal praktikum.
“Hai, Na!” sapa Alka yang hanya dibalas dengan senyuman oleh gadis itu.
“Oi, Al! Kebetulan. Sini!” perintah teman satu angkatan Alka yang lainnya.
Alka menghampir pemuda yang memanggilnya itu. Alka sedikit terkejut saat pemuda itu menyodorkan sebuah latihan soal padanya. Banyak angka dan huruf di kertas itu. Oh! Tidak lupa dengan sebuah diagram. Alka tahu mata kuliah apa itu. Jelas tertulis di bagian atas kertas. Energitika, mata kuliah tingkat dua di semester genap.
Pemuda itu meminta Alka untuk mengajarinya beberapa materi. Namun, Alka menolaknya dengan alasan bahwa ia tidak mahir dengan materi itu. Tentu saja tidak ada yang percaya dengan hal itu. Terlebih, ini Alka. Mahasiswa langganan IP 4 yang awal semester ini kembali mendapatkan penghargaan dari kampusnya atas Raihan hasil belajar itu.
“Udah, cepet ajarin gue, Al! Bantulah temen lo yang ngulang ini,” pinta pemuda itu memelas.
“Dih, dibilang gue enggak jago materi ini.”
Perdebatan dengan topik yang sama terus berulang hingga beberapa menit. Namun, tidak jarang ada selipan tawa diperdebatan dua orang itu. Sayangnya, hal itu menjadi suatu hal yang menjengkelkan bagi Kana yang sedari tadi mencoba menyelesaikan tulisannya. Ia masih bisa menahannya jika sebentar. Tetapi, ini sudah lama dan kini kepalanya mulai pusing.
“BERISIK! –“ bentak Kana di tempatnya. Semuanya seketika terdiam di sana, menatap gadis yang kini menampilkan raut emosi di wajahnya.
“ – Kalau emang enggak mau ngajarin, bilang aja! Enggak usah sok merendah untuk meroket deh! Busuk tau, enggak?!”
Amarah gadis itu meledak. Tanpa basa-basi lagi, Kana langsung meraih tas dan buku catatannya sebelum melangkah pergi dari himpi dengan gusar. Meninggalkan semua orang yang kini menatap bingung dirinya yang tiba-tiba saja marah. Bahkan beberapa orang kini menatap Alka juga dengan tatapan bingung.
“Al? Si Kana kenapa dah? Lagi PMS?” tanya seseorang.
Tidak ada jawaban. Alka langsung berlari mengejar gadis itu sesaat ia tersadar dari rasa terkejutnya. Untung saja gadis itu belum terlalu jauh, hanya saja sudah sampai di ujung gang menuju salah satu jalan utama kampus. Panggilannya tidak dihiraukan begitu saja oleh Kana membuatnya memutuskan untuk meraih tangan itu demi menghentikan langkah sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI
أدب المراهقين'Mereka bilang, kita kuat. Nyatanya, kita lemah.' Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut sang gadis yang telah menahan perasaannya bertahun-tahun. ******* Alka Rizkian? Pemuda itu populer di jurusan bahkan di kampus, meskipun tidak sepopuler la...