Bab 33

2.4K 215 6
                                    

Alvino melamun saat dirinya sedang belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvino melamun saat dirinya sedang belajar. Entah kenapa fikiran nya tertuju pada Liora. Seorang Gadis, yang membuat dirinya tertarik.

Padahal tujuan Alvino pindah ke sekolah itu adalah untuk menemui Sahabat Kecilnya dan membahagiakannya. Tapi, saat tahu Liora bukan Sahabat Kecilnya dia kecewa.

Di hatinya ingin Liora yang menjadi sahabat kecilnya. Tapi kenyataannya... Dara yang nyatanya adalah sahabat kecil nya.

Sejak bertemu Liora, jujur... dia sering memikirkan gadis itu dibanding Dara. Apa dia memiliki perasaan untuk Liora? Entahlah dia tidak tahu.

Dia berharap dekat dengan Liora. Tapi tidak bisa saat tahu bahwa sifat Liora berubah sangat drastis sejak... Kematian Kedua Orang Tuanya.

Apa dia bisa-

BRAK!!

Lamunannya terhenti saat pintu kamarnya di dobrak oleh Papanya [Nathan]

Nathan menatap Alvino dengan tatapan tajam dan dengan rahang mengeras menahan amarah. Nathan mendekati Alvino dan...

BUGH!

Memukul wajah pemuda itu dengan keras, hingga Alvino terjatuh dari tempat duduknya.

Alvino bangkit sambil menahan sakit diwajahnya. Dan berani menatap Papanya itu.

"Aku salah apa Pah? Kenapa Papa mukul aku?" Tanya Alvino meringis pelan menahan sakit diwajahnya.

"Papa dengar kamu lagi dekat dengan Siswi di sekolah kamu Iya?!" tanya Nathan membentak diakhir kalimatnya.

Alvino mengangguk jujur.

BUGH!

Satu pukulan lagi mendarat di wajahnya. Membuatnya kembali meringis.

"PAPA TIDAK PERNAH MENGIZINKAN KAMU DEKAT DENGAN PEREMPUAN MANAPUN ALVINO!" Bentak Nathan dengan urat yang menonjol di rahang dan tangannya.

"Kamu.. harus fokus belajar agar semakin pintar. Jauhi gadis itu atau papa akan membuatnya menderita. Tujuan kamu di sekolah adalah Belajar! Bukan untuk dekat dengan perempuan." geram Nathan menahan amarah.

"Paham?!"

Alvino mengangguk pelan.

Nathan pergi dari sana dengan wajah menahan amarah meninggalkan Alvino tanpa mengobati lukanya.

Alvino terkekeh pelan saat papanya itu melenggang pergi tanpa mengobati lukanya. Tak apa, dia sudah biasa.

Luka ini? Hanya luka kecil yang diterimanya, bahkan banyak luka yang lebih parah pernah dia rasakan, tanpa ada niatan untuk mengobatinya. Dia akan sembuh... seiring berjalannya waktu.

Kapan penderitaan ini berakhir?

Apa dia bisa merasakan kebahagiaan setelah sekian lama merasakan luka??

Bukan Protagonis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang