Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya, guys...
***
Lima balita di kediaman Seungcheol sudah tenang dan mulai mengantuk karena kenyang. Menu brokoli rebus dan ayam goreng tampaknya mampu memuaskan lidah dan perut balita-balita tersebut.
Atau memang pada dasarnya sebagian besar orang merasa makanan lebih nikmat jika disantap bersama-sama orang di sekitar.
"MAMAAAA!" Suara teriakan menginterupsi dari kamar tempat lima balita yang ditidurkan oleh pengasuh.
"Itu kaya suara Haechan deh." Gumam Hyewon memberikan kode pada Seungcheol. Namun, pemuda itu tidak bergeming dan malah asik mengobrol dengan suami sahabatnya.
"Bapak Seungcheol, itu anaknya rewel lho!" Seru Hyewon hingga membuat pemuda berbalut kaos hitam di dekatnya berjingkat.
"Iya! Papa datang!" Jawab Seungcheol menuju salah satu kamar di lantai dasar.
"Kebiasaan lelaki!" Cemooh Rikku.
"Sama juga. Itu Ayahnya si kembar kalau sudah di studio nggak bakal peduli anaknya mandi tepung sekali pun. Kesal banget memang sama sifat laki-laki kalau sudah fokus. Susah diganggu."
"Kayanya gue sangat tergantung sama kehadiran Seungcheol deh." Lirih Hyewon merasa bahwa gelar miss independent sudah tidak lagi melekat pada kepribadiannya.
"Wanita bersuami ya wajar kalau tergantung sama pasangan. Malah aneh dan tidak wajar kalau lu terlalu mandiri." Balas Eunseong.
"Iya kan? Apa kalian juga merasa begitu? Mungkin di antara kita bertiga, cuma Eunseong yang paling mandiri." Rikku si paling dewasa menambahkan.
"Kata siapa? Gue juga sangat tergantung sama Daehyun..."
Belum selesai Eunseong berbicara, Seungcheol datang dengan Haechan di gendongannya. Bocah itu masih merengek, namun tidak sekencang tadi.
"Kenapa, sayang?" Tanya Hyewon sembari menyambut Haechan ke pelukannya.
"Baring aja ya, sayang. Perut Mama masih sakit, jadi nggak bisa gendong Kakak Haechan." Bujuk Seungcheol.
"Mmaaaammmaaaaa..."
Hyewon bersandar di sofa bed lalu membiarkan Haechan berbaring di pangkuannya. Tangan wanita itu mengusap lembut rambut Haechan sembari bergumam dan sesekali mengelus dahinya. Telunjuk Hyewon juga mengelus lembut alis serta ujung hidung Haechan, membuat balita itu semakin tenang.
Sekitar 10 menit waktu yang diperlukan hingga Haechan kembali tertidur dan berpindah tangan ke gendongan Seungcheol untuk kembali ditidurkan di kamar.
"Cepet amat tidurnya." Eunseong berbicara dengan nada kagum. Pasalnya, si kembar Woojin dan Jihoon tidak pernah sejinak itu.
"Jurusnya untuk semua Seungcheol junior sih gitu. Bahkan bapaknya aja kalau dielus bisa langsung ketiduran juga." Jawaban Hyewon lantas membuat Rikku dan Eunseong mendelik. Keduanya tidak menyangka kalimat itu akan muncul dari mulut seorang Kim Hyewon.
*** Magnitudo ***
Tiga pasangan suami istri itu tampak mengobrol santai. Pukul 10 malam, dan mereka masih menikmati suasana berkualitas tanpa interupsi dan benar-benar mengobrol seperti saat masih belum menikah.
Hyewon menyandar pada lengan Seungcheol yang merangkul sandaran sofa. Wanita itu mulai mengantuk karena sudah terbangun sejak dinihari. Sementara Seungcheol sendiri mengobrol dengan semangat sembari membiarkan Hyewon memainkan jemari kirinya.
"Eh, Hyewon sama Seungcheol kalau disuruh milih anak sama pasangan, kalian bakal pilih yang mana?" Daehyun bertanya dan mampu membuat Hyewon berpikir.
"Jawab barengan coba. Satu... dua... tiga..." Rikku memberikan aba-aba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnitudo (In Marriage Life)
FanfictionSeungcheol adalah anak tunggal dari keluarga Choi. Ia lahir dengan sendok perak di mulutnya. Segala yang ia inginkan harus terpenuhi, termasuk mendapatkan Hyewon. Hyewon merupakan gadis cerdas yang hidup di kalangan pendidik. Ayahnya adalah dosen, d...