Sulfur

12 6 4
                                    

"Care like sulfur. Useful, but sometimes as destructive as acid rain"

.
.
.
❀❀❀❀❀❀
.
.
.

Kota Tangerang. Kelas 1 SMA.

Matahari sudah melewati puncaknya saat kini Kana berada di lapangan sekolah bersama dengan teman-teman ekskul PMR-nya yang tengah berlatih membuat tandu. Sedangkan beberapa teman lainnya tengah asyik melihat seraya berbincang dengan para anggota MPK*.

*Majelis Permusyawaratan Kelas

Kana melihat ke sekeliling sekolah yang kini hanya dipenuhi oleh anak-anak ekskul dan organisasi. Beberapa dari mereka pun baru saja kembali ke sekolah setelah membeli makan dari luar. Benar-benar sibuk.

“Eh, di parkiran tadi gue ketemu anak SMA Nitra tau!” ucap seorang siswi yang duduk dekat tangga lapangan.

“Anak Nitra? Siapa? Ngapain juga ke sini?”

“Itu! Si Alka! Yang kemaren menang lomba debat bahasa Inggris di SMA Duta.”

“Ah! Inget-inget! Yang anak MPK Nitra juga, ‘kan?”

“Iya! Asli, gue baru pertama kali liat orangnya langsung. Cakep banget, anjir, orangnya!”

Kana menghentikan pergerakan tangannya yang sedari tadi menggulung tali hanya karena mendengar percakapan dua siswi itu. Pemuda itu sudah terkenal di seluruh penjuru sekolah. Menjadi juara salah satu lomba debat terkenal di daerahnya, terlebih dia mengalahkan juara bertahan selama dua tahun berturut-turut di final. Jadi jangan heran jika nama Alka menjadi terkenal di seluruh SMA di daerahnya. Namun, entah mengapa dada Kana menjadi sesak sekarang.

“Kana!! –“ panggil seseorang dengan suara berat khasnya.

Seluruh orang yang ada di sana menoleh dan menatap kedatangan pemuda itu seraya saling berbisik. Tentu saja kehadiran pemuda itu menyita perhatian, terlebih dengan baju batik sekolah yang berwarna cokelat tua itu. Berbeda sekali dengan batik sekolah Kana yang didominasi dengan warna kuning tua dan hitam. Pemuda itu terus melangkah menghampiri Kana hingga kini jarak mereka hanya satu meter.

“ – Lo masih belum kelar ekskul?”

“Bentar lagi kelar. Sekitar sepuluh menit lagi.”

“Yaudah! Kalau gitu, gue tunggu di depan kelas situ aja ya!” ucap Alka seraya menunjuk kelas yang ia maksud.

Hari ini, ia memang mempunyai janji dengan Alka untuk pergi nonton bersama. Namun, Kana tidak menyangka bahwa Alka akan menghampirinya dengan cara seperti itu. Semua orang kini menatap keduanya secara bergantian dari kejauhan. Seakan mereka semua tidak menyangka bahwa Alka yang hebat itu mempunyai teman di sekolah SMA kota yang pinggiran ini.

Kana kembali teringat saat pengumuman hasil penerimaan murid baru keluar. Alka yang diterima di SMA negeri unggulan di kota berniat pindah ke SMA negeri tempat Kana di terima hanya karena ingin bisa bersama Kana. Tentu saja itu membuat Kana marah. Semudah itu Alka melepaskan sesuatu yang menjadi keinginan setiap orang hanya karena Kana.

Sekarang, pemuda itu lebih bersinar dari sebelumnya di mata Kana. Semua orang terus melihat langkahnya seraya terus berbisik di balik senyuman. Bahkan beberapa temannya kini menanyakan hubungan Kana dengan Alka seolah itu merupakan hal yang luar biasa karena bisa bersama dengan Alka. Kini, Kana menyadari sesuatu. Ada jarak yang tidak terlihat di antara dirinya dengan seseorang yang ia cintai itu. Jarak yang tidak akan pernah bisa Kana perkecil.

HITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang