'Mereka bilang, kita kuat. Nyatanya, kita lemah.'
Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut sang gadis yang telah menahan perasaannya bertahun-tahun.
*******
Alka Rizkian?
Pemuda itu populer di jurusan bahkan di kampus, meskipun tidak sepopuler la...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'One of that protect you from hardness life is smile. Like Argon that protect the earth in their atmosphere'
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Sudah satu hari terlewat setelah Alka tahu bahwa Kana sudah kembali ke Bandung untuk semester pendek. Selama ini, tidak ada yang bisa Alka lakukan selain menunggu kabar dari Rindia yang menjadi satu-satunya orang yang bisa menghubungi Kana. Meskipun begitu, tetap saja Alka ingin mengetahui kabar sahabatnya itu sendiri.
Ponsel berwarna hitam itu masih dengan setianya Alka genggam. Bahkan layarnya kini menampilkan kontak yang selama ini ia hubungi. Ia ingin kembali menghubungi kontak itu. Namun, ia takut kembali menerima sebuah penolakan seperti beberapa bulan ini. Ah! Serba salah! Itulah yang Alka rasakan sekarang.
“Telepon aja gitu? Tapi kalau Kana tambah marah ke gue gimana? Tapi gue enggak bisa gini terus!” ucapnya bermonolog di kamar kosnya.
Ia kembali menatap layar ponselnya dengan ragu. Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi kontak tersebut. Perlahan, terdengar suara deringan dari seberang panggilan. Tubuh Alka kembali menegang mendengarnya. Terlebih…
“Halo? –“
Bagus! Sekarang Alka bisa merasakan jantungnya berdegup lebih cepat lagi dari pada satu menit sebelumnya. Untung saja ia tidak berada di tahap ia bisa pingsan. Butuh beberapa waktu sampai Alka bisa kembali mengatur ritme detak jantungnya.
“ – Kalau lo enggak ngomong sesuatu, gue tutup teleponnya!”
“Jangan! –“ teriak Alka spontan. Seketika keadaannya menjadi canggung. Bahkan ia pun tidak bisa lagi mendengar suara di ujung panggilan. “ – Gue denger, matkim buka kelas di SP? Lo ikut kelasnya, Na?”