39. D-Day

146 14 7
                                    

Masih adakah yang baca work ini?! Jangan lupa tinggalin jejak kalian supaya bikin Taki jadi semangat, Yeorobun...

Kalau kalian nggak sengaja mampir dan kebetulan suka Work ini, jangan lupa add ke library kalian...

Taki menerima segala bentuk perhatian kalian terhadap tulisan Taki kok... waktu dan tempat, Taki persilahkan...

*** Magnitudo ***

Laju mobil Seungcheol semakin bertambah seiring keluhan yang kian sering keluar dari bibir Hyewon. Mereka hampir tiba di salah satu rumah sakit terbesar di Seoul. Kakek Choi merupakan salah satu pemegang saham rumah sakit sehingga keluarga itu terjamin pelayanannya di sana.

"Sayang, turun dulu yuk!"

Seolah tidak memperhatikan kehadiran kedua orang tua kandung Hyewon, Seungcheol merangsek turun dan menggendong tubuh gemuk perempuan itu sebelum petugas medis yang berjaga di depan pintu gawat darurat bergerak.

"Hiks.." Hyewon menangis. Perutnya lebih terasa sakit karena kerumunan perawat dan juga beberapa pengunjung yang mengamati.

"Tolong berikan jalan!" Seru Seungcheol karena keselamatan Hyewon adalah yang paling utama baginya.

"Sayang..." lirih Hyewon. Mereka sudah berada di depan ruang bersalin sedangkan Seungcheol mendampingi kemanapun. Tidak seperti Mark dahulu, baby Sun sepertinya lebih tidak sabar melihat dunia dan mendesak Hyewon untuk cepat dilahirkan.

"Biar saya menemani istri saya, Dokter."

Tanpa penyangkalan, Seungcheol diizinkan masuk setelah melakukan beberapa prosedur unik menjaga kebersihan dan kesucian ruang.

Beberapa saat kemudian, dokter mulai melakukan prosedur persalinan. Prosesnya terbilang cukup cepat sejak Hyewon mengalami tanda-tandanya di balai dusun. Semua seperti berkorporasi dengan baik.

"Anak Papa dan Mama yang hebat, tolong jangan membuat Mama menangis sakit ya, Nak." Gumam Seungcheol berkali-kali.

Tangan Seungcheol bergerak mengusap keringat Hyewon berkali-kali. Ia juga bergeser sesekali untuk melihat apakah baby Sun sudah tampak di gerbang keluar milik Hyewon atau belum.

"Sayang..."

Seungcheol menangis. Ia menyesal tidak menemani Hyewon saat Mark lahir dulu. Melihat bagaimana Hyewon berjuang mendong baby Sun dan membuka jalannya hingga memgeluarkan banyak darah merupakan siksaan bathin terdahsyat menurut Seungcheol.

"Won... Sayang, kamu pasti bisa! Jangan menangis!"

Usapan lembut Seungcheol layangkan berkali-kali karena keringat Hyewon yang menganak sungai dari pelipisnya. Jika saja bisa, pemuda itu ingin menggantikan Hyewon dan menanggung semua rasa sakit yang dirasakannya.

"Seungcheol... sayang... hiks... hiks..."

Perawat dan dokter mulai melakukan tindakan karena tanda-tanda keluarnya Baby Sun semakin terlihat.

"Nyonya, kami akan segera melakukan prosedur persalinan."

Seorang perawat mendekatkan meja peralatan. Mata Seungcheol memangkap banyak sekali benda berbahan logam di atasnya. Mereka berbaris rapi seolah memberitahu Seungcheol agar ia tenang karena penanganan persalinan diserahkan kepada ahli medis utama rumah sakit.

"Siapkan tenaga, Nyonya."

Satu persatu kalimat himbauan dilontarkan oleh dokter kepada Hyewon. Tampak wanita paruh baya tersebut memang dokter terbaik dengan ketekunan membantu Hyewon dan bergerak cekatan mendorong hingga menarik baby sun yang berukuran cukup besar.

Magnitudo (In Marriage Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang