Hyunjin terbangun dari tidurnya, ia mengubah posisinya menjadi duduk sambil memegang kepala, ntah mengapa terasa pusing sekali, mungkin tidurnya kurang nyenyak.
Tentu saja, baru semalam ia mengungkapkan cinta pada Minji, tetapi kejadian semalam sungguh di luar dugaan. Bagaimana bisa masa lalunya kembali lagi?
Perjalanan pulang bersama Minji semalam menjadi canggung, yeah.. Like awkward silence, seperti lagu Stray Kids.
Hyunjin memaksakan diri beranjak dari tempat tidurnya, mengambil ponselnya diatas meja sebelah tempat tidurnya, namun ada segelas susu disana, siapa yang menyiapkan?
Apa semalam ia membuat susu kemudian tertidur tanpa meminumnya? Ah tidak mungkin, Hyunjin bukan seorang yang rutin minum susu. Lalu siapa?
Hyunjin keluar dari kamarnya,
"Kebiasaan bangun siangmu tetap saja ya"
"Yeji?" ucap Hyunjin kebingungan, bagaimana bisa ia masuk ke rumahnya.
"Pintu rumahmu jadi lebih modern ya, aku memasukkan tanggal jadian kita, memasukkan tanggal lahirmu tapi tetap salah. Untung saja aku ingat tanggal lahir Jennie eonnie." dengan santai Yeji menjelaskan sembari menata cookie yang baru saja ia buat.
"Sejak kapan kau kembali ke Korea?" tanya Hyunjin tanpa basa-basi.
"Hey, tenanglah dulu, apa kau sudah meminum susunya? Makanlah dulu cookie ini" ucap Yeji sambil menyodorkan piring pada Hyunjin.
"Sejak kapan kau kembali? Jawab saja" tegas Hyunjin.
"Seminggu yang lalu, sebenarnya aku ingin langsung mengunjungimu, tapi semenjak aku datang, banyak panggilan kerja yang menelponku. Aku menyeselaikan kuliahku lebih awal, apa kau tidak mau memberiku selamat, sayang?"
"Selamat. Tolong jangan memanggilku seperti itu lagi, ku mohon"
"Apa maksudmu?" ungkap Yeji agak kesal.
"Semalam kau meninggalkanku begitu saja, kau juga melepaskan pelukanku, apa wanita semalam kekasih barumu, Hyunjin? Kau mengkhianatiku?"
"Aku mengkhianatimu? Kau bahkan tidak ada kabar hampir 4 tahun. Aku masih terpukul setelah Jennie nuna meninggal, tak lama setelah itu kau juga meninggalkanku ke Australia, tanpa kabar sedikit pun. Apa kau masih berpikir aku mengkhianatimu?"
Hyunjin tidak habis pikir dengan Yeji, ia hanya terduduk di meja makan sambil memegang kepalanya yang masih pusing sejak bangun tidur tadi.
"Aku tidak punya kendali Hyunjin, kau tau aku hanya anak asuh, ketika orang tua asuhku menyuruhku untuk mengambil kuliah ke luar negeri, aku hanya bisa menurutinya"
"Kau berbicara di luar topik, kau hanya tidak mau disalahkan. Apa sesusah itu mengirimiku pesan atau menelponku?"
"Oke. Aku minta maaf, aku terlalu sibuk" jawab Yeji dengan singkat.
"Hehehh.." Hyunjin hanya menyeringai mendengan jawaban Yeji.
Yeji mendekati Hyunjin dan duduk disebelahnya, namun ketika Yeji hendak mengusap punggungnya, Hyunjin seketika memberi jarak.
"Tolong jangan sentuh aku, Yeji"
"Aku sudah menjelaskan semuanya, apa kau tahu? aku bahkan tidak menjalin hubungan dengan siapapun disana, aku tetap menjaga cinta kita Hyunjin. Kita bahkan belum ada kata putus bukan?"
"Kalau begitu mulai sekarang, kita putus. Terserah kau menganggap aku berkhianat atau apa" jawab Hyunjin dengan lantang.
"Mudah sekali kau berkata seperti itu, apa tidak ada aku lagi di hatimu?"
Hyunjin hanya terdiam, iya tidak yakin apa dia bisa benar-benar melupakan Yeji?
"Apa kau lupa dulu aku selalu menemanimu ketika kau sulit, ketika Jennie eonnie masuk rumah sakit jiwa siapa yang selalu bersedia bergantian menjaganya?"
Hyunjin begitu lemah ketika Yeji menyangkutkan kakaknya lagi. Jika mengingat masa lalu, Yeji memang berjasa bagi kehidupan Hyunjin.
"Ku mohon cukup, Yeji. Terima kasih atas kebaikanmu di masa lalu. Tolong jangan ganggu aku lagi."
"Jika itu maumu, baiklah."
Yeji berdiri dari tempat duduknya, memandangi Hyunjin yang sedang menundukkan kepalanya.
"Kau tahu apa yang akan terjadi jika aku kau pergi dari hidupku?"
"Memangnya apa?"
"Mungkin aku tidak bisa hidup lagi, ku mohon jangan pernah pergi dariku, Yeji"
Hyunjin mencium bibir Yeji, yang kala itu menjadi kekasihnya.
Yeji memejamkan mata, tanpa sadar air mata membasahi pipinya mengingat masa-masa saat Hyunjin begitu mencintainya. Ia sadar telah meninggalkan Hyunjin begitu saja, Hyunjin yang seorang diri bertahan untuk hidup dengan layak, bertahan untuk meneruskan pendidikannya.Hyunjin yang mengetahui hal itu seketika berdiri dan langsung memeluk Yeji. Tidak, ia hanya ingin menenangkan Yeji.
"Maafkan aku jika ini menyakitimu, melihatmu menangis akan lebih membuatku merasa bersalah, berhentilah." ucap Hyunjin sembari mengusap air mata Yeji dengan tangannya.
"Tapi kita masih bisa jadi sahabat, kan?" ucap Yeji dengan mata yang masih berkaca-kaca.
"Tentu saja".
(Source: Pinterest Hwangtermy)
*** to be continued ***
Waduh gimana nih,
Apa bisa sahabatan sama mantan?
Ada-ada saja Hwang Hyunjin 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
GOD'S SCENARIO (Minji - Hyunjin) ✔
Fanfic[Completed] Hyunjin kecil hanya mengetahui bahwa kakaknya depresi dan menderita, hingga akhirnya sang kakak menutup usia. Ia hanya mengingat wajah lelaki yang sering menemui kakaknya dan menyimpan dendam padanya. Namun, pertemuan dengan seorang gadi...