Magnesium

27 13 6
                                    

Mg

'Like magnesium useful as antacid agent, time can heal hurt in your heart. Soon as possible.'

.
.
.
❀❀❀❀❀
.
.
.

“Jadi, ini adalah tempat penyimpanan bahan baku. Yang di mana selanjutnya akan diperiksa dengan mesin di sebelah sana apakah ada kandungan yang berbahaya.”

Penjelasan dari seseorang bertopi putih itu cukup membuat mahasiswa yang beberapa saat lalu menginjakkan kaki mereka di sebuah pabrik pengolahan pakan ikan mengerti. Hari ini merupakan hari kunjungan pabrik yang dilaksanakan sebagai tugas laporan lapangan sebuah mata kuliah pilihan. Dan Kana ada di sana.

Sebenarnya ini adalah mata kuliah yang terkait dengan pangan. Baik dari sisi ketahanan dan juga sanitasi. Sedikit unik memang karena mereka mendatangi pabrik pakan budidaya dan bukannya langsung ke pabrik makanan. Namun, mereka yang mengikuti mata kuliah itu mengerti. Keamanan pangan untuk masyarakat harusnya terjamin dari tingkat yang paling kecil.

Pabrik itu memang bukanlah pabrik yang sangat besar hingga mempunyai beberapa bangunan pabrik utama di kompleksnya. Namun, tetap saja kehadirannya menumbuhkan kehidupan ekonomi. Kana melihat-lihat tumpukan karung berisi bahan baku yang ada di ruangan itu dan memotretnya dengan kamera yang sedari ia gantungkan di lehernya. Tidak lupa, ia mencatat hal penting dari penjelasan sang pekerja meskipun ia sudah merekam dalam ponselnya.

Ini pertama kalinya Kana mengikuti kunjungan industri. Sebenarnya himpunan Kana sering melakukan kunjungan industri, hanya saja ia memilih untuk tidak mengikutinya karena kendala waktu. Mata Kana tidak berhentinya menatap kagum setiap alat yang ada di gedung itu. Ukurannya besar, jauh lebih besar dari tubuhnya. Bahkan Kana sesekali bisa melihat semua bahan-bahan itu bergerak dari celah kaca yang ada di mesin.

Waktu terus berjalan hingga semua bagian produksi dari pabrik itu hampir terjamah. Dan tentunya bagian pengemasan menjadi tahap yang paling ditunggu. Hasil akhir produk terlihat dengan jelas di bagian penyimpanan di ujung mesin sebelum akhirnya dimasukkan dalam kemasan.

“Pak! Kami boleh pegang pakannya, tidak?” tanya seorang mahasiswa.

“Tentu saja, boleh.”

Seluruh mahasiswa langsung mengambil segenggam pakan ikan dari dalam karung yang belum tertutup. Beberapa dari mereka pun berbincang satu sama lain dan mendokumentasikannya. Kana sendiri sedikit terkejut. Pakan yang ada di tangannya ini sedikit berbeda dengan pakan ikan yang ia tahu saat ia masih sering bermain ke empang milik pakdhe-nya waktu masih kecil. Kana senang, ia mendapatkan ilmu baru.

Agenda kunjungan sudah selesai, tetapi mereka masih punya waktu sebelum jadwal mereka kembali ke Bandung tiba. Dengan izin dari dosen, semua mahasiswa pun bermain di pantai yang memang berada kurang dari satu kilometer dari pabrik itu. Semuanya pun bergembira melepas penat. Ya, memang kehidupan kuliah terkadang membuat lelah. Terlebih, minggu ujian akhir akan tiba dalam waktu dekat.

Kana menatap bentangan laut dari sisi dalam pantai. Ia lupa kapan terakhir kali ia pergi ke pantai. Ah, bahkan sepertinya ia belum pernah pergi ke pantai sebelumnya. Ia hanya pernah pergi ke sebuah teluk bersama keluarganya beberapa hari setelah ia pindah ke Tangerang. Namun, ada satu hal yang Kana ingat tentang pantai. Alka. Pemuda itu menyukai pantai, berbeda dengan Kana yang lebih menyukai pegunungan. Alka yang sering kali bercerita tentang pantai yang pernah pemuda itu kunjungi.

Sudah lewat sebulan lebih sejak semua emosi Kana meluap pada Alka. Hubungan mereka masih belum membaik. Kana yang memilih untuk membuat hubungannya dengan pemuda itu seperti ini dulu. Bahkan ia selalu menghindar jika ia melewati tempat yang sama dengan Alka. Rasanya seperti seorang pengecut. Namun, benar seperti apa yang Kana selalu pikirkan sejak dulu. Pemuda itu akan baik-baik saja, bahkan saat tidak ada Kana di sampingnya.

HITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang