Bab 14

141 7 0
                                    

Kyra memegangi pinggangnya yang panas. Sebelah tangannya lagi mengusap perut yang mulas. Setengah jam sudah berlalu, mulas itu belum menghilang juga. Kyra melihat tanggal pada ponselnya, belum jatuh pada tanggal perkiraan melahirkan memang, tetapi sudah mendekati. Sebelum Arshaka pergi bekerja, Kyra berinisiatif untuk memberitahunya.

"Tapi kata dokter Maria kamu lahirannya seminggu lagi kan, Ra?"

Kyra mengangguk pelan. "Kyra juga bingung, sebenernya Kyra kapan lahirannya. Waktu perkiraan melahirkan dari dokter Maria sama bidan kemarin beda. Kata tante Dina sih maju mundurnya waktu perkiraan melahirkan itu wajar, tapi yang nggak wajarnya kok sekarang Kyra udah mules, ya."

Arshaka menghela napas panjang. Dia tak kalah bingung. Tiga bulan yang lalu dia bekerja di salah satu perusahaan. Hari ini Arshaka akan ada orientasi bersama supervisor dan HRD di perusahaan tempatnya bekerja. Namun, tanda-tanda melahirkan Kyra sudah tampak.

"Tapi Kakak kerja aja. Kyra nggak papa. Nanti kalo mulas banget atau gimana-gimana Kyra hubungi Kakak."

***

Selama di kantor, Arshaka tidak bisa fokus bekerja. Jika ada waktu senggang, dia mengecek ponsel sekadar memastikan ada atau tidak adanya pesan masuk dari Kyra. Hingga kegelisahan Arshaka pun bisa dirasakan oleh atasannya.

"Kamu kenapa, Ar?"

Arshaka mengembuskan napas panjang. Dia melepaskan tangan kanannya dari mouse, lalu menatap lawan bicara.

"Nggak papa."

"Hari ini kamu beda."

"Kyra mau melahirkan."

Gadis di sampingnya terdiam untuk beberapa saat. Melihat kepedulian Arshaka kepada Kyra, ada yang ngilu di hatinya. Tidak bisa dipungkiri kalau dia cemburu. Akan tetapi, dia tidak bisa berbuat banyak.

"Selesai bikin payroll, kamu pulang aja."

"Tapi, Leen—"

"Aku nggak masalah. Kamu bisa ngerjain di rumah, Ar."

Arshaka dilema. Di satu sisi dia ingin profesional dalam pekerjaannya, tapi di sisi lain Kyra membutuhkannya. Tadi pagi Arshaka sempat menghubungi bu Dina untuk dimintai tolong. Namun, bundanya sedang meriang. Untung saja Arshaka belum mengatakan permintaannya.

***

Dua hari Arshaka bekerja di rumah. Beruntungnya atasan Arshaka yang tak lain adalah Aleena memberi tambahan waktu. Skill-nya yang mumpuni tidak perlu diragukan lagi. Posisinya sebagai bookkeeper memudahkan Arshaka untuk bekerja secara remote karena semua unit keuangan di tempatnya bekerja menggunakan software akuntansi yang terhubung dengan berbagai elemen keuangan.

Seperti saat ini, Arshaka sedang mencatat ulang dokumen dibantu software akuntansi. Arshaka gegas mengirimkan dokumen potongan pajak di tempatnya bekerja kepada HRD. Setelah selesai, Arshaka menatap ponselnya yang menyala, tanpa dering dan getar.

Arshaka tersenyum kala melihat layar ponselnya. Jari-jarinya bergerak lincah mengetik balasan. Semua itu tidak luput dari pandangan Kyra yang mendadak tidak nafsu terhadap kudapan manisnya.

"Kak Shaka," panggil Kyra untuk yang kedua kalinya. Di panggilan pertama, Arshaka larut berbalas pesan.

"Kenapa? Mules lagi?"

Kyra menggeleng. Kemarin dia memang tidak jadi melahirkan. Kyra mengalami kontraksi palsu. Ketika Arshaka sudah berada di rumah selama dua jam, mulas Kyra berkurang perlahan, lalu menghilang hingga sekarang.

"Kak, nanti kalo Kyra meninggal pas lahiran, gimana ya nasib anak Kyra?"

Arshaka berdecak dan menaruh ponsel di samping laptop. Arshaka gegas duduk di sebelah Kyra agar bisa menjitak pelan keningnya.

Nikah tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang