Bab 11

113 6 1
                                    

Kyra menatap risau ruangan bercat putih yang sering dia kunjungi sebulan sekali. Tak lama kemudian, pandangan Kyra jatuh pada dokter Maria-dokter yang menanganinya dari awal kehamilan. Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat mimik serius sang dokter.

"Bagaimana, Dok? Apa kandungan istri saya baik-baik saja?" Arshaka gegas menggenggam tangan Kyra untuk sekadar menenangkan.

"Berat badan janin masih terbilang rendah. Tapi jumlah ketubannya sudah cukup. Untuk tanggal perkiraan lahir janin menurut USG akhir Maret, ya, Kyra, Shaka."

"Cara supaya BB-nya cepet naik gimana, Dok?" tanya Kyra.

"Coba kamu konsumsi yogurt dan es krim. Kandungan kalori dan gula pada es krim lumayan tinggi, Kyra."

"Tapi nggak ada kendala lain, kan, Tante Maria?"

"Semua bagus. Kaki kamu juga tidak bengkak. Pertahankan, ya. Semoga kalian sehat selalu."

Akhirnya Kyra bisa bernapas dengan lega.
Kegelisahan yang sedari tadi menyelimuti hati dan pikirannya enyah dalam sekejap mata. Kyra pun mengusap perutnya yang sudah membuncit.

Kyra merasa sangat beruntung karena Arshaka tak pernah absen mengantarnya kontrol. Arshaka memang bukan ayah dari janin yang sedang dikandungnya. Namun, selama ini Arshaka telah menunjukkan seberapa besar tanggung jawab dan kasih sayangnya pada calon anak Kyra.

"Nanti salamkan sama Dina, ya, Kyra, Shaka."

"Iya, Tante, nanti Kyra sampein."

"Oh, iya, kalian sudah tahu tips supaya lancar saat melahirkan?"

Kyra yang memang sedang bahagia langsung mengangguk antusias. Saking bahagianya, Kyra sampai tidak sadar kalau dia bergerak heboh supaya Arshaka mendengarkan penjelasan dokter Maria dengan saksama. Tiga orang dewasa di dejat Kyra pun sampai tertawa kecil melihat sikap menggemaskannya.

"Memangnya apa, Dok?" Kali ini Arshaka yang bertanya.

"Berhubungan badan di usia kehamilan Kyra ini sangat dianjurkan supaya persalinan nanti berjalan lebih lancar. Kyra juga bisa lebih rileks nantinya."

Seketika, saran berisi kalimat-kalimat frontal dokter Maria membuat Arshaka dan Kyra terdiam. Pasalnya, selama menikah, Arshaka dan Kyra tidak pernah berhubungan badan seperti pasangan suami istri di luar sana. Tidur pun mereka terpisah. Arshaka memang sempat tergoda oleh postur tubuh Kyra, tetapi dia selalu berhasil melaluinya dengan berpikir kalau Kyra akan tetap menjadi adiknya. Apalagi mereka akan berpisah setelah Kyra melahirkan.

"Dan semisal dikeluarkan di dalam pun tidak masalah. Kyra sudah melewati fase-fase rawannya."

Kyra hanya tersenyum canggung. Sementara Arshaka tampak kesusahan membentuk lekukan bibir. Sedari tadi, wajahnya datar tanpa ekspresi. Tak lama setelahnya, Arshaka pun berdeham.

"Terima kasih atas sarannya. Kalau begitu, kami permisi, Dok."

"Oh, iya. Hati-hati, ya. Ini resep vitaminnya."

Setelah diberi resep, Kyra dan Arshaka pun keluar. Keduanya berjalan dengan perasaan canggung. Namun, Kyra tidak mau larut dalam pikirannya. Kyra sudah tidak sepolos dulu. Dia harus keluar dari zona mencekam itu.

"Kak, makasih ya karna selama Kyra butuh Kakak, Kakak selalu ada buat Kyra."

"Sama-sama. Sudah kewajiban Kakak, Kyra," jawab Arshaka seraya mengusap puncak kepala istrinya.

Kyra tersenyum lepas. Kyra mendadak kehilangan kata-kata. Biasanya, dia tidak seperti ini. Kyra akan ceriwis dan bersikap seperti istri manja yang menuntut perhatian lebih suaminya.

Merasa kehilangan topik pembicaraan, Kyra pun mendongak untuk melihat raut Arshaka. Lalu, selintas ide untuk sekadar mencairkan suasana hadir di kepalanya.

"Tapi nanti kita beneran belanja, kan, Kak?"

"Iya. Sekarang kamu duduk di sana, Kakak mau ke toilet dulu," kata Arshaka seraya memberikan selembar resep.

Kyra duduk di kursi yang ditunjuk Arshaka. Tangan kanannya mengusap perut perlahan. Seketika, Kyra terngiang-ngiang ucapan dokter Maria.

Kyra tiba-tiba teringat pada Ardhan. Kyra berpikir, apa yang akan Ardhan lakukan seandainya dahulu dia mau menikahinya. Berbagai tanya pun hinggap di kepalanya. Apakah Ardhan akan sesigap Arshaka, apakah cinta di hati Ardhan akan selalu ada seperti kata-katanya.

Memikirkan semua itu, perasaan sedih tiba-tiba menyelusup ruang kosong di hatinya. Kepercayaannya ternyata disia-siakan Ardhan.

"Kyra, lo di sini?"

Kyra beranjak dari duduknya. Wajahnya panik bukan main saat pandangan Jeremy tertuju pada perutnya yang membuncit. Kyra tergagap-gagap karena merasa tertangkap basah.

"Je-Jeje? Kamu di sini?"

"Iya. Gue abis nengok temen di kampus. Lo hamil? Lo udah nikah? Kenapa nggak undang gue, Ra. Terus Ardhan gimana?"

Pertanyaan Jeremy yang bertubi-tubi membuat Kyra gelagapan. Sungguh, Kyra tidak menyangka kalau dia akan bertemu Jeremy. Beruntungnya, salah satu teman perempuan Jeremy memintanya segera pulang. Jeremy pun berlalu dengan banyak pertanyaan yang memenuhi kepala.

Kyra mengembuskan napas lega. Salahnya juga yang pergi tidak memakai masker. Jadilah dia kelabakan ketika ada yang mengenali di luar.

Sambil menunggu Arshaka kembali, Kyra memainkan ponsel. Dia menatap list perlengkapan calon buah hatinya yang nanti akan dibeli. Seminggu yang lalu, Kyra menanyakan dan menulis perlengkapan apa saja yang harus disiapkan sebelum melahirkan. Sesuai rencana beberapa hari lalu, usai memeriksakan kehamilannya Kyra dan Arshaka akan belanja.

Merasa namanya tak kunjung dipanggil apoteker, Kyra menepuk dahinya. Kyra bergegas menyerahkan resep dari dokter dan menatap sekeliling ruangan. Pikirannya bertanya-tanya, ke mana Arshaka?

Kyra tidak menunggu obat dan menanti Arshaka di kursinya. Kyra memilih mencari Arshaka ke toilet pria ke arah lorong rumah sakit yang tadi suaminya lewati. Namun, langkah Kyra terhenti ketika menatap pemandangan di depannya.

Tubuh Kyra masih menegang dan perasaannya berkecamuk. Kyra masih ingat rupa gadis cantik yang sedang dipeluk Arshaka karena wajahnya terlihat dengan jelas.

"Maaf," ungkap Arshaka sambil menenangkan gadis di kursi roda yang sedang nenangis tersedu-sedu.

Kyra bergegas kembali untuk mengambil obatnya. Tiba-tiba saja dadanya seperti diremas kuat. Tidak, Kyra tidak cemburu. Kyra yakin kalau dia tidak mencintai Arshaka. Kyra hanya kecewa karena Arshaka tak kunjung kembali dan malah berpacaran.

Kyra mencoba bersikap biasa-biasa saja meskipun perasaannya mendadak tak menentu. Hari ini dia dipertemukan dengan Jeremy dalam keadaan yang tak pernah diinginkan. Bahkan, di hari ini Kyra melihat Arshaka memeluk gadis yang dicintainya. Lantas, bisakah Kyra bersikap biasa-biasa saja setelah kejadian-kejadian tak terduga itu?

Nikah tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang