7. 'How He Met My Mother'

32.9K 2.8K 335
                                    

"I tried to be chill but you're so hot that I melted. I fell right through the cracks, now I'm trying to get back." - I'm Yours, Jason Mraz.

***

Untuk Raffael Leonardi,

(Yang berhasil membuat seluruh anggota keluargaku menyukainya hanya dalam satu kali pertemuan.)

Halo, Raffa.

Sekarang aku sedang berada di dalam bus yang membawaku langsung dari Venice menuju ke Swiss. It's going to be a long journey. Beruntungnya aku karena bangun lebih awal sehingga aku bisa menyempatkan diri untuk pergi ke minimarket terdekat dan membeli beberapa cemilan.

Jujur saja, Raf, awalnya aku bingung tentang apa yang harus aku tulis di suratku kali ini. Namun tadi saat aku tanpa sengaja melihat tumpukan nugget yang di jual di minimarket, pikiranku langsung terlempar pada satu kejadian yang terjadi beberapa hari setelah aku menghadiri gig pertama kamu-lebih tepatnya setelah Noah memukul kamu tanpa alasan yang jelas.

And that's how you met my mother.

***

Aku tidak menyangka kalau apa terjadi di suratku sebelumnya ternyata jauh lebih besar dari kelihatannya.

Berita tentang aku yang "kabur" dari rumah demi menghadiri gig kamu akhirnya sampai ke telinga bunda dan ayah. Ayah hanya bisa tertawa geli sambil mengacak rambutku saat mendengar kabar tersebut sementara bunda mulai mengomel panjang lebar. Kalau kamu bertanya-tanya bagaimana bisa berita itu sampai ke mereka, jawabannya hanya satu; Noah.

Satu hari setelah bunda dan ayah kembali dari Denpasar, mereka berdua langsung mengumpulkanku dan Noah di ruang keluarga. Tak henti-hentinya bunda melemparkan berbagai macam pertanyaan seperti, "Memangnya Kejora sama Raffa sudah lama dekat?" atau "Raffa anaknya gimana? Baik gak?" sampai "Rumahnya dimana? Bunda mau kesana dong."

Aku sendiri lebih banyak diam, membiarkan Noah yang menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan bunda. Sesekali aku akan menambahkan kalau aku tidak setuju dengan jawaban Noah. Setelah proses 'introgasi' yang rasanya lama sekali, bunda akhirnya menyandarkan punggungnya di sofa dan menatapku sambil menyipitkan mata.

"Kejora," panggil bunda dengan nada keibuan.

Aku menoleh. "Kenapa, Bun?"

"Kamu besok di sekolah ketemu sama Raffa gak?" tanya bunda, membuatku mengernyit.

"Gak tau, Bun. Bisa jadi. Kenapa?" Aku balas bertanya, tidak mengerti kemana arah pembicaraan kami.

Bunda lalu tersenyum puas dan berujar dengan santai, "Kalau begitu kamu bilang sama Raffa, besok makan siang di rumah. Bunda mau ketemu dia."

Aku dan Noah yang duduk bersebelahan langsung menatap bunda horror. Rasanya bola mataku hampir saja melompat keluar sementara Noah yang sedang meneguk teh hangat miliknya langsung terbatuk-batuk tidak jelas.

"Ngapain, Bun?"

"Buat apa, Tan?"

Pertanyaan itu aku dan Noah lemparkan secara bersamaan. Cepat-cepat aku menoleh ke arah Noah yang balas menatapku dengan air muka keruh, mirip kalau dia sedang sembelit. Aku yakin ekspresiku sendiri lebih parah dari itu.

Unsent LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang