Rasa sakit merupakan cara tubuh berkomunikasi dengan pemiliknya. Ketika salah satu tubuh kita dalam bahaya atau rusak, rasa sakit tersebut memberitahu kita bahwa ada yang salah di bagian tersebut. Sangat berbahaya apabila tubuh tidak bisa merasakan sakit dan merespon rangsangan dari luar. Nyatanya, manusia yang tidak bisa merasakan sakit memang benar adanya. Dalam istilah medis, orang tersebut disebut dengan pasien penderita CIPA (Congenital insensitivity to pain with Anhydrosis). CIPA merupakan penyakit yang sangat langka, di mana seseorang mengalami ketidakpekaan bawaan terhadap rasa sakit dengan anhidrosis (tidak berkeringat). Penyakit CIPA tidak menular, melainkan merupakan jenis penyakit yang diwariskan dari orang tua. Orang tua penderita CIPA menurunkan gennya kepada anak, sehingga anak berisiko menderita CIPA. Gen tersebut bernama NTRK1 yang berfungsi menghasilkan protein yang nantinya terhubung dengan sel-sel saraf (neuron). Apabila gen NTRK1 tidak berfungsi, maka tubuh tidak bisa memberikan sinyal rasa sakit, karena sel-sel saraf dalam tubuh tersebut menghilang atau mati.
Penderita penyakit CIPA terkadang tidak sadar ketika melakukan sesuatu yang berbahaya, seperti menggosok mata sampai terluka, menggigit lidah sampai berdarah, serta tangan dan kaki yang berkali-kali mengalami cedera dan cacat. Meskipun kornea mata rusak atau kehilangan bagian lidahnya, penderita CIPA tidak merasakan sakit sama sekali.
Orang dengan penyakit CIPA tidak bisa mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh, sehingga sebagian besar penderita CIPA meninggal sebelum usia 3 tahun akibat demam. Selain itu, banyak pula pasien CIPA yang meninggal dibawah usia 25 tahun karena tidak bisa mengetahui atau merasakan penyakit lain yang mungkin menyerang bagian tubuh mereka. Dapat dikatakan bahwa usia rata-rata penderita penyakit CIPA sangat singkat. Oleh sebab itu, CIPA seperti bom waktu di dalam tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa meledak dan bisa membahayakan diri sendiri. Sayangnya, hingga saat ini belum ditemukan obat untuk penderita CIPA.Kehidupan penderita CIPA dapat disebut sebagai kehidupan yang “mati rasa”, karena sistem saraf tidak mampu merasakan rangsangan dari luar. Selain tidak dapat merasakan sakit, penderita CIPA juga tidak bisa merasakan temperatur seperti panas dan dingin, sehingga penderita tidak bisa mengetahui hangatnya pelukan orang tua, dinginnya ice cream, bahkan tidak bisa menikmati panasnya kopi. Sehingga, hal terpenting yang harus diperhatikan yakni tidak boleh ada infeksi yang terjadi di dalam tubuhnya. Penderita CIPA harus ekstra berhati-hati dan rutin untuk mengecek kondisi tubuhnya.
Sumber : Google
Nathan bingung, apakah Liora mengidap penyakit CIPA atau memang Liora adalah manusia yang kebal. Dia akan menyelidikinya lebih lanjut.
Nathan adalah Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Meski dia bukan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, tapi dia tahu ciri-ciri orang yang mengidap penyakit CIPA. Salah satunya adalah tidak Berkeringat.
[Selain dokter spesialis dia juga punya Perusahaan ygy, milik keluarganya yang bakalan di warisin ke Alvino. Makanya Alvino di tuntut terus, biar sempurna dan bisa menjalankan Perusahaan yang diwarislan secara turun-temurun itu] _Kinan
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Protagonis [END]
Teen FictionAnatasya Liora novel yang menceritakan tentang kisah pemeran utama wanita 'Anatasya Liora' dan pemeran utama Pria 'Wiliam Aksaranata' yang saling mencintai namun menyembunyikan perasaan mereka masing-masing. Juga menceritakan tentang sang Antagonis...