Helium

86 27 32
                                    

"Your shine was radiated between the other like an alpha particle, which is helium without two their electrons

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Your shine was radiated between the other like an alpha particle, which is helium without two their electrons..."
.
.
.

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


"Lo udah pada lihat Instagram kampus belum?" tanya seorang gadis pada temannya.

"Yang mana? Yang peraih penghargaan?"

"Iya! Keren banget enggak sih? Apa lagi yang namanya Alka. Anak kimia itu lho!"

"Iya weh! Udah mah cakep, baik, pinter lagi. Hebat banget dia bisa dapat emas di Olimpiade MIPA Mahasiswa kemarin," ucap temannya yang tidak kalah hebohnya.

"Lo tahu Kak Alka juga?"

"Tahu lah! Dia mentor gue di orientasi kampus tahun lalu."

Sekiranya itulah yang telinga Kana tangkap dari obrolan dua orang adik tingkat yang duduk tepat di hadapannya. Sudah bukan hal asing baginya jika mendengar banyak perbincangan tentang mahasiswa berprestasi. Secara, sekarang sedang masanya orientasi kampus. Sudah pasti orang-orang itu menjadi contoh baik bagi mahasiswa baru. Dan dari semua nama itu, Alka sudah pasti masuk dalam daftarnya. Kana sudah bisa menebak itu sejak akhir semester lalu.

Semakin lama, ia semakin tidak nyaman dengan tempat itu sekarang. Ruangan besar dengan banyaknya buku di rak terasa sangat ramai dengan suara-suara. Salahnya sendiri karena menggunakan lantai khusus berdiskusi di gedung yang disebut perpustakaan itu. Dan sekarang, ia sama sekali tidak bisa fokus belajar. Ia pun bangkit dan meletakkan kembali buku yang sebelumnya ia baca di rak dan pergi dari ruangan itu tanpa peduli lagi.

Warna lembayung mulai muncul dengan tipis di langit begitu ia keluar dari gedung itu. Dengan langkah malas, ia berjalan menuju gerbang belakang yang terpaut hanya sekitar sepuluh meter dari perpustakaan. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya seraya tersenyum, menyapa pria tua berseragam biru dongker khas yang selalu membantu mengatur lalu lintas terlebih saat-saat seperti ini.

HITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang