Setibanya di kediaman Aleena, keluarga Arshaka disambut hangat oleh tuan rumah. Di tengah perasaannya yang berkecamuk, Kyra izin ke taman yang terletak di samping rumah. Arzan rewel sedari tiba. Bahkan, dia baru saja menumpahkan segelas jus, sampai mengotori celana kain Arshaka.
“Assalamualaikum, Om, Tante, semua. Maaf aku telat.”
Kyra terpaku di tempat, pun dengan Arshaka yang baru saja berhasil menguasai diri dari rasa kaget. Tak jauh dari ambang pintu, Jeremy berdiri dengan wajah cerianya.
“Loh, Kyra?” Pandangan Jeremy pun beralih pada Arshaka. “Bang Shaka? Jadi, pacar Mbak Leena itu Bang Shaka?”
Aleena mengangguk pelan sambil tersenyum lepas.
Kyra masih linglung di tengah rengekan Arzan. Pribahasa dunia selebar daun kelor itu sedang dia rasakan.
“Loh, kalian saling kenal juga?”
“Kyra ini teman SMA aku, Om.”
“Oh, pantes. Bisa kebetulan begitu, ya,” ucap papi Aleena. “Gimana sekarang keadaan keadaan mamamu?”
“Puji Tuhan udah mendingan, Om.”
“Aku keluar dulu, Je,” kata Kyra ketika Arzan menarik jilbabnya. Kali ini, tarikan Arzan cukup kuat. Jilbab Kyra hampir berantakan.
Acara pertunangan Arshaka dan Aleena berjalan tanpa Kyra dan Arzan. Di luar, Kyra tidak begitu fokus menjaga Arzan. Pikirannya melayang tak keruan. Perasaannya diliputi kebingungan.
Kyra tidak pernah bermimpi bersuamikan Arshaka. Kyra juga tidak berharap akan menjadi orang ketiga dalam hubungan Arshaka dan Aleena. Semua itu sudah Kyra buktikan dengan perpisahan beberapa tahun yang lalu.
Namun, Kyra tidak menampik kalau dia menginginkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Menikah sekali dalam seumur hidup bersama lelaki yang dicinta. Kyra juga ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai dan diperjuangkan. Sayang, semua itu hanya angan-angan belaka.
Ardhan pergi begitu saja dan sampai sekarang menghilang bak ditelan bumi. Lelaki yang dahulu memuja dan sering mengucapkan kata cinta itu nyatanya malah pergi.
Lalu Arshaka, lelaki yang dia sayangi bak seorang kakak malah menikahinya. Kyra tak menampik kalau dia nyaman dan senang ketika berada di dekat Arshaka. Namun, Kyra tak bisa berbuat apa-apa. Perasaannya yang membingungkan membuat Kyra menyimpulkan pemikiran kalau mereka hanya ditakdirkan sebagai saudara saja.
“Jejeje, ngan, uh.”
Racauan Arzan membuyarkan lamunan Kyra. Kyra menoleh dan ternyata Arzan sedang bermain dengan Jeremy. Ya ampun, sebegitu terhanyutnya kah Kyra melamun sampai tak sadar dengan keberadaan Arzan yang menjauh.
“Ra, makan dulu sana.”
“Aku nggak mood, Je.”
“Nih.”
Jeremy memberikan dua potong cheesecake kepada Kyra. Jeremy lalu jongkok tak jauh dari tempat Kyra berdiri. Dia mengambil mobil jeep Arzan yang tergeletak di halaman rumah Aleena.
“Betewe, kamu cantik pake kerudung. Pangling aku, Ra.”
“Wha, masa? Dipuji Mr. Playboy harus bangga jangan, nih?”
“Harus, lah. Pujian itu sebuah pengakuan yang harus diistimewakan.”
Kyra tertawa renyah. Dia mengambil satu helai tisu basah dari dalam tas untuk mengelap sekitar mulut Arzan yang kotor. Lalu, menatap Jeremy lagi.
“Kamu nggak ke dalam, Ra?”
“Males, ah. Nanti ada pertanyaan yang nggak enak didengar.”
Bukan “nggak enak didengar”, tapi sedari tadi jantungnya sudah kebat-kebit tak menentu rasa. Kyra tak bisa berpura-pura tersenyum, bahkan kedua sudut bibirnya kesulitan membentuk lengkungan tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah tanpa Cinta
General FictionKyra tidak pernah menyangka kalau dia akan menikah dengan lelaki yang bahkan tak pernah singgah dalam mimpi dan angannya. Bagi Kyra, nikah tanpa cinta itu bagai Kopi tanpa Gula, karena Pemanis itu sendiri sudah pergi tanpa pamit. Cowok yang menjanji...