Bab 12

118 9 1
                                    

Setelah mendapatkan obat dan vitaminnya, Kyra memilih duduk di kursi luar. Kyra termenung dan pikirannya kembali berkelana. Luka di hatinya yang belum mengering karena Ardhan kini kembali terasa perih entah karena apa, Kyra pun tak mau tahu.

Pertemuannya bersama Jeremy mengingatkan Kyra kepada Ardhan. Cowok yang seharusnya berada di posisi Arshaka itu malah menghilang entah ke mana. Ardhan seolah-olah tidak peduli dengan calon buah hati mereka dan Kyra benci kesimpulan itu.

Lalu pikiran Kyra beralih kepada Arshaka. Apa Arshaka masih menyesal karena telah menikahinya. Mengapa Arshaka mengucapkan permintaan maaf kepada Aleena?

Kyra memang pernah mengucapkan syarat-syarat tertentu sebelum mereka menikah. Akan tetapi, di malam pertama pernikahan mereka Arshaka mengatakan kalau syarat itu tak lagi berlaku. Bahkan, Kyra berhak mengingatkannya ketika Arshaka salah melangkah.

Kyra memijat pelipisnya yang mulai berdenyut. Dia bingung dengan hubungannya bersama Ardhan dan Arshaka. Kyra masih mencintai Ardhan, tetapi cowok itu tidak memperjuangkannya di saat Kyra membutuhkan supportnya.

Di sisi lain, Kyra tidak suka jika Arshaka dekat dengan Aleena atau perempuan mana pun. Namun, Kyra yakin kalau perasaannya terhadap Arshaka bukanlah cinta. Kyra menolak keras untuk hal itu, tetapi ada satu perasaan yang sulit dia kendalikan.

Semenjak mereka menikah, Arshaka memang sering bercerita kalau hubungannya dengan Aleena tidak seperti hubungan pasangan di luar sana. Aleena bagai menghilang ditelan bumi, tidak pernah berkabar, nomor ponsel tak aktif, dan Arshaka pun bingung dengan hubungannya yang tak pasti itu.

Hingga ketika usia kehamilan Kyra menginjak bulan keempat, Arshaka tak membahas Aleena lagi. Kyra kira, hubungan keduanya sudah kandas seperti hubungannya dengan Ardhan. Nyatanya, mereka malah berpelukan di koridor rumah sakit.

Kyra memijat dahinya dengan lekukan jari telunjuk. Dia sering bertanya-tanya, sebenarnya pernikahan macam apa yang sedang Kyra lakukan bersama Arshaka.

“Kyra, Kakak kira kamu ke mana.”

Kyra mendongak, menatap Arshaka yang mimiknya biasa-biasa saja. Di dalam hati, Kyra bertanya-tanya, apa selama ini Arshaka selalu menemui Aleena secara diam-diam. Secepat kilat Kyra mengenyahkan pemikiran tersebut. Memang apa pedulinya, toh setelah janinnya terlahir pun mereka akan berpisah.

“Obatnya sudah diambil?” tanya Arshaka seraya duduk di samping Kyra.

Kyra memaksakan senyum seraya mengangguk pelan. Mulai sekarang, dia harus membiasakan diri tanpa Arshaka walaupun sulit. Karena selama pindah ke rumah, Kyra terlalu bergantung pada Arshaka.

“Maaf ya lama, toiletnya antri.”

Toilet antre. Kyra akan mengingat alasan itu. Di suatu hari, mungkin alasan itu akan berguna untuknya.

“Iya, Kak, nggak papa.”

“Kita ke mal sekarang, yuk. Keburu malam nanti.”

“Iya, Kak.”

***

Selama beberapa kali USG, Kyra meminta agar dokter Maria tidak memberitahu perihal jenis kelamin buah hatinya. Kyra hanya ingin jenis kelamin calon anaknya itu menjadi suprise saja. Namun, kejutan itu ternyata membuatnya kesulitan karena tak tahu harus memilih pakaian warna apa.

“Ra, kamu nyari apa? Dari tadi bengong terus,” ketus Arshaka yang mulai bosan.

Sejujurnya Kyra bukan bingung perihal warna pakaian saja, tetapi pikirannya terus tertuju pada insiden di koridor rumah sakit tadi dan teringat pertemuannya bersama Jeremy. Kyra memikirkan apakah Arshaka kembali berhubungan dengan Aleena dan apakah Jeremy akan memberitahu Ardhan mengenai kondisinya sekarang.

Nikah tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang