27. Hold Me Tight

121 26 2
                                    

"Minji ayolah" gumam Hyunjin sembari menempelkan ponsel pada telinganya.

Di sisi lain, Minji hanya memandangi ponselnya yang sedang berdering di atas meja.

Hal tersebut berulang hingga delapan kali panggilan, dan Minji tetap saja tak ingin mengangkatnya.

Entah mengapa kali ke sembilan ponselnya berdering, Minji meraihnya, ia menggeser jarinya ke arah tulisan accept.

"Yeoboseo" jawab Minji dengan pelan.

"Minji-ya, aku ada di depan rumahmu"

"Untuk apa?"

"Ku mohon, aku ingin bicara sebentar saja" ucap Hyunjin.

Tanpa jawaban terakhir, Minji tiba-tiba saja menutup panggilannya, ia bergegas untuk menemui Hyunjin.

Sambil menuruni setiap anak tangga, sesekali ia melihat sekitar untuk berjaga-jaga agar tak seorang pun mengetahui tujuannya.

"Sssssttttt..." Minji memberi isyarat dengan jari telunjuknya pada penjaga pintu rumahnya.

Penjaga tersebut hanya mengangguk kemudian membukakan pintu sebelah kanan yang hanya bisa dilewati oleh satu orang saja.

"Aku tidak lama" ujar Minji padanya.

"Baiklah nona Minji" jawab penjaga itu.

Minji keluar rumah, ia menoleh dan langsung mendapati Hyunjin tengah berdiri di dekat motornya.

"Oppa" sapa Minji.

"Minji, aku senang akhirnya kau datang" ujar Hyunjin dengan raut muka gembira.

"Cepatlah, jika appa tau, dia akan mengusirmu lagi dari sini"

Hyunjin tak mempedulikan ucapan Minji tentang ayahnya, ia kemudian meraih kedua tangan Minji dengan kedua tangan miliknya.

"Maafkan aku" ujar Hyunjin.

"Untuk kesalahanmu yang mana?"

"Soal kejadian di cafe waktu itu, sungguh aku tidak ada hubungan dengannya" terang Hyunjin.

"Lalu bagaimana dengan janin yang sedang dikandungnya?"

Hyunjin melebarkan bola matanya, ia sangat terkejut bagaimana bisa Minji mengetahui hal tersebut.

"Apa dia menemuimu?"

"Ya, dia bahkan rela menemuiku ke sekolah hanya untuk mengatakan hal itu" ucap Minji sambil tersenyum walau dalam hatinya terasa sakit.

"Kau percaya?" lanjut Hyunjin.

"Lalu aku harus apa, selain percaya pada ucapannya" ucap Minji dengan nada biacaranya yang mulai bergetar.

Minji melepaskan genggaman Hyunjin pada kedua tangannya.

"Selamat, sebentar lagi kau akan jadi seorang ayah"

"Tidak Minji" Hyunjin mengelak.

"Jangan meninggalkannya, agar ia tak depresi seperti mendiang kakakmu"

"Minji, stop please"

"Wae? Bukankah itu yang selalu menjadi alasanmu untuk berpisah denganku? Karena aku anak dari seorang yang menyebabkan kakakmu depresi hingga akhirnya meninggal, right?" tegas Minji dengan air mata yang mulai berlinang.

Melihat Minji menangis seperti itu, Hyunjin memeluknya paksa, walaupun sempat mendapat penolakan oleh Minji, namun akhirnya Minji tak menolak.

Sudah lama Minji tak merasakan dekapan hangat Hyunjin. Perasaan seperti ini yang sudah lama Minji rindukan, tenang dalam dekapannya.

GOD'S SCENARIO (Minji - Hyunjin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang