Feel free to vote, read, and comment.
***
**
*
BGM : SM The Ballad - Miss You*
**
****** Magnitudo ***
Sebulan pasca pertemuan tidak sengaja dengan mantan pacarnya, Hyewon masih sering suntuk walaupun berkali-kali Mami Seungcheol mengingatkan bahwa hal itu tidak baik bagi janin Sun di kandungannya. Sun. Matahari. Begitu Hyewon dan Seungcheol menamai gumpalan darah yang sudah berkembang menjadi daging berusia 19 minggu di rahim Hyewon.
Mami Seungcheol juga beberapa kali menakut-nakuti Hyewon bahwa Sun akan mewarisi beberapa sifat dari orang yang pernah Hyewon benci. Huh. Itu mitos. Tapi, setelah melihat Mark, ia sedikit membenarkan karena pipi chubby bayi itu agak mirip dengan Henry. Ah, ya. Hyewon membenci pemuda keturunan Lau itu semasa hamil Mark.
Tapi, bukannya semua bayi memang chubby ya? 🤔
Terlepas dari semuanya, Seungcheol menjadi semakin sering menghubunginya. Pemuda itu dilanda rindu yang semakin menumpuk karena sudah hampir dua bulan ini tidak menyentuh dan membaui aroma Hyewon yang selalu membuatnya jatuh cinta.
"Sayang, aku pengen peluk."
Hyewon menangis sendirian sambil memandangi layar monitor di hadapannya. Mark sedang diajak granny dan grandad bermain burung sehingga ia leluasa melakukan panggilan video bersama Seungcheol.
"Aku juga pengen peluk."
Seungcheol membalas lemah. Tatapannya juga sendu karena bulu mata yang panjang ditambah beratnya menatap tangis Hyewon tanpa dapat mengusap air mata yang mengalir di pipi gadis itu.
"Kamu jangan nangis. Aku nggak sanggup liatnya."
Bukan berhenti, Hyewon malah semakin menangis. Ia nelangsa memikirkan baby Sun yang mungkin saja akan iri pada Mark. Jelas saja, kakak Sun tumbuh di dalam rahim Hyewon dengan penuh kehangatan dari Mama dan Papa yang selalu bersama.
Tahun lalu, Hyewon bahkan mengajak janin Mark bertemu dengan Lucas dan si kembar Woojin-Jihoon. Sedangkan baby Sun, ia hanya bertemu kakek Choi yang cerewet dan suka membelikan mainan mahal. Tapi, lagi-lagi mainan mahal yang dibeli adalah untuk Mark.
"Baby Sun butuh usapan tangan Papanya." Lirih Hyewon.
"Maaf ya, Sayang. Seharusnya aku ada di sana sekarang."
"Aku kadang suka kasihan sama dia. Tapi, Mark juga kayanya selalu kangen Papa. Dia ciumin layar monitor kalau kamu terlambat video call."
Seungcheol terdiam mengingat bagaimana ia dan Hyewon terpisah ruang dan waktu. Padahal, saat menikahi gadis itu, Seungcheol bersumpah akan selalu menjaga dan membahagiakan Hyewon. Kenyataannya sekarang, ia berada jauh di benua lain dan tidak dapat berbuat apapun saat Hyewon menangis.
Sebenarnya, Seungcheol sama tersiksanya dengan Hyewon. Sore tadi, ia bahkan hanya dapat mengusap dan membaui pakaian Hyewon dan Mark yang sengaja ditinggalkan, untuk menahan rindu katanya. Kenyataannya, Seungcheol malah semakin ingin pulang ke Korea karena jejak bau anak dan istrinya.
Lipatan pakaian Mark yang sudah rapi kembali dibongkar Seungcheol. Pemuda itu menjadi lebih rindu karena kamera yang merekam gerak-gerik Hyewon menangkap frame foto keluarga kecil mereka di dinding kamar. Seungcheol, Hyewon dan Mark sedang memakan semangkuk besar es krim di musim panas kala itu. Senyum ketiganya berkembang dalam kebahagiaan yang selalu terukir jelas di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnitudo (In Marriage Life)
Fiksi PenggemarSeungcheol adalah anak tunggal dari keluarga Choi. Ia lahir dengan sendok perak di mulutnya. Segala yang ia inginkan harus terpenuhi, termasuk mendapatkan Hyewon. Hyewon merupakan gadis cerdas yang hidup di kalangan pendidik. Ayahnya adalah dosen, d...