Bab 13

125 4 0
                                    

Pada kenyataannya, Kyra terus kepikiran insiden beberapa waktu lalu. Kyra tidak bisa bersikap biasa-biasa saja ketika sikap Arshaka mulai berubah. Arshaka sering pulang malam dan mereka jarang berkomunikasi.

Kyra mengusap matanya yang basah. Semenjak mengetahui Arshaka bertemu dengan Aleena, Kyra sering menangis tanpa sebab. Namun, Kyra percaya kalau perubahan sikapnya bukan karena Arshaka apalagi karena Ardhan, melainkan karena sindrom kehamilan.

Tak jarang Kyra merasa takut jika dia tidak akan selamat ketika melahirkan nanti. Bagaimana nasib anaknya yang akan piatu di usia bayi, bagaimana dengan Arshaka, ah bahkan Kyra lupa kalau mereka akan bercerai secepatnya.

Kyra merasakan panas dan pegal yang teramat sangat pada pinggangnya. Kyra pun mengirimi Arshaka pesan berisi perasaannya saat ini. Bahkan, Kyra memesan satu porsi soto ayam di tempat langganan mereka.

Sambil menunggu Arshaka tiba, Kyra memilih memainkan ponsel di ruang tamu. Dia mengolesi pinggangnya dengan krim yang dibelikan Arshaka. Apa yang dirasa Kyra masih tergolong wajar karena dia sudah mengeceknya dari berbagai sumber.

Kyra merasa penasaran dengan grup alumni angkatannya. Beberapa waktu lalu, Jeremy memasukkannya ke grup alumni Tunas Bangsa angkatan 2019. Tanpa pikir panjang, dia membuka grup alumni sambil menunggu Arshaka datang.

Kyra tidak membaca satu pesan random dari ribuan chat yang dia senyapkan. Kyra hanya penasaran dengan pemilik nomor-nomor dalam grup tersebut. Dengan jeli, matanya mengabsen berbagai macam kode nomor ponsel satu per satu. Namun, Kyra tidak mendapati satu nomor ponsel dengan kode negara Inggris.

Kyra mulai dongkol karena Jeremy tak kunjung membaca pesannya. Di tengah rasa kesalnya, mobil Arshaka terdengar memasuki halaman rumah. Kyra pun bergegas membukakan pintu dan menyambut Arshaka seperti biasa. Rasa dongkolnya terhadap Jeremy hilang dalam sekejap mata saat mesin mobil tak lagi menyala.

“Kak Shaka, sotonya mana?” tanya Kyra setelah mencium punggung tangan Arshaka. Saat ini, mereka sedang berdiri di teras rumah dengan Kyra yang memijat pelan punggungnya.

Langkah Arshaka yang hendak meninggalkan Kyra terhenti. Arshaka segera membalikan badan dan menatap kedua mata Kyra yang berbinar-binar.

“Kakak lupa. Besok saja, ya?”

Kyra hendak protes karena akhir-akhir ini Arshaka sering melupakan pesanannya. Akan tetapi, setelah melihat raut lelah Arshaka jadilah dia mengangguk saja. Kyra pun membuntuti Arshaka dengan wajah masam. Kyra juga ikut duduk di kursi seberang Arshaka seraya memperhatikan suaminya yang sedang melepas sepatu.

“Kak Shaka, sekarang kok pulang malem terus?”

“Di kantor sibuk banget, Ra,” jawab Arshaka setelah melepas sepatunya.

Kyra terdiam sejenak sambil memperhatikan Arshaka. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Kyra mendadak tak nyaman dan dia merasa kalau ada yang sedang Arshaka tutup-tutupi. Namun, dia tidak mau bertanya karena takut Arshaka marah. Saat disentak di malam sebelum mereka menikah saja Kyra teringat terus.

“Biar Kyra yang simpen,” ucap Kyra ketika melihat Arshaka hendak menyimpan sepatunya di rak.

Kyra memang kesal karena Arshaka tidak membelikan soto pesanannya. Namun, wejangan Bu Dina terngiang-ngiang di telinganya. Mau tidak mau Kyra belajar menekan ego saja. Toh, dahulu Arshaka tidak pernah lupa dengan pesanannya.

“Kenapa? Pegel?” Melihat Kyra mengangguk, Arshaka memintanya agar duduk di sebelahnya.

“Mau Kyra bikinin kopi, teh, susu?”

Arshaka tersenyum simpul. “Nanti Kakak ambil sendiri saja.”

“Kakak nggak asyik.”

Alih-alih duduk di sebelah Arshaka, Kyra malah berjalan menuju dapur. Kyra membuatkan teh manis panas kesukaan Arshaka. Lalu, dia bergegas kembali ke ruang tamu.

Nikah tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang