Bab 5

207 10 2
                                    

Maaf, ya, aku baru update. Hehe. Yang belum baca karyaku yang lain bisa dibaca, ya. Semoga suka. 😍

***

Dentum musik DJ lumayan memekakkan telinga Kyra. Dia masih menahan mual karena sedari memasuki ruangan yang kebanyakannya diisi orang dewasa itu dipenuhi aroma alkohol bercampur asap rokok. Kepalanya ikut berdenyut tak keruan seiring kedipan-kedipan lampu blitz di dance floor sana.

Jika tidak ada kepentingan, Kyra benci menginjak tempat tersebut. Tempat yang sama sekali tidak bermanfaat menurutnya. Dia benci menyaksikan orang-orang dari kalangan menengah ke atas menghamburkan uang demi mencari kesenangan. Padahal, menurutnya masih banyak kesenangan lain di luar sana, membantu ekonomi orang-orang yang kesusahan sepertinya misalnya.

“Ra, pacarmu beneran sering ke sini?” Arshaka mulai meragukan pacar Kyra. Usia Arshaka memang sudah matang, tapi malam itu adalah kali pertamanya menginjakan kaki di sana.

Kyra menghentikan langkah. Dia berbalik, menatap Arshaka yang ternyata masih membuntuti. Padahal, tadi dia sudah mengatakan bisa mengatasi masalahnya dengan baik, tanpa bantuan Arshaka. Sayangnya, Kyra tak tahu kalau Arshaka mengkhawatirkan keselamatannya.

“Kak, Kyra bisa sendiri. Kakak pulang aja.”

“Pokoknya aku temani kamu.”

“Kak, please.”

Ini di luar kesepakatan. Di perjanjian tak tertulis tadi, Arshaka hanya mengantar dan menunggunya di luar, bukan ikut serta mengikutinya.

“Ra, percaya sama aku. Aku takut kamu kenapa-napa.”

“Kyra bisa jaga diri, Kak.”

“Kalau bisa, kenapa kamu bisa hamil?”

Arshaka tahu betul kalau ucapannya barusan menyakiti Kyra. Namun, mau bagaimana lagi, dia hanya khawatir terhadap Kyra.

Kyra bergegas membalikkan badan. Kedua matanya memanas lagi. Padahal, matanya masih sembab sisa menangis tadi.

“Ya udah, terserah Kak Shaka.”

Kyra kembali menilik-nilik orang-orang di sekitarnya. Tak ada satu pun dari mereka yang Kyra kenal. Namun, tekad gadis itu begitu kuat, Kyra terlalu bersemangat mencarinya.

“Waw, ada kucing menggemaskan.”

“Yo’i, kucing lucu yang bakal mengeong jadi kucing garong pastinya.”

Jiwa muda Kyra tersentil. Beruntung Arshaka berhasil menahan emosi Kyra yang hendak diledakan.

“Biarin, Ra. Kita selesaikan dulu urusan kamu.”

Arshaka memberanikan diri untuk mengusap wajah Kyra. Sedari tadi, pandangan tak bersahabat Kyra terus tertuju pada perempuan berambut sebahu dengan balutan mini dress yang mempertontonkan sebagian belahan dadanya. Dia tengah tertawa bersama teman-temannya seraya bersilang kaki.

“Ayo, kita cari dia lagi.”

Keduanya berlanjut mencari ayah dari janin yang sedang Kyra kandung. Di parkiran tadi, Arshaka memang memaksa Kyra agar memberitahu wajah pacar Kyra melalui fotonya. Namun, Kyra menolak. Gadis kecil yang tengah berbadan dua itu malah meminta calon suaminya untuk menunggu di luar saja.

“Gimana? Ketemu belum?”

Kyra menggeleng. Sosok yang dicarinya memang belum terlihat. Sebelum mencarinya kembali, Kyra mencari sesuatu dalam tas selempangnya. Terdapat satu novel genre romantis, beberapa peralatan make up-nya, dan yang terakhir ponsel. Setelah dapat, Kyra menghubungi cowok tersebut lagi. Sialnya, hanya terdengar suara operator dari seberang sana.

“Tidak diangkat?” tanya Arshaka lagi.

Sudah setengah jam mereka mencari keberadaan pacar Kyra, tapi jawabannya gelengan lagi.

Merasa panggilannya sia-sia karena tidak diangkat, Kyra berinisiatif mencarinya lagi. Mungkin jika malam ini mereka tidak dipertemukan, Kyra akan mencari informasi ke tempat lain lagi.

“Kyra? Ngapain kamu di sini?”

Kyra menoleh. Akhirnya, dia bisa bernapas lega karena bisa bertemu dengan temannya.

“Dia orangnya?” tanya Arshaka setelah berdiri di samping Kyra.

Sejenak, tatapan menyelidik Arshaka berikan. Cowok seumuran Kyra tentu berbeda jauh dengannya. Dari segi paras memang tampan, tetapi bagian tubuhnya belum tercetak gentle, bahkan lebih masuk ke kategori kurus. Akan tetapi, penampilannya cukup rapi, tidak seurakan beberapa anak muda yang duduk tak jauh darinya.

“Ardhan ke mana? Dia ada di sini kan, Je?”

Cowok yang dipanggil Je itu menggeleng. Tak lama kemudian, dia berkata setengah berteriak, “Dia udah berangkat ke Inggris, Ra.”

Gerimis luruh di sudut mata Kyra. Dia menggeleng pelan, tak percaya kalau cowok yang dicintanya benar-benar meninggalkannya. Cowok yang pernah menyatakan cinta, memberikan janji manis, dan menghiasi mimpi-mimpinya, kini sudah pergi demi menggapai cita-citanya.

Ardhan memang berkeinginan menjadi seorang dokter. Universitas Oxford seakan-akan telah menghipnotisnya sedari dulu. Kyra tahu itu karena Ardhan sering bercerita. Namun, apa gunanya prestasi jika mempertanggungjawabkan perbuatan saja Ardhan telah lalai. Kyra bukan hanya sakit hati, tapi rasa kecewanya terhadap Ardhan sudah terlampau besar.

“Ra, lo kenapa?” Jeje sedikit panik melihat reaksi Kyra. “Dia nggak pamitan sama lo?”

“Aku nggak papa, Je.” Kyra menghapus air matanya.

“Kita ngobrol di samping bentar. Di sini berisik.”

Sejenak, Kyra meminta izin Arshaka melalui lirikan mata. Yang dilirik pun mengangguk pelan. Namun, dengan satu syarat, yaitu dia ikut serta.

“Eh, Bang, kenalin gue Jeremy, temen sekelas Kyra waktu di Tunas Bangsa. Tapi berhubung Kyra ini orangnya nggak penurut, jadilah dia manggil gue Jeje.”

Arshaka menyambut uluran tangan Jeje. Tanpa basa-basi, dia pun menyebutkan nama pendeknya.

“Gue denger-denger, kalian udah putus?”

Arshaka berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Akan tetapi, dia memasang telinga baik-baik. Arshaka juga ingin tahu kebenaran yang Kyra tutup-tutupi. Kyra telah menjeratnya pada permasalahan pelik, jadi Arshaka juga ingin mencari cara untuk keluar dengan mencari solusi sendiri karena gadisnya sulit diajak kerja sama.

Kyra terhenyak. “Kata siapa?”

“Anak-anak. Semenjak kalian ngobrol di kafe, Ardhan juga jadi beda. Kenapa sih, Ra?”

“Ardhan,” gumam Arshaka seraya mengangguk pelan.

Dengan cekatan, jarinya bergerak merangkai kata menjadi beberapa kalimat. Arshaka segera mengirim pesan tersebut kepada salah satu teman yang menjadi guru di Tunas Bangsa. Arshaka benar-benar tak sabar ingin segera mendapatkan informasi tentang lelaki bernama Ardhan tersebut.

“Sorry. Moga lo bisa dapet cowok yang lebih baik dari Ardhan. Gue juga jomlo, kok, Ra.”

Arshaka yang sedari tadi tidak begitu menyimak pembicaraan dua remaja di depannya mendadak pengang telinganya. Dia bergegas mengajak Kyra pulang. Sekali pun Kyra tak jadi menikah dengannya ataupun dengan cowok bernama Ardhan, dia tidak akan membiarkan Kyra dekat dengan Jeremy, atau lelaki yang Arshaka nilai tak pantas.

Nikah tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang