Bab 2

313 12 0
                                    

“Anak kurang 4j4r! Tidak tahu terima kasih! Berani-beraninya kamu berbuat bej4t seperti itu, Bren9-sek!”

“Yah, bukan aku orangnya, Yah. Aku berani bersumpah.”

H4ntaman demi h4ntam4n ker4s Pak Gunawan berikan. Di matanya, Arshaka tampak seperti orang lain. Namun, hatinya tak bisa ingkar kalau  rasa sayangnya terhadap Arshaka begitu besar, tapi semua itu terhalang satu kesalahan fatal.

Arshaka masih mencoba menghindari ser4ngan Pak Gunawan, walaupun di awal-awal dia menjadi santapan lezat Pak Gunawan karena kurangnya persiapan untuk menghindar.

Sementara di tempat lain, Kyra dan Bu Dina hist3ris melihat Pak Gunawan memu kuli Arshaka. Kyra pun tak tega melihat Arshaka dipu kuli, akhirnya dia mencoba memisahkan dua lelaki di depannya itu.

“Minggir Shakyra!”

Kep4lan Pak Gunawan hampir mengenai wajah Kyra. Napas lelaki yang sudah Kyra anggap seperti ayah sendiri itu berembus cepat dan berat. Tatapannya ber4pi-api seolah belum puas melihat wajah Arshaka yang b4bak b3lur.

“Om, cukup, Om—”

“Minggir, Shakyra!”

Pak Gunawan sama sekali tak peduli dengan ucapan Kyra. Pak Gunawan sudah terlampau kecewa hingga apa yang Kyra katakan dia anggap sebagai pembelaan tidak pantas. Hingga batas kesabarannya hampir di titik penghabisan.

“Om, cukup, Om. Kasian Kak Shaka.”

“Mas, sudah cukup, Mas!” raung Bu Dina dengan suara bergetar.

Pak Gunawan tak tahan lagi, tangannya yang terkep4l kuat melayang mengh4ntam meja berlapis kaca di dekatnya. Kyra dan Bu Dina sampai tersentak, apalagi darah segar mulai tercium akibat kaca yang mengenai tangan.

“Malam ini, kamu kemb4li mengingatkanku kalau kamu memang bukanlah darah dagingku, Arshaka.”

“Tapi bukan aku orangnya, Yah. Tolong percaya.”

Bu Dina dan Kyra menangis tersedu-sedu. Di satu sisi, Bu Dina ingin menghampiri Arshaka lalu mengobati luka yang telah suaminya berikan. Namun, di sisi lain, Pak Gunawan pun sedang terluka, dan penawarnya adalah Bu Dina sendiri.

“Iya atau bukan, pernikahan kalian akan berlangsung besok. Setelah itu, kalian bisa segera keluar dari rumahku.”

Arshaka tercekat. Dia mengusap sudut bibirnya yang sedikit r0bek. Lalu, tatapannya yang sarat akan emosi terpendam itu menyorot t4jam kepada Kyra yang ternyata tengah memandangnya juga.

Sungguh, Arshaka sama sekali tidak menyangka kalau dia akan dijebak Kyra seperti itu. Arshaka kira, dia akan membalas budi kepada orang tua angkatnya dengan cara terhormat. Bukan melalui cara hina seperti yang keponakan orang tua angkatnya lemparkan.

“Tapi, Yah—”

“Shaka, tolong pahami kondisinya. Jangan sampai keluarga kita menanggung malu lebih besar lagi. Sekarang begini saja, dengan  kamu menikahi Kyra, anggap saja kalau kamu sudah membayar keringat kami karena telah membesarkan dan mendidik kamu sedari kecil.”

Kedua mata Bu Dina membeliak. Sungguh, dia tidak setuju dengan ucapan suaminya barusan. Bu Dina bahkan terlampau ikhlas membesarkan dan mendidik Arshaka. Rasa sayangnya sama rata, benar-benar tiada beda. Dia ingin sekali mengingatkan Pak Gunawan kalau ucapan suaminya terlalu berlebihan. Namun, tak ada pilihan lain selain diam. Menyiram segayung air tidak akan bisa memadamkan api yang berkobar.

“Yah, maksudku bukan itu. Walaupun di sini aku bukan anak kandung kalian, tapi jasa Ayah dan Bunda tidak bisa dibayar oleh apa pun.”

Arshaka merasa tersudut. Baginya, pernikahan bukan hanya sekadar bergantinya status dua anak manusia, tetapi menyatukan dua sifat dan karakter yang berbeda, pasangan tersebut harus ikut berperan dalam membina rumah tangga, dan yang terpenting untuknya saat ini ada perasaan seseorang yang harus dijaga. Lalu, bagaimana pernikahannya nanti bisa bertahan jika terhadap Kyra saja Arshaka tak punya rasa.

Arshaka ingin menolak, ada seorang gadis yang menunggu pinangannya selama beberapa bulan terakhir. Menikahi gadis dari masa lalu yang menjadi cinta pertamanya adalah salah satu impian terbesar Arshaka. Mereka baru menjalin hubungan selama empat bulan. Bahkan, bertemu selama status pacar tersemat pun belum pernah karena gadisnya bekerja di luar kota.

Dulu, Arshaka memang tidak sempat menyatakan perasaannya. Namun, kini dia sudah berhasil mengambil hatinya. Arshaka bingung, apakah dia harus melepaskan gadis yang disukanya setelah bertahun-tahun lamanya tidak bisa melupakan.

Arshaka bingung harus mengambil langkah yang mana. Di sisi lain, keluarga Gunawan sudah memperlakukannya begitu baik. Pak Gunawan dan Bu Dina tak pernah meminta apa pun darinya, kecuali menjadi anak baik, dan mematuhi petuah-petuah baik layaknya petuah dari orang tua terhadap anak-anaknya.

“Jadi bagaimana? Kamu bersedia?”

Arshaka mengambil napas berat, lalu dia mengembuskannya dengan segera. Dilihatnya Pak Gunawan yang rautnya tak sepadam tadi. Lalu, dia melihat Kyra yang tengah mengangguk dengan berlinang air mata.

“Arshaka Dirgantara?”

Tubuh Kyra menegang saat Pak Gunawan memanggil Arshaka dengan nada berat dan tegas. Dia enggan memutuskan pandangannya dari Arshaka. Setidaknya, sampai Arshaka memenuhi pintanya.

“Maaf, Yah. Aku ....”

Nikah tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang